Langsung ke konten utama

MAKALAH Landasan Pendidikan Islam



MAKALAH
Landasan Pendidikan Islam
Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Landasan Pendidikan Islam
Dengan dosen pengampu : Drs. Endang AR, M.Pd








Disusun oleh :
1.      Aenul Fahmi Khalik (14121610738)
2.      Lina Lia Sari (14121610743)
3.      Uswatun Sholiah (14121610750)


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012/2013

KATA PENGANTAR
Alkhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan taufik dan hidayat-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis ini. Mudah – mudahan dosen pengampuh dapat menerima denga baik.
        Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Rasullulah SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliah hingga zaman yang terang benderang.
        Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah mendukung mensuport kami sehingga karya tulis ini dapat sesuai dengan apa yang diharapkan.
        Penulis menyadari dalam karya tulis ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu penulis tidak menutup kepada rekan – rekan agar dapat melengkapi dan lebih menyempurnakan lagi.
        Akhirnya hanya kapada Allah lah kami memohon perlindungan dari segala kesesatan dan kekufuran. Dan semoga karya ini dapat memberi manfaat bagi kami dan bagi pembaca pada umumnya.




Cirebon, 2012


Penulis

DAFTAR ISI
BAB 1 …..………………………………………………………………………....1
PENDAHULUAN …………………………………………………..………….....1
1.      Latar Belakang …………………………………………………………...…1
2.      Rumusan Masalah ………………………………………...………………...1
3.      Tujuan Makalah …………………………………………………...………...1
BAB 2 ……………………………………………………………………………..2
1.      Pendidikan Berdasarkan Sistem …………………………………………..2
a.       Definisi Pendidikan …………………………………………………...2













 

BAB  1
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah penataan perilaku, pengembangan pikiran, hubungan peranan manusia dengan dunia, pengaturan emosional, dan bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan perwujudannya. Seluruh hal tersebut telah terkonsep pada suatu dasar atau landasan yang kuat. Islam pun telah menawarka konsep akidah yang wajib diimani supaya dalam diri manusia tertanam perasaan yang mendorongnya pada perilaku normatif yang mengacu pada syari’ah islam. Perilaku yang dimaksud adalah penghambaan manusia berdasarkan pemahaman atas tujuan penciptaan manusia itu.
Aspek keimanan dan keyakinan menjadi landasan aqidah yang mengakar dan integral serta menjadi motivator yang menggugah manusia untuk berpandangan ke depan serta optimis, sunguh-sungguh dan kesadaran. Sudah barang tentu kesemuanya ini berdasarkan pada suatu sumber pokok yaitu Al-Qur’an dan Hadits.

2.      Rumusan Masalah
a.       Apa pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah?
b.      Apa pendidikan berdasarkan pendekatan sistem?

3.      Tujuan
Supaya kita dapat mengetahui apa itu pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah dan sistem, agar menambah wawasan kita mengenai pendidikan yang mendalam.









1
 
 


BAB II
PEMBAHASAN
1.      PENDIDIKAN BERDASARKAN PENDEKATAN SISTEM

A.    Definisi pendidikan
Pendidikan berarti suatu perbuatan bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh pendidik kepada anak didik kearah  satu tujuan.

B.     Pengertian pendidikan islam
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pendidikan islam, tetapi menurut penulis intinya ada dua, yaitu :
1.      Pendidikan islam merupakan aktifitas penting yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai islam.
2.      Pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dan disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai islam.

C.    Pengertian pendekatan
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pendekatan adalah usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.
Bila dikaitkan dengan pendidikan islam, pendekatan berarti serangkaian asumsi mengenai hakikat pendidikan islam dan pengajaran agama islam serta belajar agama islam. Pendekatan selalu terkait dengan tujuan, metode, dan teknik yang bersifat implementasional dalam pengajaran tidak terlepas dari metode apa yang digunakan.
Dalam proses pendidikan islam, pendekatan mempunyai mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan.


 
D.    Pengertian sistem
Sistem adalah suatu keseluruhan yang bulat yang sendiri (independent) atau bekerja bersama-bersama untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan berdasarkan kebutuhan.
Sistem pendekatan adalah suatu proses untuk mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan, menyeleksi problema-problema, menemukan persyaratan-persyaratan untuk memecahkan problema-problema, memilih alternatif-alternatif pemecahan, mendapatkan metoda-metoda dan alat-alat serta mengimplementasikannya, hasil-hasilnya dievaluasi, serta melakukan revisi yang diperlukan terhadap sebagian atau seluruh sistem yang telah diciptakan sehingga  kebutuhan-kebutuhan dapat dipenuhi dengan sebaik mungkin, sehingga kebutuhan-kebutuhan itu tidak ada lagi.

Sistem sebagai suatu pendekatan analisis merupakan istilah yang relatif baru tetapi popular. Istilah itu secara sederhana dapat diidentifakasi sebagai “seperangkat objek dengan hubungan-hubungan antar objek dan hubungan antar atributnya.”

