Langsung ke konten utama

Riview Buku ISLAM & IPTEK



REVIEW BUKU
NALAR RELIGIUS (MEMAHAMI HAKIKAT TUHAN, ALAM DAN MANUSIA)


Diajukan guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS)
Mata Kuliah: Keterpaduan Islam dan IPTEK
Dosen Pengampu: Edy Chandra, S.Si, M.A





 






Disusun oleh:
AENUL FAHMI KHALIK
BIOLOGI C/ VII


JURUSAN TADRIS IPA-BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
2015

BAB I
IDENTITAS BUKU REVIEW

Judul Buku                              : NALAR RELIGIUS (Memahami Hakikat Tuhan, Alam dan
Manusia)
Pengarang Buku                      : Mulyadhi Kartanegara
Penerbit Buku                         : Penerbit Erlangga
Keluaran Buku                        : Buku Edisi Pertama Tahun 2007
Jumlah Halaman                      :














BAB II
REVIEW BUKU

TRILOGI  METAFISIK
PENGANTAR
Tujuan Pertama dari penelitian ini adalah sebagai upaya melestarikan pemikiran yang  berakumulasi kedalam sebuah sistem yang lebih sistematis. kelstarian ini penting mengingat: Pertama, Bahwa memori seseorang tidak selamanya dalam keadaan prima; Kedua, pemikiran seseorang adalah dinamis dan selalu mengalami perubahan. oleh sebab itu, penulisan seperti ini bersifat retentif, karena merekam apa yang mungkin akan hilang dari memori dan sulit untuk ditangkap kembali.
            Dalam penulisan ini, digunakan metode reflektif yaitu menggambarkan dimensi rasional, perenungan intelektual, dan intuitif dengan melukiskan pengalaman langsung yang bersifat eksistensial, dengan menggunakan metode ini bermaksud mengemukakan secara spontan pandanan pandangan subjektif tanpa harus risau dengan pelacakan terhadap pemikiran – pemikiran siapa yang mempengaruhi pandangan – pandangan  tersebut.

TUHAN
Tuhan adalah prinsip asal dari segala yang ada (mawjudat) dan dia wajib adanya ( wajib al-  wujud), sedangkan selainnya, yang biasa disebut alam atau makhluk.hanyalah mungkin adanya ( mukmin al-wujud. bukti keberadaan tuhan adalah fakta bahwa alam ini ada. alam bersifat mungkin keberadaannya karena tersusun dari unsur – unsur yang tunduk pada generasi dan korupsi .
            Dalam Kaintanya dengan Alam, Tuhan adalah transenden dan sekaligus imanen. dia transenden karena mengatasi atau melampaui alam dan tidak identik dengan alam sebagaimana yang disangkakan para filsuf terkenal, namun Tuhan juga Imanen karena kehadiran nya dapat dirasakan dimana –mana tanpa harus bersifat terbilang. dia tidak ubahnya seperti matahari yang bisa dilihat diberbagai tempat dimuka bumi ini dan akan dirasakan kehadirannya, tetapi tanpa harus sama dengan bumi ataupun terbilang.


ALAM SEMESTA
Alam semseta bukanlah realitas terakhir sebagaimana yang disangkakan para ilmuwan yang aties atau sekuler.Alam semseta tak lain hanyalah tanda – tanda( ayat) dari kekuasaan  dan keberadaan Tuhan, satu – satunya realitas yang patut disebut Realitas terakhir, karena itu, mempelajari Alam semesta sama dengan mempelajari tanda –tanda kebesaran Tuhan.
Alam diatur melalui apa yang oleh Al- Quran disebut sebagai sunnah Allah. Sunnah Allah adalah kebiasaan atau cara  Allah dalam menyelenggarakan alam. Sunnah Allah berlaku secara umum dialam semesta ini, yang menyebabkan adanya kesan keteraturan didalamnya.Setiap Tingkat tertentu wujud, mencerminkan sifat – sifat Tertentu Tuhan.prose alam yang terkontrol dengan baik mencerminkan kekuasaan-Nya.keindahan alam yang tercermin dari berbagai benda, seperti, Batu – batuan atau logam mulia pada tingkat mineral, berbagai jenis bunga yang mempesona, keindahan laut dan pegunungan, bahkan keindahan  yang ditemukan pada diri manusia, semuanya mencerminkan keindahan Tuhan.

MANUSIA
Manusia adalah mahkluk paling maju dan sempurna, dan merupakan puncak evolusi alam.sebagai maahluk paling ,maju secara fisik dan paling rumit dalam strukturnya, amnusia mengandung semua unsur yang ada dalam kosmos, mulai dari unsur yang ada dalam dunia mineral ( batu – batuan , logam, dan lain – lainya), dunia tumbuhan dengan kemampuan untuk tumbuh, memamah biak dan berkembang biak secara bebas untuk melakukan penyerapan indrawi.
            Selain pana indra, manusia juga dikaruniai akal yang mampu menerobos batas – batas indrawi melalui metode silogistik, sehingga dapat menangkap objek – objek non material atau yang biasa disebut ma’qulat ( yakni objek –objek yang hanya bisa dipahami oleh akal) yang biasanya dikontaskan dengan mahsusat ( yakni objek – objek yang ditangkap lewat persepsi indrawi).  Manusia juga dikaruniai hati, hati juga mampu menangkap objek – objek nonmaterial, namun bebeda dengan akal yang menangkap objek – objek tersebut secara tidak langsung melalui proses pengambilan kesimpulan dari benda –benda yang telah diketahui, yang biasannya disebut Silogisme, maka hati menangkap objek – obejk non material tersebut melalui pengetahuan langsung atau pengalaman batin atau apa yang disebut sebagai intuisi. pengalaman batin tersebut biasanya disebut Dzawq.


MENANGKAP TUHAN LEWAT AKAL
PENGANTAR
Meskipun kepercayaan pada hakikatnya bersifat emosional, namun cukup penting untuk menyongkong apa yang kita percayai secara rasional. dibawah ini ada beberapa argumen – argumen yang dikemukakan oleh para filososf diantaranya, yaitu:
  1. Argumen kebaruan ( Dalil Al- huduts)
Dalil al – huduts, seperti dikatakan majid fakhry, menurutnya argumen ini telah digunakan secara populer oleh para mutakallimun( para teolog muslim) ketimbang para filosof.fakhry berkomentar:
 “ prosedur umum yang digunakan para mutakallimun dalam membuktikan temporalitas alam semesta ialah dengan cara menunjukkan bahwa alam – yang mereka definisikan sebagai sesuatu  selain tuhan – Terdiri dari atom –atom dn aksiden – aksiden, sekarang aksiden – aksiden ( bentuk plural  dari  aradh) tersebut. kata mereka, ahnya  bisa bertahan sesaat, dan harus dicipta secara terus menerus oleh tuhan yang menciptakan dan menghancurkan semuanya”.
  1. Argumen Kemungkinan ( Dalil al – Imkan)
jika argumen pertama menekankan temporalitas, dan ep ipso, penciptaan alam semesta, maka argumen kedua adalah dalil kemungkinan, dalil ini terfokus pada argumen kontingesi atau kemungkinan, darimana adanya wujud niscaya ( Tuhan) dapat secara logis disimpulkan, Profesor Faazrul Rahman, dalam bukunya the philosopy of Mulla Sadra mengatakan, “ argumen kemungkinan menyatakan bahwa sesuatu wujud yang mungkin tidak bisa ada dengan sendirinya kaena kontingensi berarti menggantung dalam keseimbangan anatar ada dan tiada dan karena itu ia membutuhkan sebuah sebab yang akan mengubah keseimbangan tersebut kearah yang ada.
disini Ibnu Sina memprioritaskan eksistensi diatas sifat – sifat yang ditimbulkan oleh esensi, eksistensi tidaklah seperti sifat – sifat lainnya, tetapi ia merupakan persyaratan yang mutlak bagi mereka.
  1. Argumen  Teleologis ( Dalil Al-  Inayaha)
Argumen Teleologis ( Dalil Al- inayah ) biasanya berasal dari pengalaman , dan berakhir dengan seuatu kesimpulan bahwa hal – hal tersebut diatas haruslah merupakan karya dari seorang perancang. Argumen ini akan diwakili oleh Ibn Rusyd. seorang Filsuf Muslim  dari Andalusia.
Menurut Ibn Rusyd, tidak semua orang dapat menfsirkan apa  yang disebut “ ayat – ayat Mustasyabihat” , nyatanya, hanya Tuhan dan orang – orang yang mendalami ilmu, yakni para filosof yang megetahui ta’wil tersbut. Ibn Rusyd tidak  hanya mencoba menunjukkan bahwa filsafat  dan agama itu cocok.Dengan kepercayaan yang teguh bahwa filsafat tidak akan pernah bertentangan dengan Agama .menurut Ibn Rusy untuk membuktikan keberadaan Tuhan itu dengan menggunakan metode berdsarkan pada Al-quran,kemudian yang kedua yaitu bersandar pada dua premis, pertama segala yang ada (maujudat),dicipta secara benar – benar menakjubkan. dan kedua, segala sesuatu yangdiciptakan harus mempunyai pencipta, hal mana sudah jelas dengan sendirinya.

