MAKALAH
Landasan
Pendidikan Islam
Diajukan
untuk memenuhi tugas matakuliah Landasan Pendidikan Islam
Dengan dosen pengampu : Drs. Endang
AR, M.Pd

Disusun oleh :
1. Aenul
Fahmi Khalik (14121610738)
2. Lina
Lia Sari (14121610743)
3. Uswatun
Sholiah (14121610750)
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2012/2013
KATA
PENGANTAR
Alkhamdulillah, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan taufik dan hidayat-Nya
kami dapat menyelesaikan karya tulis ini. Mudah – mudahan dosen pengampuh dapat
menerima denga baik.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada baginda Rasullulah SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliah
hingga zaman yang terang benderang.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
pihak yang telah mendukung mensuport
kami sehingga karya tulis ini dapat sesuai dengan apa yang diharapkan.
Penulis menyadari dalam karya tulis ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu penulis tidak
menutup kepada rekan – rekan agar dapat melengkapi dan lebih menyempurnakan
lagi.
Akhirnya hanya kapada Allah lah kami
memohon perlindungan dari segala kesesatan dan kekufuran. Dan semoga karya ini
dapat memberi manfaat bagi kami dan bagi pembaca pada umumnya.
Cirebon, 2012
Penulis
DAFTAR ISI
BAB
1 …..………………………………………………………………………....1
PENDAHULUAN
…………………………………………………..………….....1
1. Latar
Belakang …………………………………………………………...…1
2. Rumusan
Masalah ………………………………………...………………...1
3. Tujuan
Makalah …………………………………………………...………...1
BAB
2 ……………………………………………………………………………..2
1. Pendidikan
Berdasarkan Sistem …………………………………………..2
a. Definisi
Pendidikan …………………………………………………...2

BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Pendidikan Islam adalah penataan perilaku,
pengembangan pikiran, hubungan peranan manusia dengan dunia, pengaturan emosional,
dan bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan
kehidupan sekaligus mengupayakan perwujudannya. Seluruh hal tersebut telah
terkonsep pada suatu dasar atau landasan yang kuat. Islam pun telah menawarka
konsep akidah yang wajib diimani supaya dalam diri manusia tertanam perasaan
yang mendorongnya pada perilaku normatif yang mengacu pada syari’ah islam.
Perilaku yang dimaksud adalah penghambaan manusia berdasarkan pemahaman atas
tujuan penciptaan manusia itu.
Aspek keimanan dan keyakinan menjadi landasan aqidah
yang mengakar dan integral serta menjadi motivator yang menggugah manusia untuk
berpandangan ke depan serta optimis, sunguh-sungguh dan kesadaran. Sudah barang
tentu kesemuanya ini berdasarkan pada suatu sumber pokok yaitu Al-Qur’an dan
Hadits.
2.
Rumusan
Masalah
a. Apa
pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah?
b. Apa
pendidikan berdasarkan pendekatan sistem?
3.
Tujuan
Supaya
kita dapat mengetahui apa itu pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah dan
sistem, agar menambah wawasan kita mengenai pendidikan yang mendalam.
![]() |
||||
|
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENDIDIKAN
BERDASARKAN PENDEKATAN SISTEM
A.
Definisi
pendidikan
Pendidikan
berarti suatu perbuatan bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh pendidik
kepada anak didik kearah satu tujuan.
B.
Pengertian
pendidikan islam
Banyak
definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pendidikan islam, tetapi
menurut penulis intinya ada dua, yaitu :
1. Pendidikan
islam merupakan aktifitas penting yang diselenggarakan atau didirikan dengan
hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai islam.
2. Pendidikan
islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dan disemangati atau dijiwai
oleh ajaran dan nilai-nilai islam.
C.
Pengertian
pendekatan
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pendekatan adalah
usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang
yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah
penelitian.
Bila dikaitkan dengan pendidikan islam, pendekatan
berarti serangkaian asumsi mengenai hakikat pendidikan islam dan pengajaran
agama islam serta belajar agama islam. Pendekatan selalu terkait dengan tujuan,
metode, dan teknik yang bersifat implementasional dalam pengajaran tidak
terlepas dari metode apa yang digunakan.
Dalam proses pendidikan islam, pendekatan mempunyai
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan.
![]() |
D.