E.       Prinsip-prinsip sistem, meliputi:
ü  Memiliki unsur-unsur;
ü  Elemen-elemen atau komponen-komponen yang saling berhubungan;
Kedua unsur elemen atau komponen dalam sistem menunjukkan adanya satu kesatuan   (tersrtuktur) menuju pada satu tujuan.
ü  Pencapaian tujuan ditandai dengan berfungsinya secara terorganisasis dari komponen,  elemen dan unsur di dalam sistem.
                                                                                                                                                                                             
F.     Jenis-jenis Pendekatan Sistem, antara lain:

a.      Pendekatan Psikologi
3
 
Roger, A. Kaufman, Educational System Planning &  Gilbert Sax, Emperical Foundation of Educational Research, halaman 2.
Sahapiah Faisal, 1981:25)

 
Dalam hal ini sangat memperihatinkan keadaan jiwa mereka, kesukaan hati. Disamping itu penyampaian bahan-bahan materi, pelajaran sangat memperihatinkan kadar atau perkembangan kemampuan para siswa, yang disesuaikan dengan daya tangkap pemikiran mereka.
Pendekatan psikologi dapat diartikan juga sebagai usaha memanfaatkan jasa psikologi islam pada khususnya untuk mendukung perumusan konsep dan praktik pendidikan., karena alasannya adalah:
Ø  Suatu pendidikan tidak hanya memindahkan isi kepada seorang guru kepada beberapa orang murid karena dalam proses belajr tidak hanya menerima dengan keadaan pasif, tetapi harus aktif dan dinamis. Akan tetapi sangat selektif dan mempunyai syarat-syarat tertentu, seperti adanya rangsangan dari guru, untuk memahami itu membutuhkan psikologi.
Ø  Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antara individu dengan lainnya, manusia yang berbeda dengan makhluk lainnya, karena kondisi psikologinya.
Ø  Intinya setiap orang itu punya psikologi yang berbeda-beda sehingga pengajar harus memahaminya.

b.       Pendekatan Manajemen
Dapat diartikan sebagai sebuah konsep yang mencoba menerepkan fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, penilaian, perbaikan dalam setiap kegiatan pendidikan.
Jadi setiap pendidikan itu sangat perlu adanya manajemen, agar semuanya berjalan sesuai rencana dan peserta didik juga lebih terkontrol dalam setiap pembelajaran.

c.       Pendekatan ceramah
Cara menyampaikan suatu pelajaran tertentu dengan jalan penuturan secara lisan kepada anak didik atau khalayak ramai. Dalam pendekatan ini seorang pengajar harus dapat menguasai bahan yang ingin di sampaikan , harus dengan jelas dan singkat, dan dapat menguasai situasi kelas.





 
d.      Pendekatan pemberian tugas
Metode ini yaitu guru menyajikan bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas kepada siswa, untuk dikerjakan dengan penuh rasa tanggung jawab dan kesadaran.
e.       Pendekatan diskusi
Diskusi ini adalah suatu cara yang dapat di gunakan dalam menyelesaikan masalah, yang mungkin menyangkut kepentingan bersama, memperluas wawasan dan pengetahuan . Dalam metode ini siswa harus hidup dan lebih aktif, agar banyak wawasan yang dapat diperoleh serta mudah dipahami.
G.    Ciri-ciri khas sistem pendidikan islam
Metodologi islam dalam melakukan pendidikan adalah dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikit pun, baik segi jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya secara fisik maupun kehidupannya secara mental, dan segala kegiatannya di bumi ini.

H.    Membangun muatan sistem pend. Islam
Upaya membangun sistem pendidikan islam yang perlu mendapat prioritas adalah bangunan muatan atau konten pendidikan , bukan metodologinya, M. Naquib Al-Attas menjelaskan, “apa yang harus  direncanakan dan diimplementasikan bukanlah metodologi pendidikan atau teknik-teknik pngajaran sebagai objek utama usaha untuk merencanakan sistem pendidikan yang koheren dan rasional, melainkan konten dari apa yang diajarkan. Hal ini bukan berarti bahwa metodologi atau teknik pengajaran itu tidak penting, namun yang perlu diprioritaskan adalah bangunan aspek konten.

I.       Implikasi paradigma terhadap sistem pendidikan
5
 
Paradigma pendidikan berkembang pada setiap mileunya yang meniscayakan adanya sikap kooperatif sekaligus kompetitif. Bahkan sesuai dengan watak era globalisasi sekarang, ragam paradigm pendidikan mengalami tarik ulur kepentingan, bahkan konflik satu sama lainnya. Berkenaan dengan ini, Mansour Fakih menganalisa fenomena pendidikan formal dalam kaitannya dengan pertikaian ideologi atau paradigma pendidikan.
Paradigma merupakan ruh dan bingkai konseptual dari suatu sistem pendidikan. Paradigm sangat jelas memberikan pengaruh pada sistem pendidikan itu sendiri. Neil Postman mengakui bahwa tanpa ada paradigma yang jelas, pendidikan seperti kehilangan ‘Tuhan-tuhan’ untuk disembah. Baginya, paradigma merupakan medium narasi yang tidak akan pernah berhenti menciptakan sejarah dan masa depan manusia. Ia dengan tegas menyatakan bahwa tanpa sebuah narasi, hidup tidak akan bermakna. Dan tanpa makna, belajar tidak memiliki tujuan. Tanpa sebuah tujuan, sekolah adalah rumah-rumah tahanan. Oleh karenanya, paradigma pendidikan menjadi satu keniscayaan sebagai cara berpikir atau sketsa pendang menyeluruh yang mendasari rancang bangun suatu sistem pendidikan.
Untuk memahami keberpengaruhan tersebut, dibawah ini akan digambarkan varian perkembangan ideologi dan atau paradigm pendidikan, serta skema perkembangannya pada wujud sistem pendidikan yang diselenggarakan. Sekedar ilustrasi inisiasi di sini akan dipaparkan hal tersebut dengan mengikuti pemetaan aliran paradigm pendidikan dari Giroux dan Aronowitz (1985), yang terbagi pada tiga aliran, yaitu paradigm konservatif, liberal, dan kritis. Sedangkan O’Neill memaparkan enam ideology pendidikan, yakni: tiga ideologi konservatif (fundamentalisme, intelektualisme, dan konservatifme pendidikan), dan tiga ideologi liberal (liberalism pendidikan, liberasionisme pendidikan, dan anarkisme pendidikan).