ALAM SEBAGAI “CERMIN” TUHAN
PENGANTAR
Saat ini kita berada diantara dua posisi ekstrim: “ positive sekuler disatu pihak, dan “ spiritualime panteistik” dipihak lain. yang pertama menanggap bahwa alam semesta merupakan kenyataan terakhir, dan tidak ada sesuatu apapun diluar dirinya. sedang yang kedua ( spiritualisme panteistik) menanggap bahwa alam semesta sebagai cermin tuhan yang tidak sempurna. tulisan ini ingin mengambil jalan alternatif dengan cara mensintesakan kedua pandangan ekstrim yang saling bertentangan tersebut.

DISTORSI POSITIVISME
Positivisme hanya menganggap real benda – benda yang diamati secara positive, yakni secara indrawi, apapun yang bukan indrawi – thus tak dapat diobservasi- harus ditolak dan hanya dipandang sebagai ilusi. pandangan positif inilah yang kemudian dijadikan tempat berpijak ilmu (sains). akibatnya sains telah tersekulerkan. ini berarti pembatasan ruang lingkup sains hanya pada bidang – bidang yang bisa diobservasi dan metodenya hanya pada observasi.

SPIRITUAL PANTEISTIK
Berdiri diposisi yang terbalik dengan positive sekuler adalah spiritualisme ekstrim yang cenderung pada paham panteistik. dalam pandangan panteistik, alam semesta tidak lagi dipandang sebagai “tanda” yang berdiri terpisah – dan karena itu bebeda- dari yang diberi tanda, yaitu Allah. seperti biasa dikatakan, walaupun berbeda, tetapi tidak lain daripada Allah itu sendiri. disini, prinsip transendensi Tuhan” atau tanzih ( pembersihan Tuhan dari unsur – unsur non – tuhan ed) telah dilanggar, dan memasuki prinsip “ keserupaan” atau tasbih (penyerupaan tuhan dengan unsur – unsur non – tuhan).


TASAWUF POSITIF SEBAGAI ALTERNATIF
Dalam pandangan tasawuf  positife, alam adalah ciptaan tuhan, Allah berfirman,” dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. dan alam tidak dicipta begitu saja melainkan dengan hak ( memiliki tujuan tertentu yang hak, pada alam juga terdapat tanda – tanda ( kebesaran, kebijaksanaan, kekuasaan) tuhan. Allah berfirman, “ sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat tanda – tanda bagi mereka yang berakal. bahkan, diri kita juga merupakan tanda – tandanya, akan kami perlihatkan tanda – tanda kami disegenap penjuru langit ( afaq) dan dalam diri mereka.
Tasawuf positife berpandangan bahwa alam semesta juga bisa dikatakan sebagai cermin sifat – sifat tuhan ( jelas bukan zatnya) tanpa harus terperosok ke dalam pengertian panteistik, hingga transendensi tuhan masih bisa dipertahankan. tasawuf positif juga tidak mencerminkan pengertian spiritalisme ekstrim yang menanggap alam semesta sebagai “ manifestasi atau realisasi – diri tuhan dalam penngertian Hegelian.
Para pencinta tasawuf positif tidak pernah melupakan kenyataan bahwa alam semesta yang dijadikan objek penelitiannya bukanlah satu – satunya realitas yang ada, melainkan semata – mata hasil ciptaan tuhan yang berfungsi sebagai tanda – tanda keberadaan dan kepiawiannya. sekaligus sebagai cermin dari sifat – sifat kesempurnaannya, para ilmuwan muslim tidak memandang alam sebagai realitas yang mandiri, melainkan, sebagaimana yang pernah dikatakan iqbal, medan kreaktifitas tuhan, dimana tuhan memperlihatkan desainnya yang luarbiasa, pengetahuannya yang sempurna serta kebijaksanaannnya yang tiada tandingnya. oleh karena itu, ilmu dalam islam tidak dituntut semata – mata untuk memuaskan rasa ingin tahu belaka, tetapi diburu dalam rangka mempelajari jejak –jejak tuhan.  Iqbal pernah berkata bahwa mempelajari alam tidak lain daripada mempelajari prilaku tuhan ( sunnatullah). alih – alih untuk menentang dan menafikan tuhan, ilmu pengetahuan justru bisa menambah keimanan kita kepadanya.


ETIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ETIKA DAN PROBLEM KEBAHAGIAAN
Kebahagiaan menurut para etikawan tidak sama dengan kesenangan ( pleasure), karena kesenangan biasanya dinisbatkan dengan kesenangan fisik belaka, meski begitu, kebahagiaan bisa juga hanya sekedar kesenangan fisik yang bersifat sementara , dan bisa mencapai tingkat kesenangan yang transenden dan abadi . itulah sebabnya, kebahagiaan menurut para pakarnya mempunyai tingkatan yang berbeda.
Karena kebahagiaan berpadanan dengan kebaikan, sedang kebaikan itu bertingkat – tingkat, maka kebahagiaanpun bertingkat – tingkat.Miskawayh mengakui bahwa manusia sebagai wujud yang tersusun mengambil bagian kegiatan yang juga tersusun, praktis, dan intelektual., yang pertama berpadanan dengan kesempurnaan praktis , ataupun moral, sedangkan yang kedua suatu kesempurnaan ( kesempurnaan kognitif),  dan yang pertama ( kesempurnaan fisik), sama dengan hubungan bentuk dan materi, dan kesempurnaan atau kebahagiaan yang berkaitan dengannya lebih tinggi.
ETIKA AKAL DAN ILMU
Miskawayh mengatakan bahwa kebahagiaan yang sempurna tidak mungkin tercapai kecuali kalau seseorang telah menguasai seluruh bagian filsafat sedikit demi sedikit .adalah salah, menurutnya, orang yang berasumsi bahwa dia bisa memperoleh kebahagiaan dan kebaikan tanpa memperoleh kebahagiaan dan kebaikan tanpa memperhatikan daya kognitif, dengan mengesampingkan akal, dan dengan berpuas diri pada tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntunan akal pikiran, dari pernyataan ini kita bisa merasakan posisi akal yang penting dalam etika islam.
Akal atau rasionalisme menempati posisi yang tinggi dalam etika islam. Nashirudin al – Thusi menyebut akal sebagai kesempurnaan atau manusia. Pada akallah terletak esensi manusia yang membedakannya dari jenis hewan lainnya, bagi mereka akal mempunyai kecakapan kognitif sehingga mampu menyerap entitas – entitas (rohani), membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, dan antara yang benar dan yang salah.
ETIKA SEBAGAI KEDOKTERAN ROHANI
Penamaan etika sebagai kedokteran rohani bukan tanpa makna, para ilmuwan muslim memang menjajarkan etika dengan kedokteran, baik dilihat dari kepentingan maupun metodenya.kalau kini kita memerlukan ilmu kedokteran dan penerapannya untuk memelihara kesehatan tubuh, maka menurut mereka, kita juga membutuhkan ilmu etika dan penerapannya dalam tindakan kita untuk memelihara kesahatan mental atau jiwa.
Kenyataan bahwa pada masa sekarang lebih banyak ( bahkan jauh lebih banyak) orang yang datang ke dokter medis untuk memeriksakan kesehatan tubuhnya dibanding dengan yang datang kepada para ahli etika ( ulama) untuk mengkonstruksikan perihal kesehatan mentalnya, tidaklah dengan sendirinya berarti bahwa etika telah kepentingannya .