Pengertian
sistem
Sistem adalah suatu keseluruhan yang bulat yang
sendiri (independent) atau bekerja bersama-bersama untuk mencapai hasil atau
tujuan yang diinginkan berdasarkan kebutuhan.
Sistem
pendekatan adalah suatu proses untuk mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan,
menyeleksi problema-problema, menemukan persyaratan-persyaratan untuk
memecahkan problema-problema, memilih alternatif-alternatif pemecahan,
mendapatkan metoda-metoda dan alat-alat serta mengimplementasikannya,
hasil-hasilnya dievaluasi, serta melakukan revisi yang diperlukan terhadap
sebagian atau seluruh sistem yang telah diciptakan sehingga kebutuhan-kebutuhan dapat dipenuhi dengan
sebaik mungkin, sehingga kebutuhan-kebutuhan itu tidak ada lagi.
Sistem
sebagai suatu pendekatan analisis merupakan istilah yang relatif baru tetapi
popular. Istilah itu secara sederhana dapat diidentifakasi sebagai “seperangkat
objek dengan hubungan-hubungan antar objek dan hubungan antar atributnya.”
E.
Prinsip-prinsip sistem, meliputi:
ü Memiliki
unsur-unsur;
ü Elemen-elemen
atau komponen-komponen yang saling berhubungan;
Kedua unsur elemen atau
komponen dalam sistem menunjukkan adanya satu kesatuan (tersrtuktur) menuju pada satu tujuan.
ü Pencapaian
tujuan ditandai dengan berfungsinya secara terorganisasis dari komponen, elemen dan unsur di dalam sistem.
F.
Jenis-jenis
Pendekatan Sistem, antara lain:
a.
Pendekatan
Psikologi
|
|

Pendekatan
psikologi dapat diartikan juga sebagai usaha memanfaatkan jasa psikologi islam
pada khususnya untuk mendukung perumusan konsep dan praktik pendidikan., karena
alasannya adalah:
Ø Suatu
pendidikan tidak hanya memindahkan isi kepada seorang guru kepada beberapa
orang murid karena dalam proses belajr tidak hanya menerima dengan keadaan
pasif, tetapi harus aktif dan dinamis. Akan tetapi sangat selektif dan
mempunyai syarat-syarat tertentu, seperti adanya rangsangan dari guru, untuk
memahami itu membutuhkan psikologi.
Ø Dalam
proses pendidikan terjadi interaksi antara individu dengan lainnya, manusia
yang berbeda dengan makhluk lainnya, karena kondisi psikologinya.
Ø Intinya
setiap orang itu punya psikologi yang berbeda-beda sehingga pengajar harus
memahaminya.
b.
Pendekatan Manajemen
Dapat
diartikan sebagai sebuah konsep yang mencoba menerepkan fungsi-fungsi manajemen
seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, penilaian,
perbaikan dalam setiap kegiatan pendidikan.
Jadi
setiap pendidikan itu sangat perlu adanya manajemen, agar semuanya berjalan
sesuai rencana dan peserta didik juga lebih terkontrol dalam setiap
pembelajaran.
c.
Pendekatan
ceramah
Cara
menyampaikan suatu pelajaran tertentu dengan jalan penuturan secara lisan
kepada anak didik atau khalayak ramai. Dalam pendekatan ini seorang pengajar
harus dapat menguasai bahan yang ingin di sampaikan , harus dengan jelas dan
singkat, dan dapat menguasai situasi kelas.
![]() |
d.
Pendekatan
pemberian tugas
Metode
ini yaitu guru menyajikan bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas kepada
siswa, untuk dikerjakan dengan penuh rasa tanggung jawab dan kesadaran.
e.
Pendekatan
diskusi
Diskusi
ini adalah suatu cara yang dapat di gunakan dalam menyelesaikan masalah, yang
mungkin menyangkut kepentingan bersama, memperluas wawasan dan pengetahuan .
Dalam metode ini siswa harus hidup dan lebih aktif, agar banyak wawasan yang
dapat diperoleh serta mudah dipahami.
G.
Ciri-ciri
khas sistem pendidikan islam
Metodologi
islam dalam melakukan pendidikan adalah dengan melakukan pendekatan yang
menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan
terabaikan sedikit pun, baik segi jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya
secara fisik maupun kehidupannya secara mental, dan segala kegiatannya di bumi
ini.
H.