Roger, A. Kaufman, Educational System Planning &  Gilbert Sax, Emperical Foundation of Educational Research, halaman 2.
Sahapiah Faisal, 1981:25)

 

6
 

 


a.      Paradigma konservatif
Dalam bentuknya yang klasik atau awal, paradigma konsevatif dibangun berdasarkan keyakinan bahwa masyarakat pada dasarnya tidak  bisa merencanakan perubahan atau mempengaruhi perubahan sosial, hanya Allahlah yang merencanakan keadaan masyarakat dan hanya Dia yang tahu makna di balik itu semua.
Bagi kaum konsevatif, etidak sejajaran masyarakat merupakan suatu keharusan hukum alam, suatu hal yang mustahil dihindari, serta seakan sudah menjadi ketentuan sejarah atau bahkan takdir Allah. Perubahan sosial bagi mereka bukanlah suatu yang harus diperjuangkan, karena perubahan hanya akan membuat manusia lebih sengsara.
Namun dalam perjalanan selanjutnya, paradigma konservatif cenderung lebih menyalahkan subjeknya. Bagi kaum konservatif, mereka yang menderita, menjadi demikian karena salah mereka sendiri. Karena toh banyak orang lain yang ternyata bisa bekerja untuk berperilaku baik dan karenanya tidak masuk penjara. Kaum miskin harus bersabar dan belajar untuk menunggu samapai giliran mereka datang., karena pada akhirnya kelak semua orang akan mencapai kebebasan dan kebahagiaan. Kaum konservatif sangat mementingkan harmoni dalam masyarakat serta menghindari konflik dan kontradisi.

b.      Paradigma liberal
Paradigma golongan kedua, yakni kaum liberal, berangkat dari keyakinan bahwa memang ada masalah dalam masyarakat tetapi bagi mereka pendidikan tidak ada kaitannya dengan persoalan politik dan ekonomi masyarakat. Dengan keyakinan seperti itu, pautnya dengan persoalan politik dan ekonomi. Sungguh demikian, kaum liberal selalu berusaha untuk menyesuaikan pendidikan dengan keadaan ekonomi dan politik di luar dunia pendidikan, dengan jalan memcahkan berbagai masalah yang ada dalam pendidikan dengan usaha reformasi kosmetik.
Kaum liberal dan konservatif sama-sama berpendirian bahwa pendidikan adalah a-politik, dan excellence haruslah merupakan target utama pendidikan. Kaum liberal beranggapan bahwa masalah masyarakat dan pendidikan adalah dua masalah yang berbeda. Mereka tidak melihat kaitan pendidikan dengan struktur kelas dan dominasi politik dan budaya serta diskriminasigender di tengan masyarakat luas.


 
Bahkan, pendidikan bagi salah satu aliran aliran liberal yakni structural functionalisme justru dimaksud sebagai sarana untuk menstabilkan norma dan nilai masyarakat. Pendidikan dimaksudkan sebagai media untuk mensosialisasikan dan memproduksi nilai-nilai tata susila keyakinan dan nilai-nilai dasar agar masyarakat luas berfungsi secara baik.

c.       Paradigma kritis atau radikal
Pendidikan bagi kelompok ketiga ini merupakan arena perjuangan politik. Jika bagi kalangan konservatif pendidikan bertujuan untuk menjaga status quo, sementara bagi kaum liberal untuk perubahan moderat, maka paradigma kritis menghendaki perubahan structural secara mendasar dalam politik ekonomi masyarakat, tempat pendidikan berada. Bagi mereka, kelas dan deskriminasi gender dalam masyarakat tercermin pula dala dunia pendidikan. Paham ini bertentangan dengan pandangan kaum liberal yang menganggap pendidikan sebagai terlepas dari persoalan kelas dan gender yang ada dalam masyarakat.
Dalam perspektif kritis, urusan pendidikan adalah melakkan refleksi kritis, terhadap the dominant ideology kea rah transformasi sosial. Tugas utam pendidikan adalah menciptakan ruang agar sikap kritis terhadap sisitem dan struktur ketidak adilan, serta melakukan dekonstrusi dan advokasi menuju sistem sosial yang lebih adil. Pendidikan tidak mungkin dan tidak bisa bersikap netral, bersikap objektif maupun berjarak dengan masyarakat seperti yang dianjurkan kalangan positivis. Visi pendidikan adalah melakukan kritik terhadap sistem dominan sebagai pemihakan terhadap rakyat kecil dan yang tertindas unutuk menciptakan sistem sosial baru yang lebih adil. Dalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptakan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara bebas dan kritis guna terciptanya transformasi sosial. Dengan kata lain, tugas utama pendidikan adala ‘memanusiakan’ kembali manusia yang mengalami dehumanisasi karena sistem dan struktur yang tidak adil.
8
 
O’Neill, Ibid., hlm. 99-118.
Ibid.