ETIKA DAN KAITANNYA DENGAN METAFISIKA
Bagian terakhir ini membahas hubungan etika dengan metafisika, sesuai dengan namanya, metafisika adalah ilmu yang berkenaan dengan hal - hal  yang berkenaan dengan hal – hal atau entitas – entitas yang berada di belakang dunia fisik. Ini meliputi tuhan sebagai sumber dari segala yang ada , alam akhirat, alam spiritul, dan entitas – entitas spiritual ( seperti akal dan malaikat).
Dengan meyakini tuhan sebagai sumber atau prinsip dari segala yang ada, kedua filosofi itu ( al – farabi dan Ibn Sina) menjelaskan bagaimana terciptanya alam semesta yang beraneka ini  dari prinsip tunggal yang esa. Hasilnya adalah teori  emanasi yang menggamambarkan  munculnya entitas – entitas spiritual yang mereka sebut sebagai akal atau intelek. Terdapat serangkaian akal – akal yang bersifat vertikal dari yang maha esa hingga akal terakhir. Akal terakhir ini tidak lagi menghasilkan dunia unsur  dimana kita tinggal atau yang disebut sub – lunar world ( dunia materi). Akal terakir ( kesepuluh) yang disebut para filosof sebagai akal aktif itu adalah entitas spiritual yang mengendalikan alam material ini. Ia adalah pemberi bentuk – bentuk dengan mana alam ini terwujud.

METODE KAJIAN FILSAFAT
METODE HERMENEUTIK
Barangkali kita semua sepakat bahwa memahami sebuah naskah dengan baik dan benar merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran sebuah kajian, tak terkecualii filsafat islam, hal ini penting karena kita bisa menggali dan memanfaatkan khazanah intelektual muslim secara bermakna dan kreaktif, serta menyajikannya secara benar , objektif dan kontekstual.namun dalam kenyataannya, usaha kita untuk memahami sebuah naskah sering terhalang berbagai kendala yang menyebabkan pemahaman kita jadi kabur, membingungkan, atau bahkan rancu sama sekali, akibatnya kita tidak dapat menangkap esensi filsafat sipenulis naskah tadi dan gagal dalam mengapresiasi hasil karyanya.
Menurut para ahli hermeneutik untuk menjelaskan problem tersebut  , hal itu, disebabkan oleh apa yang mereka sebut sebagai sebagai “ keterasingan naskah” terhadap kita sebagai sipembaca.ketreasingan ini bukan hanya karena bahasa tersebut ditulis. Sebuah zaman memiliki tantangan yang berbeda dengan zaman lainnya.dengan begitu jawaban yang diberikan juga akan berbeda dengan yang kita harapkan.
Solusi yang diajukan para ahli hermeneutik terhadap ketersaingan naskah tersebut cukup menarik dan bermanfaat untuk dikaji., misalnya untuk mengatasi ketersaingan sebuah naskah dan memahaminya dengan baik, kita harus berusaha mengerti si pengarang, kita perlu keluar dari zaman dimana kita hidup sekarang, mengkonstruksi zaman pengarang berada saat dia menulis teksnya, kita harus mengidentifikasi diri dengan pembaca asli yang dulu ditujukan oleh naskah yang bersangkutan dan dengan demikian menjadi kawan sezaman dengan dia ( sipembaca asli ) dalam mengidentifikasi diri dengan si pengarang.kita seolah – olah harus pindah ke dalam hidu batin si pengarang, setelah melalui proses tersebut kita dapat mengerti dampak pemikiran, perasaan, dan maksud sipengarang dalam naskah tersebut.
Dari uraian diatas kita menyadari bahwa hanya setelah berhasil mengadakan identifikasi diri dengan si pengarang ( baik pikiran, perasaan maupun maksud),barulah kita akan memahami sebuah naskah dengan baik dan lebih tepat.
Pada bagian ini , kita akan mengemukakan dua cara memahami sebuah pemikiran, , pertama sebagai hasil akhir seperti yang tertuang dalam sebuah karya besar seorang pemikir, kedua sebagai proses, ketika sebuah pemikiran dilihat sebagai sesuatu yang berakumulasi, sesuatu sintesa yang melibatkan pemikiran – pemikirann sebelumnya.yang terakhir memperhatikan bagaimana pengolahan dari berbagai pemikiran sebelumnya terjadi pada diri si pemikir atau sipenulis sehingga menghasilkan suatu pemikiran akhir yang dituangkan dalam karya besarnya.
Dengan memperlakukan sebuah pemikiran sebagai proses, kita akan dapat lebih jauh lagi menghayati proses kreaktif yang dialami oleh seorang pemikir.dengan demikian, memahami sebuah pemikiran sebagai proses atau sintesa dari pemikiran – pemikiran sebelumnya, jauh lebih akan efektif dan berguna dalam memahami dan menghayati hasil akhur sebuah pemikiran, ketimbang cara memahami sebagai hasil akhir yang cenderung statis dan bahkan steril.
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dipertahankannya kurikulum konvensional akan menimbulkan kesan seolah – olah tidak terjadi perkembangan apapun didunia pengkajian filsafat islam, setelah tahun tujuh puluhan, dipertahankannya kurikulum lama, seakan – akan kita, para sarjana islam, tidak peduli dengan dinamika dan perkembangan yang terjadi pada bidang – bidang pemikiran islam, padahal belakangan ini, telah muncul karya – karya besar tentang beberapa filosof muslin yang selama ini belum begitu dikenal. Sudah selayaknya kita memikirkan bagaimana mengembangkan kurikkulum kita sehingga bisa mencakup tokoh – tokoh ilmu pengetahuan yang besar seperti : al – khawarizmi, al – biruni, dan al – harrani kedalam kurikulum filsafat. dengan begitu,pengembangan kurikulum tersebut dapat menepis kesan keliru selama ini dan dapat menyemarakkan serta memberi gairah pada pengkajian filsafat islam yang selama ini terlihat lesu.

ANALISIS DESKRIPTIVE VERSUS ANALISIS KRITIS
Berbeda dengan metode deskriptif, analisis kritis cukup seimbang dalam menyajikan pikiran seorang tokoh yang dibahasnya secara objektif – deskriptif dan dalam  menyajikan pandangan kritis – subjektif diri si pengarang. seorang penulis yang menggunakan metode kritis akan tahu dan merasakan apa relevansi seseorang yang dijadikan figur utamanya dengan kebutuhan dan tantangan zamannya. dia juga menunjukkan kelemahan dan kemudaratan pemikiran sitokoh secara subjektif bahkan kalau perlu menolaknya – dan juga kebesaran serta kegunaan pemikiran seorang tokoh bagi penyelesaian terhadap masalah yang kita hadapi saat ini. Al – Amiri adalah seorang filosof muslim abad ke – 10 M, yang sadar betul tentang ajaran mana dari filosof yang cocok dengan islam dan mana yang bertentangan dengannya sehingga perlu dirtolak. Analisis Al-amiri juga dilakukan al – ghazalli ketika mengkritik pandangan metafisik para filosof – aritoles, al – farabi, dan Ibn Sina- yang dipandangnya bisa membahayakan akidah islam.