Membangun
muatan sistem pend. Islam
Upaya
membangun sistem pendidikan islam yang perlu mendapat prioritas adalah bangunan
muatan atau konten pendidikan , bukan metodologinya, M. Naquib Al-Attas
menjelaskan, “apa yang harus
direncanakan dan diimplementasikan bukanlah metodologi pendidikan atau
teknik-teknik pngajaran sebagai objek utama usaha untuk merencanakan sistem pendidikan
yang koheren dan rasional, melainkan konten dari apa yang diajarkan. Hal ini
bukan berarti bahwa metodologi atau teknik pengajaran itu tidak penting, namun
yang perlu diprioritaskan adalah bangunan aspek konten.
I.
Implikasi
paradigma terhadap sistem pendidikan
|

Paradigma
merupakan ruh dan bingkai konseptual dari suatu sistem pendidikan. Paradigm sangat
jelas memberikan pengaruh pada sistem pendidikan itu sendiri. Neil Postman
mengakui bahwa tanpa ada paradigma yang jelas, pendidikan seperti kehilangan
‘Tuhan-tuhan’ untuk disembah. Baginya, paradigma merupakan medium narasi yang
tidak akan pernah berhenti menciptakan sejarah dan masa depan manusia. Ia
dengan tegas menyatakan bahwa tanpa sebuah narasi, hidup tidak akan bermakna.
Dan tanpa makna, belajar tidak memiliki tujuan. Tanpa sebuah tujuan, sekolah
adalah rumah-rumah tahanan. Oleh karenanya, paradigma pendidikan menjadi satu
keniscayaan sebagai cara berpikir atau sketsa pendang menyeluruh yang mendasari
rancang bangun suatu sistem pendidikan.
Untuk
memahami keberpengaruhan tersebut, dibawah ini akan digambarkan varian
perkembangan ideologi dan atau paradigm pendidikan, serta skema perkembangannya
pada wujud sistem pendidikan yang diselenggarakan. Sekedar ilustrasi inisiasi
di sini akan dipaparkan hal tersebut dengan mengikuti pemetaan aliran paradigm
pendidikan dari Giroux dan Aronowitz (1985), yang terbagi pada tiga aliran,
yaitu paradigm konservatif, liberal, dan kritis. Sedangkan O’Neill memaparkan
enam ideology pendidikan, yakni: tiga ideologi konservatif (fundamentalisme,
intelektualisme, dan konservatifme pendidikan), dan tiga ideologi liberal
(liberalism pendidikan, liberasionisme pendidikan, dan anarkisme pendidikan).
![]() |
|||||||
|
|
||||||
a.
Paradigma
konservatif
Dalam
bentuknya yang klasik atau awal, paradigma konsevatif dibangun berdasarkan
keyakinan bahwa masyarakat pada dasarnya tidak
bisa merencanakan perubahan atau mempengaruhi perubahan sosial, hanya
Allahlah yang merencanakan keadaan masyarakat dan hanya Dia yang tahu makna di
balik itu semua.
Bagi
kaum konsevatif, etidak sejajaran masyarakat merupakan suatu keharusan hukum
alam, suatu hal yang mustahil dihindari, serta seakan sudah menjadi ketentuan
sejarah atau bahkan takdir Allah. Perubahan sosial bagi mereka bukanlah suatu
yang harus diperjuangkan, karena perubahan hanya akan membuat manusia lebih
sengsara.
Namun
dalam perjalanan selanjutnya, paradigma konservatif cenderung lebih menyalahkan
subjeknya. Bagi kaum konservatif, mereka yang menderita, menjadi demikian
karena salah mereka sendiri. Karena toh banyak orang lain yang ternyata bisa
bekerja untuk berperilaku baik dan karenanya tidak masuk penjara. Kaum miskin
harus bersabar dan belajar untuk menunggu samapai giliran mereka datang.,
karena pada akhirnya kelak semua orang akan mencapai kebebasan dan kebahagiaan.
Kaum konservatif sangat mementingkan harmoni dalam masyarakat serta menghindari
konflik dan kontradisi.
b.
Paradigma
liberal
Paradigma
golongan kedua, yakni kaum liberal, berangkat dari keyakinan bahwa memang ada
masalah dalam masyarakat tetapi bagi mereka pendidikan tidak ada kaitannya
dengan persoalan politik dan ekonomi masyarakat. Dengan keyakinan seperti itu,
pautnya dengan persoalan politik dan ekonomi. Sungguh demikian, kaum liberal
selalu berusaha untuk menyesuaikan pendidikan dengan keadaan ekonomi dan
politik di luar dunia pendidikan, dengan jalan memcahkan berbagai masalah yang
ada dalam pendidikan dengan usaha reformasi kosmetik.