 
Jadi paradigma sangat berpengaruh dalam menentukan arah dan wujud penyelenggaraan sistem pendidikan. Oleh karenanya, langkah terus menerus dalam merumuskan dan menegaskan kembali kerangka paradigma pendidikan tidak boleh terhenti dalam upaya mengembangkan pendidikan, terutama sekali untuk kebutuhan kita yaitu mengembangkan pendidikan islam.

J.      Sistem pendidikan islam di Indonesia
a.      Secara formal
Pendidikan jalur formal adalah kegiatan yang sistematis, berstuktur, bertingkat dimulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya, termasuk didalamnya adalah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi,dan latihan professional yang dilaksanakan dalam waktu terus menerus. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Pendidikan formal juga mengalami kegoncangan karena dampak dari pertikaian ideology dan perspektif pendidikan tersebut. Tanpa disadari, pendidikan formal tengah mengalami transisi dari model pendidikan yang sama seklai tidak menghiraukan perubahan masyarakat sekelilingnya, menuju model pendidikan pembangunan, dimana pendidikan harus diabadikan untuk memperkuat pemabangunan.

b.      Secara informal
Definisi pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

9
 
Sistem adalah suatu unit kinerja yang terdiri dari beberapa sub unit dan masing-masing sub unit tersebut saling mendukung dan saling mempengaruhi. Pendidikan islam sebagai sistem karena di dalamnya terdiri dari sub unit pendidikan islam. Sub unit pendidikan islam itu antara lain: ustadz, murid atau santri, madrasah, masjid, dan kitab kuning. Untuk menguraikan sub-sub unit pendidikan islam di Indonesia, tidak bisa lepas dari sistem pendidikan islam yang dilaksanakan ketika ajaran islam baru masuk ke Indonesia, masa perkembangannya, masa konsolidari serta masa penjajahan dan akhirnya pada masa kini setelah Indonesia merdeka.
Sebagian telah diuraikan bahwa pendidikan islam pada masa awal islam masuk ke Indonesia, diselenggarakan oleh tokoh-tokoh keagamaan pada umumnya mereka adalah para pedagang muslim, baik di lingkungan keluarga maupun ditengah-tengah masyarakat. Materi yang diajarkan saat itu bersifat praktis, seperti bacaan shalat, doa-doa pendek, dan membawa ayat-ayat pendek Al-Qur’an. Belum banyak disampaikan tentang teori fiqh, tauhid, sirah Muhammad saw dan materi lainnya.
Sistem pendidikan islam setelah Indonesia dijajah atau setelah Indonesia merdeka oleh beberapa negara penjajah, terutama penjajah Belanda yang banyak mempengaruhi dan menekankan sistem pendidikan islam.
Perubahan sistem pendidikan islam di Indonesia juga dibawa oleh para tokoh pendidikan setelah mereka (Syekh Ahmad Tawaib [Sumbar], KH. Akhmad Dahlan [DIY], KH. Hasyim Asy’ari [Jatim] dan KH. Abdul Halim [Jabar]).
Untuk mengetahui bagaimana sistem pendidikan islam di Indonesia, akan ditelusuri dari sudut sejarah perkembangannya, yaitu sebagai berikut:
Pada awal perkembangannya agama islam di Indonesia dilaksanakan secara informal. Agama islam datang ke Indonesia dibawa oleh pedagang muslim. Sambil berdagang mereka menyiarkan agama islam kepada orang-orang yang mengelilinginya yaitu mereka membeli barang-barang dagangannya.Begitulah setiap ada kesempatan mereka memberikan pendidikan dan ajaran agama islam.
Didikan dan ajaran islam yang mereka berikan dengan perbuatan, contohnya mereka berlaku sopan, santun, tulus, ikhlas, amanah, percaya, jujur, adil, menepati janji, dan saling menghormati. Dengan demikian tertariklah penduduk negeri untuk memeluk agama islam.
Penyiaran islam dilaksanakan kapan saja, di mana saja, dan kepada  saja yang ditemui oleh mereka. Di situlah agama islam diajarkan dan didikkan kepada mereka dengan cara yang mudah dan dengan demikian orang akan dengan mudah pula menerima dan melakukannya.











10
 

Prof.H.Mahmud Yusuf,op.cit,halaman 13.