FONDASI METAFISIKA EPISTEMOLOGI
PENGANTAR
Fondasi metafisik sangat penting bagi sebuah epistemologi apapun karena sangat berpengaruh bagi seluruh bangunan epistemologi, termasuk didalamnya sistem klasifikasi maupun metodollogi yang digunakannya. namun nampaknya pengkajian tentang ha ini masih sangat terabaikan. oleh karena itu dalam ini, penulis ingin mengkajinya, agar diharapkan dapat memberikan sedikit cahaya bagi keelut epistemologi yang kita hadapi.
METAFISIKA DAN EPISTEMOLOGI
Setiap Epistemologi mengandaikan secara eksplisit atau implisit- basis metafisik tertentu yang dengannya, bangunan epistemologi didirikan, bahkan, ilmu – ilmu modern yang sering dipandang sekuler pun, ternyata juga memiliki fondasi metafisikanya. kaitan metafisik dan epistemollogi ini penting dikemmukakan mengingat pengaruhnya yang besar terhadap sistem epistemologi yang dibangunannya, Afirmasi atau penolakan seorang ilmuwan terhadap status ontologis entitas – entitas metafisik, misalnya tentu akan sangat mewarnai sistem klasifikasi dan metodologi epistemologinya. sebagai contoh, keraguan atau penolakkan dari banyak ilmuwan barat terhadap dunia metafisik, telah menyebabkan mereka membatasi lingkup sains hanya pada objek – objek indrawi atau substansi – substansi material belaka.Sains kemudian hanya berkutat dengan entitas – entitas yang bisa diobsevasi atau menurut istilah Holmes Rolston, sains hanya menjelaskan sebab – sebab formal dan final kepada yang lain.
BASIS ONTOLOGIS EPISTEMOLOGI ISLAM
Walaupun objek – objek metafisik tidak bisa dilihat indra, tetapi diyakini memiliki status ontologis yang sama nyatanya dengan objek – objek fisik, bahkan mungkin, lebih riil daripada objek – objek indra. pembagian objek – objek ilmu kedalam yang material dan yang immaterial ini dapat dilihat misalnya dalam karya al – kindi yang berjudul Devisi ilmu dan karya Ibn Sina berjudul Ilmu Penyembuhan.
Selain penting bagi klasifikasi ilmu, basis ontologis juga penting bagi hierarki ilmu dalam epsitemolgi islam. menurut al – farabi, hirerarki ilmu terkait erat dengan hierarki wujud, dan karena wujud yang ada ditata secara hierarkis, maka ilmu pengetahuanpun harus memiliki hierarki yang sepadan. oleh karena itu, al – farabi pada dasarnya menerima kemungkinan adanya derajat keunggulan dari ilmu – ilmu fillosofis ini. untuk menentukan keunggulan dari ilmu – ilmu tersebut, diajukan 3 macam kriteria : (1) keunggulan ilmu menurut kemuliaan objeknya, (2) menurut kedalaman pembuktiannya, dan ( 3) menurut kegunaannya.
METODE ILMIAH
Diantara pertanyaan yang paling fundamental dalam epistemologi adalah apa yang dapat diketahui dan kalau sudah ditentukan, bagaimana mengetahuinya. karena lingkup penelitian epistemologi islam tidak dibatasi hanya pada objek – objek fisik, seperti didunia barat, maka cocok dengan objek – objek fisik – empiris, tetapi juga dengan objek – objek yang lainnya ( nonfisik).
a.       Metode Filosofis ( Burhani)
Metode Demonstratif ini , tidak bisa disamakan begitu saja dengan metode ilmiah modern, karena lingkupnya yang lebih luas. metode demonstratif, karena aplikasinya yang luas, kemudian bisa dibagi lagi kedalam komponen yang berbeda – beda, yaitu metode fisik atau empiris, metode matematik, dan metode metafisik.
      Adapun keunggulan dari masing – masing subdivisi ini, sangat tergantng pada pengalaman dan kesukaan para penggunanya. bagi al – kindi, misalnya, metode matematik  merupakan alat utama metode demonstratif, bahkan dia menggunakan metode ini dalam bidang kedokteran, sementara bagi jabir bin hayyan, keunggulan metode demonstratif  dapat ditemukan dalam menafsiran metafisik dan simbolik dari objek – objek yang ditelitinya.
b.      Metode Empiris
Selain menekankan aspek matematik dan metafisik atau simbolik, ada juga yang lebih menekankan pada penelitian fisik atau empiris. dalam al – kulliyat, mengkritik penggunaan metode matematik ( atau dengan katanya sendiri, “ seni aritmatik dan musik) dalam ilmu kedokteran, sebagaimana yang digunakan al- kindii, baginya, demonstrasi dicapai terutama melalui penelitian fisik atau empirik, yang tentu saja digunakan dalam ilmu kedokteran.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ilmuwan – ilmuwan islam tidak hanya menggunakan metode – metode yang abstrak, tetapi juga metode – metode ilmiah yang empiris dalam riset – riset mereka, khususnya pada bidang – bidang atau objek – objek fisik.
c.       Metode Intuitif ( Irfani)
Selain metode demonstratif dan empiris yang masing – masing menggunakan observasi indrawi dan penalaran rasional, ilmuwan muslim juga menggunakan metode lain yang disebut intuitif ( irfani).
Berbeda dengan pendekatan rasional yang bersifat inferensial, pendekatan intuitif bersifat presensial, karena objek – objek yang ditelitinya hadir dalam jiwa, kita bisa mengalami dan merasakannya. selain itu, objek – objek tersebut juga bisa diketahui secara langsung, karena tidak  ada lagi jurang yang memisahkan subjek dengan objeknya. dalam modus pengetahuan seperti ini, terjadilah apa yang disebut kesatuan antara subjek dan objek, atau lebih lengkap lagi antara yang mengetahui , pengetahuan, dan yang diketahui.
REINTEGERASI ILMU
Klasifikasi ilmu dalam epistemologi islam terkait begitu erat dengan basis ontologis. disini, ilmu pengetahuan manusia meliputi hampir seluruh rangkaian wujud, baik yang bersifat metafisik maupun yang fisik, secara holistik dan integratif. adapun yang menjadi landasan bagi kesatuann ilmu – ilmu ini adalah adanya basis ontologis dari keyakinan yang kuat pada status ontologi objek – objeknya, baik fisik maupun metafisik dan matematik. Ternyata dalam Epistomolgi islam, ilmu tidak dipisahkan demikian ketat dan ekslutif, misalnya antara ilmu – ilmu agaja dan ilmu – ilmu sekuler.. ilmu – ilmu tersebut tidak boleh dipandang secara terpisah dan dikotomis, karena memiliki basis ontologis yang sama.Dikotomi ketat yang dirasakan sekarang antara ilmu – ilmu agama dan ilmu – ilmu sekuler, sebenarnya berasal dari basis ontologis berbeda yang dipahami sebagai dasar epistomologis islam.