 

 


Pendidikan dan pengajaran islam secara informal ini ternyata membawa hasil yang sangat baik sekali dan bahkan menakjubkan, karena dengan berangsur-angsur tersiarlah agama islam dari Sabang sampai Merauke.
Faktor-faktor mengapa agama islam dapat tersebar dengan cepat di seluruh Indonesia pada waktu itu:
a.       Agama islam tidak sempit dan tidak berat melakukan aturan-aturannya, contohnya pembacaan syahadat. Orang kafir yang baru masuk islam diwajibkan untuk pembacaan syahadat.
b.      Penyiaran islam dilakukan dengan sedikit demi sedikit, dll
Sistem pendidikan islam informal ini, terutama yang berjalan dalam lingkunga keluarga sudah diakui keampuhannya dalam menanamkan sendi-sendi agama dalam jiwa anak-anak.
Anak-anak didik dengan ajaran agama sejak kecil dalam keluarga, contohnya membaca basmalah terlebih dahulu sebelum melakukan perbuatan, membaca Al-Qur’an, melakukan shalat dengan berjama’ah, berpuasa di bulan Ramadhan, dll.
Usaha-usaha ini ternyata mampu menyediakan kondisi yang sangat baik dalam menunjang keberhasilan pendidikan islam dan memberi motivasi yang kuat bagi umat islam untuk menyelenggarakan pendidikan agama yang lebih baik dan lebih sempurna. Di masyarakat yang kuota agamanya ada tradisi yang mewajibkan anak-anak yang sudah berumur 7 tahun. Modal pokok yang dimiliki mereka adalah semangat menuntut ilmu agama bagi anak-anak. Implementasi pendidikan dipusat-pusat pendidikan informal seperti surau, langgar, masjid.
Membicarakan sistem pendidikan islam di Indonesia, kita tidak bisa melepaskan diri dari perjalanan sejarah perkembangan islam di Indonesia itu sendiri.
Penyebaran agama islam di Indonesia sudah dimulai sejaka abad ketujuh, yaitu pada zaman Khlaifah Usman dan berkembang dengan berakhirnya perang Salib yang menyebabkan kemunduran islam.











11
 

 


2. PENDIDIKAN BERDASARKAN PENDEKATAN ILMIAH
A.    Pengertian ilmiah
Ilmiah disebut juga pendekatan atau metode positivistik. Menurut Comte (Ueeger : 1993 : 17), pengetahuan yang benar bersifat a positif fact  (pengetahuan itu mesti dibenarkan oleh setiap orang yang mempunyai kesempatan yang sama untuk menilainya berdasarkan pada fakta atau hal yang dapat ditinjau, diuji dan dibuktikan secara empiris).
Pendekatan politivistik ini lazimnya dipakai dalam mengkaji fenomena alam. Kemudian juga ada metode naturalisasi yang lebih khusus dipakai dalam penelitian sosial termasuk fenomena sosial dan keagamaan. Khusus untuk penelitian agama sebagai fenomena budaya, teks, naskah dan manuskrip lebih tepat menggunakan pendekatan hermeneutika.

B.     Ciri-ciri pendekatan dengan penelitian ilmiah, antara lain:
*      Empiris
Berlandaskan pengamatan dan penalaran, bukan pada hal ghaib dan hasilnya tidak spekulatif.
*      Teoritis
Usaha untuk merangkum pengamatn-pengamatan yang rumit dan dalil-dalil abstrak yang secara logis berkaitan dengan menerangkan hubungan sebab akibat dari suatu persoalan.
*      Kumulatif
Menerapkan teori-teori sosiologi yang dibangun di atas teori-teori lainnya, dan bersifat mengoreksi.
*      Nonetis
Tidak mempertanyakan apakah tindakan-tindakan sosial tertentu baik atau buruk.

C.    Persyaratan Ilmiah
12
 
Persyaratan yang perlu dipenuhi oleh pendidikan islam sebagai disiplin ilmu menurut ketentuan ilmu pengetahuan sosial, secara umum mancakup hal-hal sebagai berikut.
a.       Memiliki objek pembahasan yang jelas dengan corak khas kependidikan yang ditunjang berbagai ilmu pengetahuan lain yang relevan
b.      Mempunyai pandangan, teori, asumsi, atau hipotesis yang bercorak kependidikan (pedagogis) yang bersumber dari ajaran agama islam.
c.       Memilki metode panganalisisan yang sesuai dengan tuntuttan dengan corak keilmuan kependidikan yang bernapaskan islam atas dasar pendekatan yang relevan dengan corak dan watak keilmuan tersebut.
d.      Memilki struktur keilmuan defenitif yang mengandung suatu kebulatan dari bagian-bagian yang satu sama lain saling berkaitan sebagai suatu sistem keilmuan yang mandiri (tidak bergantung kepada sistem keilmuan lain).