SOSIOLOGI IBNU KHALDUN
PENGANTAR
Untuk mendiskusikan pemikiran dan teori –teori ilmu – ilmu sosial dari pemikir yang luar biasa ini, disini dikemukakan beberapa hal yang dianggap relavan dengan kajian ini : (1) biografi singkat Ibn Khaldun, (2) latar belakang intelektual, termasuktradisi filusufnya, kritiknya terhadap histrografi dan filsafat, dan (3) teori sosialnya yang disebut ilmu budaya, yang meliputi metode dan materii subjeknya.
BIOGRAFI IBNU KHALDUN
Nama  lengkap Ibnn Khaldun adalah Abu Zayd Abdurrahman Ibn Khaldun al – Hadhrami.dia lahir di tunis 1332 M. berasal dari keluarga kelas menengah dan terhormat dari Andalusia ( yang kemudian pindah ke turis),  kira – kira seratus tahun sebelumnya. Dia memiliki latar belakang keagamaan yang mendalam dan mendapatkan pendidikan menyeluruh, sebagaimana yang biasa diterima anak – anak kalangan menengah dan atas kelurga muslim. setelah kehilangan orangtuanya dan guru – gurunya akbat  wabah, Ibn khaldun memasuki bidang pemerintahan, namun tidak begitu lama, kemudian dia meninggalkan tunis dan  pada tahun 1354 tiba di FES, dimana dia dierima baik oleh penguasa marinid. namun tak lama kemudian, dia mengalami penderitaan dan penganiyaan karena keterlibatannya dalam politik.
LATAR BELAKANG INTELEKTUAL
a.       tradisi filosofis
Ibn Khaldun adalah pelajar setia ilmu filsafat sebagaimana yang berkembang didunia islam sebelum masanya. dan tradisi filosofis ini mempunyai pengaruh mendalam terhadap corak pemikiran dan metode ilmiah yang digunakan, dia mengerti betul metode dialektik, retorik, dan demonstratif yang dikembangkan para teolog, filosof , dan sufi.meski begitu, dia juga sangat kritis terhadap konsep – konsep tertentu, misalnya filsafat yang dikembangkan para teolog muslim dan para filosof muslim.
     Seperti para filosof lainnya, dia juga menggunakan metode penjelasan ilmiah yang berpangkal pada empat sebab Arisototelian: efisien, material, formal, dan final. Meskipun begitu lebih dari para filosof muslim sebelumnya, Ibn Khaldun mengembangkan tradisi Ilmu – ilmu rasional tersebut ppada bidang yang tidak kontroversial saat itu, yaitu sejarah, sebuah bidang yang  asih belum punya tempat jelas dalam klasifikasi ilmu – ilmu filsafat.
b.      Kritik Historiografis
Sebelum Ibn Khaldun, dunia islam telah melahirkan sejarawan – sejarawan besar dan dikagumi,namun mereka menurut Ibn Khaldun masih menggunakan metode konvensional yang diambil dari riwayat hadis. metode tersebut ketika dipakai untuk data – data historis mempunyai kelemahan yang barakibat pada tidak bisanya membedakan mana informasi yang benar dari yang salah.    alasannya karena metode perolehan informasi  hanya didasarkan pada otoritas sang perawi dan tidak pada informasi. ini misalnya dapat dilihat dari pernyataan al – Thabari bahwa apapun yang dia sampaikan dalam kitab sejarah itu, dia kemukakan sebagaimana adanya seperti yang dia dengar dari orang yang dipandang otoritas dibidangnya. untuk mengatasi problem metodologis seperti
c.       Kritik terhadap Filsafat
Ibn Khaldun hidup dizaman ketika terjadi kebangkitan kembali hambalisme atau apa yangdisebut Charles Issawi, leamen dan Majid Fakhry sebagai : Neo- Hambalisme” dengan tokohnya yang paling menonjol Ibn Taimiyah. Menurut Ibn Khaldun, para filosofi dengan akalnya melakukan penelitian ke wilayah – wilayah yang tidak mungkin. akal memang penting dan akurat, tetapi ia hanyalah terbatas sebagai akal yang tidak boleh duigunakan untuk menakar masalah – masalah seperti keesaan tuhan, hari akhir, kebenaran kenabian, sifat – sifat tuhan, atau lainnya yang berada diluar batas wewenang akal.
TEORI SOSIOLOGI IBNU KHALDUN
a.       Pengantar
Ciri yang menonjol dari sikap ilmiah Ibn Khaldun adalah dia mempelajari objek kajiannya sebagaimana adanya, dan bukan sebagaimana seharusnya. ini bisa di mengerti karena teori budayanya dimaksudkann sebagai upaya memahami sejarah di wilayahnya sebagaimanna adanya. pemahaman sejarah sebagaimana adanya dipandang Ibn Khaldun sangat perlu agar kita bisa mengubah wilayah atau masyarakatnya kearah lebih baik. tanpa memahami realitad sejarah sebagaimana adanya, akan sulit sekali untuk melakukan perbaikan ( reformasi) apapun di sana.
oleh karena itu kita bisa melihat dengan jelas adanya keserupaan antara pandangan dan metodologi Ibn Khaldun dengan pandangan sosiologi modern. ini menjadi alasan kuat beberapa orang termasuk barat untuk mengatakan bahwa Ibn Khaldun adalah peletak pertama ilmu sosial modern.namun perlu dijelaskan disini  bahwa keserupaan  ini tidak menjadikan Ibn Khaldun positivistik dan kehilangan kepercayaannya pada dunia metafisik.
b.      Sosiologi sebagai Ilmu budaya
Sosiologi sebagaimana dipahami diera modern mungkin tidak dikenal pada masa Ibn Khaldun, tetapi jelas dia adalah tokoh yang telah memiliki semangat sosiologis seperti itu,  meskipun dia menyebutnya ilmu budaya, ilmu budaya ini dapat dikatakan sebagai ilmu baru pada masanya, karena justru Ibn khaldun telah menciptakannya. dia melihat ilmu budaya ini sebagai sebuah disiplin yang tentunya harus memiliki sebuah materi subjek dan metodologi.
Metodologi yang digunakan pada prinsipnya sama dengan  metodologi yang digunakan para filosof muslim lainnya, yaitu metode demonstratif yang biasanya dibedakan dengan metode dialetik dan  retorik.metode demonstratif adalah metode logik untuk mengambil kesimpulan dari premis –premis sebelumnya, yaitu premis mayor dan minor yang biasanya disebut dengan silogisme.
b.1. Sebab material Budaya : Budaya
   Sebab material adalah materi atau substratum dari sesuatu, dalam hal ini budaya. Ibn  khaldun menyebut kegiatan ekonomi, lembaga – lembaga perkotaan, dan lain – lain sebagai unsur – unsur budaya yang esensial dan karena itu disebut sebagai sebab material budaya. ciri utama sebab material adalah bersifat potensial. dan sebagai potensi, sebab material harus menunggu sebab lain ( yaitu sebab formal) untuk membawa potensi tersebut kedalam aktualitas. dengan demikian, jelaslah bahwa biudaya ( dengan bagian – bagian esensialnya) merupakan sebab dari ilmu budaya.
b.2. Sebab Formal Budaya        
Sebagai Sebab Formal budaya, negara bisa memilki bentuk yang berbeda – beda, tergantng pada tujuan yang mereka cari. menurut Ibn Khaldun,npada dasarnya ada 3 bentuk negara dilihat dari tujuannya: (1) kebaikan bagi yang diperintah ( rakyat) baik didunia mauoun diakhirat, (2) kebaikan bagi yang dipeintah didunia ini saja, rezim seperti inni hanya mengejar kebahagiaan dunia saja, dan (3)  rezim yang tujuannya mencari kebaikan hanya bagi penguasa saja. dua bentu terakhir dikategorikan Ibn khaldun sebagai rezim rasional.
b.3. Sebab Efisien Budaya : Solidaritas
   Menurut Ibn khaldun, sebab utama yang mendominasii perubahan – perubahan dan gerakan – gerakan budaya ketika manusia berhasil menciptakannya, adalah solidaritas, Ibn khaldun mengatakan bahwa “ negara merupakan sebab efesien sebenarnya dalam materi budaya menjadi ada karena solidaritas dan kekuatannya. ketahanan, taraf ( hidup), dan keberlangsungan budaya , semuanya disebabkan oleh solidaritas dan tergantung pada kekuatannya.
Hubungan antara sebab – sebab formal dan efisiensi budaya, atau antara negara dan solidaritas, sangat penting dalam memahami konsep Ibn khaldun tentang budaya. karena solidaritas yang bertujuan pada pembentukan negara dan kekuatan politik, mungkin saja menerangkan arah sebab efisien dan menyelidiki perubahan – perubahan budaya.
               b.4. Sebab Final Budaya: kebaikan bersama
Menurut Ibn khaldun, sebab final dari rezim – rezim aktual biasanya dinyatakan sebagai kebaikan umum dan kebijakan – kebijakan tertentu seperti sikap moderat dan keadilan. namun tentu saja pengertian kebijakan umum dan lain – lain ini bisa berbeda dari rezim ke rezim, karena itulah, Ibn khaldun membedakan 3 kelompok rezim : (1) rezim dari budaya primitif yang tujuannya semata – mata bertahan hidup;(2) rezim rasional dan beradab yang semata – mata tujuannya adalah kebaikan hidup didunia ini, dan (3) rezim syariat yang tujuannya untuk mencapai kebahagiaan didunia dan diakhirat.
Adapun tujuan rezim hukum ( syariat) adalah pelestarian kehidupan dan kenikmatan yang sesuai peraturan dari keuntungan – keuntungan sosial, termasuk menikmati kebaikan dan kebahagiaan hidup diakhirat nanti.Ibn khaldun menunjukan makna khusus dari dunia akhir yang dikontraskan dengan kehidupan dunia lahiriah, penampakan jasmani, dan indrawi, lalu memberikan dunia akhir sebagai bersifat batin, tersembnyi, permanen, dan diatas itu semua tujuan akhir kebenaran atau kebenaran itu sendiri.

FILSAFAT MUTHAHHARI
SKETSA BIOGRAFIS
Murtadha Muthahhari lahir di Faryan, kira – kira 120 km dari Masyhad, ibu kota provinsi Khurasan, pada tanggal 2 februari 1920. setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya. Muthahhari pindah kemarsyad, pusat pendidikan dan ziarah bergengsi, untuk meneruskan pendidikannya dengan guru –guru yang otoritarif dibidangnya.Adapun faktor yang mempengaruhi keputusannya untuk pergi ke qaum Qum meninggalkan Masyhad adalah wafatnya Mirza Mehdi, seorang guru terkenal filsafat islam. Muthahhari memang telah memperlihatkan bakat filsafatnya yang menonjol.
Pada tahun 1949, Muthahhari mulai mengkaji al – Asfar al Arba’ah kalangan Mulla Shadra, kemudian pada tahun 1950 Muthahhari berkonsentrasi lebih keras lagi pada studi filsafat. dia meneruskan bacaannya tentang Marxisme. dan mulai mengikuti diskusi kamis Allamah Thabathaba’i tentang filsafat materialis. kemidian pada tahun 1954, Muthahhari mulai mengajar di fakultas teologi ditahran university.namun menjelang awal tahun 60-an, dia terlibat secara aktif dalam organisasi masyarakat religius bulanan dan menerbitkan majalah bulanan Goftar-e Mah.
FILSAFAR DAN PERAN IDEOLOGISNYA
Selain bicara filsafat sebagai senjata yang ampuh untuk menghadapi ide – ide sekuler barat, muthahhari juga menyatakan dengan tegas bahwa filsafat bukanlah hak istimewa barat. dia mengatakan dan percaya bahwa “ yunani kuno ( sebagai lambang filsafat barat) memperoleh asal keberhasilannya yang utama dari timur.
Dan sejauh menyangkut filsafat islam. muthahhari menunjuk 2 tradisi besar yang ada : “ peripatetik”( yang menurutnya lebih tepat disebut deduksionis) yang diwakili Ibn Sina dan :” Iluminasionis “ yang diwakili Suhrawardi.yang menarik adalah pernyataan muthahhari bahwa ketika membicarakan kedua aliran filsafat ini, referensi yang harus dibuat bukanlah pada plato atau arisoteles, tetapi pada islam sendiri.
TUHAN DAN KEESAANNYA
Berbicara secara filosofis tentang tuhan, tentu saja kita tidak bisa menghindarkan pembicaraan tentang bukti – bukti adanya tuhan. bukti macam apa yang dikemukakan Murtadha Muthahhari, inilah yang akan dibicarakan,Dalil al – imkan menyatakan bahwa alam ternyata bukanlah wujud yang niscaya, karena ia pernah tidak ada, dan akan pada waktunya, tiada. Karena pada kenyataannya alam ini wujud, padahal sebagai potensi ia tidak bisa mewujudkan dirinya sendiri, padahal sebagai potensi ia tidak bisa mewujudkan dirinya sendiri, maka mesti ada wujud lain yang telah aktual yang bertanggung jawab atas aktualisasi alam seperti sekarang ini. wujud aktual yang bertanggung jawab itu tidak lain adalah tuhan, yang merupakan wajib al- wujud ( wujud yang senantiasa aktual).
Muthahhari sendiri memberikan garis argumen yang sama dengan gurunya, Thabathabai, tetapi dengan cara yang sedikit berbeda. dia mengatakan bahwa ketika melihat alam sekitar melalui indra, kita akan temukan beberapa karakteristik dari alam tersebut, yaitu : (1) keterbatasan; (2) perubahahan ;(3) ketergantungan ;(4) keterbutuhan pada yang lain dan (5) relativitas.
Bebicara tentang tauhid, Muthahhari membedakannya pada 3 level: esensi, sifat , dan tindakan. tauhid pada level esensi mengisyaratkan bahwa dsang realitas ini tidak mengijinkan dualitas atau keanehan apapun. ia tidak memiliki padanan atau yang serupa dengannya. esensi wujud niscaya akan mengatasi semua pembicaraan tentang spesies dan  varietas. karena itu, semua merupakan karakteristik dari mahluk dan wujud – wujud yang mungkin, jadi, tauhid esensi ini berarti mengetahui esensi tuhan dalam keesaan dan keunikannya.
Yang terakhir adalah tauhid Ilahi dalam hal tindakan. tauhid tindakan berarti melihat dan mengetahui bahwa alam semesta dengan semua sistem, norma , sebab dan akibatnya, tidak lain dari tindakan -  tindakan atau karya – karya tuhan yang muncul dari kehendaknya. tentu ini bukan pendapat tipikal para filosof muslim, seperti al – farabi dan Ibn Sina yang menolak penciptaan sebagai hasil dari kehendak tuhan. setiap agen pelaku dan sebab, memperoleh realitas, wujud, pengaruhnya, dan agensinya dari tahun, karena itu, semua kekuatan, semua daya ada melalui dirinya.
ALAM SEMESTA
Alam semseta merupakan ciptaan tuhan yang diciptakan melalui kehendaknya. Muthahhari menolak pandangan dari apa yang disebut sebagai sebagai “Teologi Negatif” yang menurutnya tidak punya gambaran yang jelas tentang tuhan. menurutnya Islam merujuk dengan jelas Tuhannya yang berdiri sebagai Pencipta.
Menurut Muthahari, Filosof seperti hegelpun mengakui prinsip kesatuan organik dari alam semesta,hubungan organik ini sering diumpamakan Muthahhari sebagai hubungan antara anggota badan dan badannya itu sendiri. dengan demikian, dapat dimengerti mengapa dia menolak penjelasan kaun materialis yang menurut hematnya hanya bisa menggambarkan hubungan tersebut secara mekanik, bukan organik. namun para teosfer dan pemikir – prmikir kuno sering menggambarkan dunia ( alam semesta) sebagai “ Manusia besar” dan manusia sebagai “ Dunia Kecil”.
Jadi bisa disimpulkan dari pandangan Muthahhari bahwa para teosfer bukan para filosof lebih dekat pada pandangan dunia organik. tntu saja kalau kita kaitkan dengan perkembangan fisika baru yang lebih melihat alam sebagai hubungan – hubungan yang saling terkait, maka pandangan Muthahahhari tentang  kesatuan organik ini lebih maju dibanding para filosof yang berpandangan dunia mekanistik.
MANUSIA
Manusia tentu saja merupakan hasil evolusi terakhir, dan karena itu, sebagai mahluk hidup ia memiliki karakter atau sifat – sifat khusus yang tidak dimiliki hewan – hewan dan mahluk – mahkluk yang lebih rendah lagi. sekalipun hewan dikatakan memiliki kesadaran dan nafsu, tetapi kesadaran hewan tentang dunia fisik hanyalah kesadaran indrawi, tidak bisa menjangkau ke kedalaman dan antarhubungan batin benda – benda. kesadaran hewani hanyalah pada objek – objek yang bersifat individual dan partikular, dan tidak bisa menjangkau yang bersifat universal dan general.
Manusia menikmati kemuliaan dan keagungan yang khusus diantara mahluk – mahkluk lain dan memiliki peran khusus sebagai wakil tuhan, dan misi khusus sebagai pengelola alam, namun manusia dengan kebebasan memilihnya bertanggung jawab terhadap evolusi dan pertumbuhan,serta pendidikannya dan manusia, tuhan akan memberi pahala pada setiap diri manusia sesuai dengan niat baik dan usahanya yang lurus, manusia juga dikatakan mempunyai peran kausal dalam, dan pengaruh terhadap tindakan- tindakannya, dia bahkan lebih berpengaruh terhadap membentuk nasibnya sendiri ketimbang mahkluk yang lain.
Sebagai pemikir syiah yang sering diidentikan dengan mu’tazliah, Muthahhari menolak bahwa manusia telah ditentukan nasibnya secara deterministik, kepercayaan Syiah mengakui prinsip kebebasan manusia, pertanggungjawabkan manusia dan kreativitasnya. takdir tuhan telah menciptakan sistem dan telah memunculkan serangkaian norma dan hukum. karena itu, kapan saja manusia mencari sesuatu yang diinginkannya, dia harus mencarinya lewat sistem dan norma – norma tadi. jadi, rezeki, sekalipun berasal dari pusaka ilahi, tetapi harus dicari melalui sistem dan norma , dan bukan begitu saja diberikan secara pilih kasih.
MASA DEPAN FILSAFAT ISLAM
DINAMIKA KEHIDUPAN
Dinamika atauperubahan ini merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa kita bantah dan telah menjadi sifat dasar dari segala yang ada dimuka bumi, termasuk manusia dan lembaga – lembaga yang mereka bangun. semua lembaga , baik keagamaan, negara, maupun kemasyarakatan, tidak ada yang luput dari pengaruh dinamika kehidupan ini. bahkan, kelestarian lembaga – lembaga tersebut sedikit banyaknya tergantung dan dipengaruhi oleh sejauh mana mereka dapat menyesuaikan diri dengan irama perubahan tersebut.
Namun karena tidak ada yang bisa mengelak dari hukum dinamika kehidupan yang belakangan ini cenderung semakin cepat- ide – ide dan gebrakan – gebrakan dinamis almarhum Harun Nasution sudah agak tertinggal oleh zaman. dan itu dirasakan hampir oleh semua bidang keilmuan islam, terutama dalam bidang filsafat. oleh karena itu, untuk setiap bisa survive bahkan kalau bisa maju dan berkembang dimilenium ketiga ini, PTAIN harus mengadakan perubahan – perubahan fundamental dan berarti untuk mengantisifasi tren – tren besar yang akan melanda pemikiran global maupun regional, dan terutama pemikiran keagamaan dan filosofis dinegara kita sendiri. dan untuk itu, barangkali kita juga harus menurumuskan ulang visi dan misi dari lembaga pendidikan tinggi islam yang kita cintai.