Dalam sistematisasi bahan-bahan pengetahuan tentang kependidikan islam, diperlukan sikap dan pandangan objektif dan pola pikir yang menyeluruh terhadap sasaran tugas pendidikan. Sasaran utama pendidikan tersebut adalah anak didik yang masih berada dalam tarap perkembangan atau pertumbuhan melalui proses secara bertahap menuju kearah kedewasaan.
Melalui teori-teori  psikologis, ilmu pendidikan islam akan mampu melihat secara objektif kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan anak didik oleh penndidik.
Dalam menganalisis sasaran pendidikan islam secara ilmiah, diperlukan sistem pendekatan yang sejalan dengan karakteristik sasaran yang hendak dideskripsikan dan dijelaskan. Untuk menyatukan pengertian tentang proses analisis tersebut, di sini perlu disepakati pembatasan pengertian terminologis berbagai kaidah yang berlaku dalam dunia ilmu pengetahuan yang relevan dengan pendidikan sebagai ilmu atau disiplin ilmu.
13
 
(Norman R. Campbell, Foundation of Science: The Philosophy of Theory and Eksperiment)

 
Sasaran pendidikan menyangkut masalah psikologis dan fisiologis. Oleh karena itu, pendidikan islam tidak bisa dilepaskan dari psikologi, terutama psikologi pendidikan. Pendidikan islam perlu memiliki pandangan yang sesuai dalam praktik dan memilki kelenturan dalam teori-teori kependidikan, ia juga merupakan eksperimentasi teori kependidikan islam, yang bertugas memfungsionalkan ide-ide kependidikan dalam proses pelaksanaan baik dalam bentuk formal, seperti di sekolah ataupun informal, seperti di majelis ta’lim, pondok pesantren, dan pendidikan dalam keluarga.

Dengan demikian jelaslah bahwa fungsi ilmu pendidikan islam praktis mencakup 3 macam tugas, antara lain:
a.       Melakukan pembuktian terhadap teori-teori kependidikan islam yang merangkum aspirasi atau cita-cita islam yang harus diikhtiarkan agar menjadi kenyataan.
b.      Memberikan bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala aspeknya bagi pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan islam tersebut.
c.       Disamping itu yang menjadi pengoreksi terhadap kekurangan teori-teori yang dipegangi oleh ilmu pendidikan islam, sehingga kemungkinan pertemuan antara teori dan praktik semakin dekat dan hubungan antara keluarga semakin bersifat interaktif (saling mempengaruhi).
D.    Pendekatan Rasional dan Sains
Sesungguhnya, manusia unggul karena kemampuan akalnya. Karena itulah akal adalah alat utama manusia untuk mencapai derajat ketinggiannya. Manusia jatuh karena menyalahgunakannya. Dengan demikian , pendekatan akliyah adalah pendekatan fitrah manusia.
Pendekatan akliyah sering diterjemahkan rasional, walaupun kurang tepat, sering dikaitkan dengan pendekatan sains dan pendekatan logika. Sebenarnya, ketiganya memiliki perbedaan yang mendasar.
a.      Pendekatan sains
Banyak definisi tentang pendekatan sains. Menurut Almack (1930), metode sains merupakan cara penerapan logis terhadap penemua, pengesahan, dan penjelasan. Sebuah metode dikatakan saintifik apabila memiliki kriteria sebagai berikut.








14
 
 
1.      Berdasarkan fakta nyata, bukan legenda atau khayal.
2.      Bebas dari perasangka sehingga bersifat bebas dari pengertahuan sebelumnya.
3.      Menggunakan prinsip analisis.
4.      Digunakannya hipotesis (praduga sementara) atau kesangsian sistematis.
5.      Adanya ukuran objektif.
6.      Dapat dikuantifikasi.
Sementara menurut Ismail (1995:164), pendektan sains adalah suatu metode pengkajian yang dapat ditempuh seseorang sampai pada tahap mengetahui hakikat sesuatu yang diteliti melalui berbagai macam percobaan ilmiah. Tetapi, proses pencapaian hanya berlaku terhadap benda-benda yang bersifat marteri atau fisik, tidak terhadap ide-ide (abstrak).
Cara memperlakukan benda pada situasi atau keadaan tertentu bukan pada situasi atau kondisi yang alami. Hasil yang diperoleh, kemudian dibandingkan dengan hasil percobaan pada situasi atau kondisi alami yang telah ada (kontrol).  Dari hasil percobaan yang diperoleh serta perbandingan yang dilakukan, dapat diambil suatu kesimpulan tentang hakikat benda yang diteliti dan dapat diserap oleh indera. Bentuk percobaan ini telah lazim dilakukan di labolatorium.
Keterbatasan metode sains telah lama disadari, diantaranya:
-          Dengan penyelidikan ilmiah, hanya akan mendapatkan apa yang dapat ditemukan oleh metode dan alat-alata yang digunakan.
-          Kalasifikasi ilmiah memberi informasi yang berguna, tetapi dengan klasifikaasi tertentu maka membatasi sesuatu untuk masuk ke dalam kalasifikasi lain yang mungkin bisa.
-         
15
 
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta:Ghalia Indonesia,1999,h.42-43