METAFISIKA
Salah satu definisi metafisika adalah upaya Mengeksplorasi dunia nonindrawi, yang berada diseberang dunia pengalaman. jadi metafisika merupakan cabang filsafat yang mencoba menjelajahi dunia rohani atau alam gaib yang menurut islam harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim, seperti Tuhan, akhirat, roh. alam barzah. malaikat, surga, neraka dan sebagainya.Agama islam mewajibkan seluruuh umatnya untuk mempercayai yang gaib tersebut dengan sepenuhnya.
Serangan alam gaib juga muncul dari Sigmun freud, bapak Psikoanalisa dan Emile Durkheim, frued memandang bukan saja Tuhan sebagai sebuah ilusi, tetapi juga ajaraN – ajaran lain dari agama, Menurut frued, ide – ide keagamaan bukanlah pengendapan – pengendapan pengalaman atau hasil akhir dari pemikiran, melainkan ilusi – ilusi yang memenuhi keinginan – keinginan manusia paling tua, paling kuat dan paling mendesak. dan apa yang menjadikan ide – ide itu “ ilusi” adalah kenyataan bahwa mereka berasal dari keinginan – keinginan manusia itu. sedanngkan rahasia kekuatan mereka berada pada kekuatan keinginan – keinginan tadi.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa dunia modern berada disamping jalan, antara pengetahuan sekuler masa lalu yang masih dominan dikalangan ilmuwan( yang sangat berbahaya terhadap sistem metafisika religius) disatu sisi, dan tren kontenporer kearah kebangkitan kembali metafisika didunia barat modern dari tradisi- tradisi keagamaan timur yang masih terus berlangsung dan terus semakin berlangsung dikalangan tertentu intelektual barat.di sisi lain, kedua fenomena ini tentu saja perlu disikapi dengan membangun bangunan metafisika yang kokoh dan besar yang mempunyai 2 tujuan sekaligus, pertama, menjawab tantangan metafisika yang dilancarkan ilmuwan – ilmuwan barat sekuler yang mencoba secara ilmiah mendongkel fondasi metafisika religius.kedua, memberi jawaban yang memadai pada tuntutan yang terus berkembang terutama memasuki milenium ketiga ini, tentang visi metafisika yang seimbang, logis, dan rasional yang bisa memuaskan kaum intelektual yang sedang mencari spiritualid didunia timur.
EPISTEMOLOGI
Selain metafisika, PTAIN juga harus merumuskan visi epistemologinya yang jelas. selama ini, epistemologii atau teori ilmu pengetahuan “ islam merupakan bidang yang sangat diabaikan,sebagai ilustrasi, UI Press menerbitkan sebuah buku kecil dengan judul epistemologi islam, yang selain kecil, juga tidak cukup substansial memuat ajaran –ajaran epistemologi islam, padahal khazanah filosofis Islam sangat kaya dan potensial untuk disusun menjadi epistemologi islam yang komprehensif.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi problem besar yang potensiall terjadi dilingkungan IAIN ( UIN), lembaga ini harus merumuskan visi epistemologinya yang tentu saja cocok dengan pandangan fundamental islam, setidaknya visi epistemologis ini harus meliputi 2 aspek yang utama : (1) ruang lingkup dan klasifikasi ilmu, dan (2) sumber serta metodologi ilmu. dengan dijelaskannya dua aspek epistemologi ini, diharapkan setiap dosen memiliki pedoman yang jelas dalam membahas aspek – aspek teoritis ilmu pengetahuan, apapun cabang ilmu yang diajarkannya.
a.          lingkup dan objek ilmu
Dalam pandangan keilmuan islam, objek ilmu sepadan dengan rangkaian wujud ( eksistensi) baik yang gaib ( metafisik) maupunyang lahir ( fisik). oleh sebab itu, ilmuwan – ilmuwan besar seperti Ibn Sina dan al- Biruni, melukiskan susunan wujud dari yang tertinggi ( tuhan) kemudian turun melalui akal – akal atau entitas – entitas rohani( malaikat) serta jiwa – jiwa dan benda – benda angkasa, sampai yang terendah ( alam dunia) atau apa yang disebut sebagai dunia dibawah bulan. susunan wujud seperti inilah yang disebut kosmologi.
Yang terpenting dalam pembicaraan tentang lingkup dan objek – objek ilmu ini adalah bahwa setiap cabang dari ilmu – ilmu tersebut mempunyai korelasi ontologis yang positif dengan objek – objeknya.artinya, bahwa setiap objek dari cabang ilmu itu harus diakui dan diyakini keberadaannya, apakah ia bersifat gaib ataupun nyata. misalnya, metafisika berkorelasi secara ontologis dengan objek – objek yang gaib. seperti tuhan, malaikat, jiwa, alam barzah, syurga dan neraka.
b.         sumber dan metode ilmu
Sumber dan metode ini berkaitan langsung dengan pertanyaan kedua, yaitu “ bagaimana” atau dengan apa kita dapat mengetahui sebuah objek ilmu pengetahuan . pertanyaan ini bisa mangacu pada alat atau sumber dimana manusia mampu mencapai pengetahuan tentang objek – objek yang berbeda – beda sifatnya. setiap epistemologi yang dibangun oleh sarjana muslim harus mengakui setidaknya 3 sumber atau alat ilmu yang sama – sama diakui keabsahannya: indra. akal. dan hati atau intuisi.
Dari Indra atau persepsi indrawi dikembangkan metode observasi berdasarkan pada alat – alat empiris dan eksperimen. metode observasi ini telah dikembangkan oleh banyak ilmuwan muslim dalam berbagai disiplin ilmu alam, seperti kimia, astronomi, optika, dan lain – lain.metode observasi maupun eksperimen dilakukan dengan baik untuk menguji teori –teori lama maupun untuk menciptakan teori – teori baru.
ETIKA
Melihat kondisi moral masyarakatakhir – akhir ini yang semakin menunjukan penurunan sangat berarti, PTAIN            sudah selayaknya memiliki visi etika yang mampu menjawabkebutuhan masyarakat akan hal tersebut.kenyataan bahwa ini masih terdapat banyak kesalahpahaman terhadap etika atau filsafat moral.
a.          Etika dan Kebahagiaan
Menurut para filosof moral atau etikawan muslim, tujuan dari etika adalah memperoleh kebahagiaan. hal ini seperti tercermin dalam karya al- farabi, mengkaitkan etika dengan kebahagiaan merupakan hal yang penting karena tak seorangpun yang tidak mau menanggapi kebahagiaan, sedangkan etika adalah ilmu yang menunjukan jalan kebahagiaan.
Demikian pula kalau jiwa kita sakit, misalnya, ketika kita mengidap penyakit iri ( dengki). kita yang mestinya merasa bahagia dengan penghasilan yang biasa, karena dengki, tidak merasa bahagia. jadi dalam hal ini, penyakit dengki bisa menghapus rasa bahagia yang selama ini kita rasakan.
b.         Etika, akal, dan ilmu
Ilmu dan akal memainkan peranan penting dalam etika terutama dalam  upaya mencapai kebahagiaan. rasionalitas atau akal menempati posisi yang krusial dalam etika islam. akal biasanya hanya dipandang memiliki fungsi kognitif belaka, padahal menurut visi etika yang benar ( seimbang ) , akal manusia juga punya fungsi    manajerial. dengan fungsi kognitifnya, akal mampu membangun ilmu pengetahuan teoritis yang sangat diperlukan untuk menerangi jalan hidup manusia, dan dengan fungsu manajerialnya, akal mampu mengaplikasikan pengetahuan.
Dalam bentuk yang sederhana, hubungan ilmu dan etika dapat diumpamakan dengan hubungan antara pelita dan pejalan kaki, ilmu kata nabi Saw adalah cahaya, sebagaimana cahaya dapat membuat bagian – bagian yang gelap dan remang – remang menjadi terang atau dapat dilihat jelas.

c.          Etika sebagai kedokteran Rohani
Etika dipandang para filosof muslim sebagai pengobatan atau kedokteran rohani, seperti yang tercermin dalam judul bukunya yang ditulis oleh ahli kedokteran abad ke sepuluh.perannan etika sebagai kedokteran rohani sangat signifikan. para filosof muslim menyejajarkan etika dengan kedokteran, baik dilihat dari kepentingannya maupun dari metodenya. kalau kita menanggap penting ilmu kedokteran untuk memelihara kesehatan mental.
Selain memelihara kesehatan jiwa, tujuan etika juga mencoba mengobati penyakit yang menimpa mental kita sehingga kesehatannya dapat dipulihkan. pengobatan jiwa itu dilakukan dengan mengadakan diagnosa terhadap penyakit tertentu dan mencari sebab – sebabnya sebelum akhirnya mengobatinya seefektif mungkin.