 
Karena berupa teori-teori yang bersifat global (keseluruhan), maka keseluruhan tidak menjelaskan bagian-bagiannya.
-          Sebuah objek sering kali dapat dimulti interpretasi dan semua mungkin benar sepanjang batas-batasnya.
-          Sains sangat bergantung pada peralatan indera manusia dan peralatan umumnya.
b.      Pendekatan logika
Adapun penelitian yang menggunakan cara berpikir logika (mantik), sesungguhnya bukan metode berpikir, melainkan salah satu cara pembahasan yang dibangun berdasarkan pendekatan rasional. Pendekatan logika dilakukan dengan cara membangun suatu pemikiran atau premis di atas pemikiran atau premis lain yang kesimpulannya dapat diindera.
Kebenaran pendekatan logika bergantung pada premis-premisnya. Jika premisnya benar, maka akan diperoleh kesimpulan yang benar. Tetapi jika salah, akan diperoleh kesimpulan yang salah (kontradiktif). Syarat pada premis adalah pernyataan, yakni pernyataan yang dapat menghantarkan pada sesuatu yang dapat diindra. Hal ini kembali pada pendekatan rasional. Dengan pengindraan, dapat menentukan benar salahnya kesimpulan. Maka dapat dipahami, bahwa pendekatan logika merupakan pendekatan yang dibangun berdasarkan pendekatan rasional. Dalam pendekataan logika terkandung unsur kesalahan.
Untuk menguji kebenaran pada logika, sebenarnya cukup dengan  melakukan penilaian secara rasional, apakah prem is-premisnya benar sesuai dengan realita atau tidak. Jadi, kebenaran logika juga diputuskan oleh akal.
c.       Pendekatan akliah (Rasional dan Reflektif)
16
 
Pendekat rasional (tariqah aqliyah) adalah suatu metode pengkajian yang dapat ditempuh agar seseorang sampai pada tahap mengetahui hakikat sesuatu yang sedang dikaji, melalui indra yang menyerap objek. Proses penyerapan tersebut dilakukan melalui pancaindra menuju otak, dibantu oleh pengetahuan atau informasi sebelumnya yang akan menafsirkan dan memberikan keputusan (sikap) atas fakta tersebut. Keputusan tersebut dinamakan pemikiran atau ide yaitu pemahaman yang diperoleh akal secara langsung. Tariqah ini mencangkup pengkajian materi atau objek yang dapat diindra (ilmu fisika dan kimia), ataupun yang bukan materi atau abstrak (berkaitan dengan pemikiran). Hal ini satu-satunya metode yang alami yang ada dalam diri manusia untuk memahami segala sesuatu, yaitu dengan terbentuknya pemikiran atau pemahaman terhadap sesuatu. Pendekatan seperti ini merupakan definisi akal. Dengan cara ilmiah, manusia dalam kedudukannya sebagai manusia dapat memahami segala sesuatu yang telah lalu, baik yang telah maupun yang ingin ia ketahui.
Hasil yang diperoleh melalui tariqah ‘aqliyah mengandung dua kemungkinan. Jika kesimpulan itu berkaitan tentang ‘ada’ atau ‘tidak ada’ wujud sesuatu, maka ia bersifat pasti dan sedikit pun tidak mengandung faktor kesalahan. Sebab, keputusan itu diambil melalui pengindraan terhadap sesuatu, sedangkan alat indra manusia tidak mungkin salah dalam memnentukan ‘adanya’ sesuatu uang bersifat nyata karena penyerapan indra manusia terhadap ‘adanya’ sesuatu kenyataan bersifat pasti sehingga keputusan akal untuk menentukan ‘adanya’ sesuatu yang terindra adalah pasti. Misalnya, jika Anda sekarang berada di depan pintu, maka  pasti Anda dapat memastikan bahwa pintu itu benar-benar ada.
Kesalahan yang mungkin terjadi dengan metode ini diakibatkan kesalahan pengindraan. Mislanya, fatamorgana yang diduga air, atau pensil yang lurus terlihat bengkok dan patah ketika dicelupkan kedalam air. Namun, hal ini tidak berarti meniadakan adanya sesuatu, yaitu adanya fatamorgana dan pensil. Kesalahan ini terletak pada fenomena yang ada, yaitu memandang fatamorgana sebagai air, dan pensil yang lurus dikatakan bengkok atau patah. Demikian juga memahami fenomena lain. Sesunggunhya, pengindraan manusia tetap tidak akan salah dalam menentukan adanya sesuatu, jika ia merasakan (mengindra) sesuatu, maka berarti sesuatu itu pasti ada, begitu pula terhadap keputusan yang ia lihat (rasakan) bersifat pasti.
17
 
Apabila kesimpulan atau keputusan tersebut berkaitan dengan hakikat atau fenomena dari sesuatu, maka bersifat tidak pasti dan mengandung factor kesalahan. Sebab, keputusan tersebut diambil berdasarkan informasi yang diperoleh atau interpretasi terhadap fakta yang terindra melalui informasi yang telah ada, namun terdapat kemungkina menyusup unsur kesalahan. Akan tetapi, ia dianggap sebagai pemikiran ‘yang benar’ sampai terbukti kesalahannya. Pada saat itulah diputuskan bahwa kesimpulannya salah, sedangkan sebelumnya tetap dipandang sebagai kesimpulan yang tepat atau pemikiran yang benar.
Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa pada dasarnya metode berpikir hanya ada dua, yaitu pendekatan sains dan pendekatan akliah.pendekatan pertama mengharuskan adanya pengabdian informasi yang sudah ada (dimiliki), sedangkan pendekatan kedua mengharuskan adanya informasi yang sebelumnya.
Pendekatan akliah (rasional dan reflektif) adalah dasar dalam berpikir, yaitu pendekatan selain yang digunakan oleh pemikiran yang dicapai dengan cara pendekatan sains atau pendekatan logika. Dengan pendekatan akliah dapat diketahui bahwa setiap realita ilmiah melalui pengamatan eksperimen dan penarikan kesimpulan. Dengan metode itu pula dapat realita setiap kesimpulan yang dihasilkan oleh pendekatan logika dan sebagainya. Begitu pula metode itu akan diketahui realita sejarah dan dapat membandingkan kesalahan atau kebenaran sejarah. Dengan metode itu pula, manusia dapat memperoleh pemikiran yang bersifat integral dan mendalam mengenai alam semesta, manusia, dan kehidupan, serta realita dari alam semesta manusia dan kehidupan tersebut.