PUSAT PEMIKIRAN ISLAM DAN FILSAFATNYA
Visi seluas dan setajam apapun tidak hanya punya pengaruh yang diharapkan jika tidak diimplementasikan dalam bentuk – bentuk yang lebih konkret atau dikembangkan dalam gerakan atau kegiatan yang relavan menunjang visi tersebut. oleh karena itu, visi yang telah ditawarkan pada bagian terdahulu perlu diwujudkan dalam bentuk pusat kajian filsafat ( pemikiran ) islam yang handal dan komprehensif, yang mempunyai tujuan ganda.pertama, untuk memberikan jawaban komprehensif dan rasional terhadap tantangan dan kritik tajam yang dilontarkan oleh iluwan dan filosof barat sekuler. kedua,untuk mengantisipasi kebutuhan informasi tentang filsafat dan pemikiran islam dimasa kebutuhan informasi tentang filsfat dan pemikiran islam dimasa depan.Hal ini terkait dengan kebangkitan kembali metafisika di barat dan pencarian para ilmuwan dan cendikiawan mereka terhadap hikmah dari tradisi keagamaan timur, termasuk islam ( terutama dari aspek pemikiran dan spiritualnya).
LAHAN-LAHAN POTENSI ISLAM
Menjadi PTAIN sebagai pusat pemikiran islam, khususnnya pemikiran filsafat, berarti membuka ( melalui penelitian – penelitian dan pengembangan – pengembangan ) lahan – lahan itu antara lain : pengenalan tokoh – tokoh filsafat yang belum begitu dikenal.
a.         The minor Philosophers
Pengenalan terhadap segelintir filosof utama muslim dilakukan oleh Dr. Harun Nasution dalam bukkunya , filsafat dan mistisisme dalam Islam, sekalipun sangat berguna, tentu saja tidak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan PTAIN sebagai pusat informasi pemikiran islam. selain itu, penyajian yang terus menerus diulang sejak penerbitannya pada tahun 1973 dan tidak mengalami penambahan selama lebih seperempat abad. bisa mengesankankan bahwa dunia islam seolah – olah hanya memiliki sejumlah kecil filosof. hal tersebut berarti bahwa ladang filsafat dibidang tokoh saja masih sangat luas dan dalam, karena ternyata masih ratusan filosof yang belum mendapat giliran untuk diperkenalkan , tentu dengan ratusan corak pemikiran mereka yang berbeda – beda dan sangat kaya.
b.         Penerjemahan karya – karya filsafat & Tasawuf
Cara lain yang lebih efektif dalam pengembangan lahan – lahan potensial filsafat islam adalah dengan menghimpun ( mengoleksi) karya – karya filosof muslim untuk kemudian dipelajari dan diterjemahakan kedalam bahasa indonesia yang baik. pengkajian dan penerjemahan sangat berguna bagi pemahaman dan pengembangan wawasan filosofis islam yang selama ini biasanya hanya dinikmati melalui karya – karya sekunder. tujuan penerjemahan ini adalah menghindarkan diri dari kesalahpahaman yang terjadi akibat tidak adanya atau ketidakmampuan mangakses secara langsung karya – kara utama para filosof itu.
c.         Pengembangan Bidang – bidang filsafat islam
Filsafat islam, yang baru secara dasar diperkennalkan prof. Dr. Nasution , patut sekali dikembangkan secara rinci menurut bidang – bidang utamanya, : metafisika, epistemologi, etika dan politik. dibidang metafisika, pengembangan bisa pada bidang ketuhanan, seperti konsep –konsep para filosof muslim, semisal al – kindi, al –farabi dll.bisa juga pada bidang bukti – bukti filosofis akan keberadaannya.disamping itu pengembangan metafisika juga pada bidang – bidang kosmologis dan konsep akal, dan konsep eskatologis, termasuk konsep alam barkah dan alam mitsal .
d.    Literatur Hikmah
Literatur hikmah adalah sekumpulan karya filsafat muslim yang memuat hikmah atau kata – kata mutiara dari para filosof muslim maupun non – muslim, yang biasanya berisi nasehat moral, religius, dan bahkan politik, termasuk anekdot – anekdot yang sarat dengan kandungan moral
e.         Filsafat Perenial
Selain literatur hikmah, perkembangan metafisika dalam bentuk filsafat perenial dibawah pimpinan Rene Guinon juga merupakan lahan kaya yang sangat berguna dan menarik  untuk dikaji secara intensif. Martin lings, Titus, dan lain – lain merupakan generasi baru kaum intelektual barat yang telah tersadar dari kematian spiritualitas dunia barat, mereka mencoba merumuskan metafisika yang sangat kreaktif sebagai pandangan alternatif bagi filsafat materialistik barat.
f.          Filsafat Islam Kontenporer
Ladang lain yang juga tidak kalah suburnya untuk dikembangkan adalah perkembangan modern dan kontenpore dari filsafat Islam atau apa yang lebih dikenal sebagai filsafat pasca – Ibn Rusyd. banyak sekali filosof Muslim yang telah menyumbangkan karya – karya orsinil mereka dibidang filsafat pasca Ibn – Rusyd. Begitu juga para tokoh ( filosof) yang datang kemudian setelah generasi pasca Ibn Rusyd, terutama yang hidup diabad XIX Syekh Ahmad Ahsai dan Mulla Hadi Sabzwari: juga yang hidup pada abad XX. Seperti : Astiyani, Thabatabai, Murtadla, Muthahhari dan tentu saja Mehdi Ha’iri. semua tokoh ini perlu dikaji secara lebih intensif dan serius. karena karya mereka tercermin bagaimana para filosof muslim tersebut memberikan reaksi terhadap perkembangan filsafat barat yang tentu saja perlu sekali diketahui, ini sangat penting jika PTAIN ingin menjadikan lembaganya sebagai pusat pemikiran dan filsafat Islam.


BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

KELEBIIHAN
Buku karya Mulyadhi Kertanegara dengan judul NALAR RELIGIUS (Memahami Hakekat Tuhan, Alam dan Manusia ini sangat berguna bagi para pembacanya khusus bagi pengkaji di bidang sains atau berbagai kajian ilmiah. Dikatakan sangat berguna karena dalam buku ini dikemukakan berbagai kejadian alam baik sengaja maupun tidak secara ilmiah sangat berkaitan sekali dengan adanya hakekat Tuhan sebagai sang pencipta-Nya, alam sebagai sarana atau tempat dan manusia sebagai pelaku disetiap aktivitasnya.
Dengan membaca buku tersebut para pengkaji ilmiah dapat memahami setiap ilmu dari berbagai aspek seperti moral, nilai, agama dan kemasyarakatan. Sehingga ilmu yang berkembang dapat seimbang adanya dan dapat berkembang diterima disetiap unsur lapisan masyarakat.
KEKURANGAN
Buku karya Mulyadhi Kertanegara dengan judul NALAR RELIGIUS (Memahami Hakekat Tuhan, Alam dan Manusia ini selain memiliki kelebihan juga memiliki sisi kekurangannya. Mungkin menurut penulis review ini buku yang disajikan kurang menarik karena penyajiannya masih kurang menarik karena masih belum ada instrument tambahan seperti gambar-gambar, kajian-kajian, dan lain-lain yang membuat isi buku dapat menarik minat para pembaca.
Mungkin hanya sebagian yang menurut penulis review buku ini masih memiliki kekurangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bioteknologi “Peran Pseudomonas sp. Dalam Bioteknologi Bioremediasi Limbah Plastik dan Styrofoam”

MAKALAH BIOTEKNOLOGI  “ Peran   Pseudomonas sp. Dalam Bioteknologi Bioremediasi Limbah Plastik dan Styrofoam ”                  Mata Kuliah          : Bioteknologi           Dosen Pengampu      : Ina Rosdiana Lesmanawati, M.Si    Disusun Oleh : AENUL FAHMI KHALIK (14121610738) BIOLOGI C/ VI TADRIS IPA-BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2015 PEMBAHASAN A.     Bioteknologi dan Bioremediasi Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformas...

MAKALAH KURIKULUM 2013

MAKALAH KURIKULUM 2013 Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar pendidikan semester 1 Dosen Pembimbing : H. Syamsuni , M.pd   Di susun oleh : Nama : Eva Shaumitaria PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS WIRALODRA 2017/2018 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya Kapanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tetentang kurikulum 2013 .             Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang kurikulum 2013 ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.         ...

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN DESAIN PENELITIAN EVALUATIF PENDIDIKAN

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN DESAIN PENELITIAN EVALUATIF PENDIDIKAN Diajukan guna memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi Dosen Pengampu: Edy Chandra, S.Si, M.A   Disusun oleh: KELOMPOK 4 AENUL FAHMI KHALIK ADE IDRUS HARIRI DEA RIZKI Z IIN I’ANAH LILIS AGUSTINA SYIFA MUSTIKA USWATUH S BIOLOGI C/6 TADRIS IPA-BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2015 BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Penelitian dilakukan berdasarkan atas keingintahuan ataupun ketertarikan seseorang terhadap sesuatu. Metode berpikir ilmiah pada dasarnya adalah sejumlah pengetahuan yang berkaitan dengan jalan atau cara yang ditempuh oleh pikiran manusia untuk mencapai kesimpulan atau putusan yang sah dan benar. Penelitian merupakan aktivitas ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan keilmuan...