 

KESIMPULAN
Pendidikan adalah interaksi anatara pendidik dan peserta didik. Suatu interaksi yang di dalamnya terjadi proses transfer pemahaman tertentu yang melibatkan secara stimulant anatara fisik dan psikis. Sehingga guru dapat menyediakan suasana yang menyenagkan, yang dengannya kemungkinan peserta didik berhasil mengembangkan potensinya menjadi lebih besar.
Islam dalam melakukan pendidikan adalah dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikit pun, baik segi jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya secara fisik maupun kehidupannya secara mental, dan segala kegiatannya di bumi ini.
Pendekatan ilmiah dipakai dalam mengkaji fenomena alam. Kemudian juga ada metode naturalisasi yang lebih khusus dipakai dalam penelitian sosial termasuk fenomena sosial dan keagamaan. Khusus untuk penelitian agama sebagai fenomena budaya, teks, naskah dan manuskrip lebih tepat menggunakan pendekatan hermeneutika.














 

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syaiful, dkk.1992. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Rajawali Pers: Bandar Lampung.

Drs. Priatna, Tedi, M.Ag. 2004. Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam. Pustaka Bani Quraisy: Bandung.

-. 1986. Ringkasan Hasil Penelitian IAIN 1983/1984 Pendidikan Islam di Indonesia. Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Isalm Depag. RI: Jakarta.
 Dra. Zuhairini,dkk. 2010. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara: Jakarta.
Dra. M., Taqiyuddin, M.Pd. 2008. Sejarah Pendidikan. Mulia Press. Bandung.
Drs. Purwanto, Yadi, MM.Psi. 2007. Epistemologi Psikologi Islam. Refika Aditama: Bandung.
Dr. Sahrodi, Jamali, dkk. 2005. Membedah Nalar Pendidikan Islam. Pustaka Rihlah Group dan STAIN CIREBON: Yogyakarta.
Prof. H. Arifin, M. M.Ed. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara: Jakarta.
Quthb, Muh. 1993. Sistem Pendidikan Islam.
Prof. Dr. Suprayogo, Imam dan Drs. Tobroni, M.Si. 2003. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. PT Remaja Rosdakarya Bandung: Bandung.

Mudyahardjo, Redja. 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Nata, Abudin. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Rajawali Pers: Jakarta.









20
 
 
Suprayodo, Imam, dkk. 2001. Metodologi Penenlitian Sosial-Agama. Rosda: Bandung.

Prof. Dr. Muhaimin, M.A. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Rajawali Pers: Malang.


























21
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bioteknologi “Peran Pseudomonas sp. Dalam Bioteknologi Bioremediasi Limbah Plastik dan Styrofoam”

MAKALAH BIOTEKNOLOGI  “ Peran   Pseudomonas sp. Dalam Bioteknologi Bioremediasi Limbah Plastik dan Styrofoam ”                  Mata Kuliah          : Bioteknologi           Dosen Pengampu      : Ina Rosdiana Lesmanawati, M.Si    Disusun Oleh : AENUL FAHMI KHALIK (14121610738) BIOLOGI C/ VI TADRIS IPA-BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2015 PEMBAHASAN A.     Bioteknologi dan Bioremediasi Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformas...

MAKALAH KURIKULUM 2013

MAKALAH KURIKULUM 2013 Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar pendidikan semester 1 Dosen Pembimbing : H. Syamsuni , M.pd   Di susun oleh : Nama : Eva Shaumitaria PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS WIRALODRA 2017/2018 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya Kapanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tetentang kurikulum 2013 .             Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang kurikulum 2013 ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.         ...

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN DESAIN PENELITIAN EVALUATIF PENDIDIKAN

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN DESAIN PENELITIAN EVALUATIF PENDIDIKAN Diajukan guna memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi Dosen Pengampu: Edy Chandra, S.Si, M.A   Disusun oleh: KELOMPOK 4 AENUL FAHMI KHALIK ADE IDRUS HARIRI DEA RIZKI Z IIN I’ANAH LILIS AGUSTINA SYIFA MUSTIKA USWATUH S BIOLOGI C/6 TADRIS IPA-BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2015 BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Penelitian dilakukan berdasarkan atas keingintahuan ataupun ketertarikan seseorang terhadap sesuatu. Metode berpikir ilmiah pada dasarnya adalah sejumlah pengetahuan yang berkaitan dengan jalan atau cara yang ditempuh oleh pikiran manusia untuk mencapai kesimpulan atau putusan yang sah dan benar. Penelitian merupakan aktivitas ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan keilmuan...