Kaum
liberal dan konservatif sama-sama berpendirian bahwa pendidikan adalah
a-politik, dan excellence haruslah
merupakan target utama pendidikan. Kaum liberal beranggapan bahwa masalah
masyarakat dan pendidikan adalah dua masalah yang berbeda. Mereka tidak melihat
kaitan pendidikan dengan struktur kelas dan dominasi politik dan budaya serta
diskriminasigender di tengan masyarakat luas.
![]() |
Bahkan,
pendidikan bagi salah satu aliran aliran liberal yakni structural functionalisme justru dimaksud sebagai sarana untuk
menstabilkan norma dan nilai masyarakat. Pendidikan dimaksudkan sebagai media
untuk mensosialisasikan dan memproduksi nilai-nilai tata susila keyakinan dan
nilai-nilai dasar agar masyarakat luas berfungsi secara baik.
c.
Paradigma
kritis atau radikal
Pendidikan
bagi kelompok ketiga ini merupakan arena perjuangan politik. Jika bagi kalangan
konservatif pendidikan bertujuan untuk menjaga status quo, sementara bagi kaum
liberal untuk perubahan moderat, maka paradigma kritis menghendaki perubahan structural
secara mendasar dalam politik ekonomi masyarakat, tempat pendidikan berada.
Bagi mereka, kelas dan deskriminasi gender dalam masyarakat tercermin pula dala
dunia pendidikan. Paham ini bertentangan dengan pandangan kaum liberal yang
menganggap pendidikan sebagai terlepas dari persoalan kelas dan gender yang ada
dalam masyarakat.
Dalam
perspektif kritis, urusan pendidikan adalah melakkan refleksi kritis, terhadap the dominant ideology kea rah transformasi
sosial. Tugas utam pendidikan adalah menciptakan ruang agar sikap kritis
terhadap sisitem dan struktur ketidak adilan, serta melakukan dekonstrusi dan
advokasi menuju sistem sosial yang lebih adil. Pendidikan tidak mungkin dan
tidak bisa bersikap netral, bersikap objektif maupun berjarak dengan masyarakat
seperti yang dianjurkan kalangan positivis. Visi pendidikan adalah melakukan
kritik terhadap sistem dominan sebagai pemihakan terhadap rakyat kecil dan yang
tertindas unutuk menciptakan sistem sosial baru yang lebih adil. Dalam
perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptakan ruang untuk
mengidentifikasi dan menganalisis secara bebas dan kritis guna terciptanya
transformasi sosial. Dengan kata lain, tugas utama pendidikan adala
‘memanusiakan’ kembali manusia yang mengalami dehumanisasi karena sistem dan
struktur yang tidak adil.
|

|
J.
Sistem
pendidikan islam di Indonesia
a.
Secara
formal
Pendidikan
jalur formal adalah kegiatan yang sistematis, berstuktur, bertingkat dimulai
dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya, termasuk
didalamnya adalah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program
spesialisasi,dan latihan professional yang dilaksanakan dalam waktu terus
menerus. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi.
Pendidikan
formal juga mengalami kegoncangan karena dampak dari pertikaian ideology dan
perspektif pendidikan tersebut. Tanpa disadari, pendidikan formal tengah
mengalami transisi dari model pendidikan yang sama seklai tidak menghiraukan
perubahan masyarakat sekelilingnya, menuju model pendidikan pembangunan, dimana
pendidikan harus diabadikan untuk memperkuat pemabangunan.
b.
Secara
informal
Definisi
pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan
diselenggarakan dengan memberi keteladan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
|

Sebagian
telah diuraikan bahwa pendidikan islam pada masa awal islam masuk ke Indonesia,
diselenggarakan oleh tokoh-tokoh keagamaan pada umumnya mereka adalah para
pedagang muslim, baik di lingkungan keluarga maupun ditengah-tengah masyarakat.
Materi yang diajarkan saat itu bersifat praktis, seperti bacaan shalat, doa-doa
pendek, dan membawa ayat-ayat pendek Al-Qur’an. Belum banyak disampaikan
tentang teori fiqh, tauhid, sirah Muhammad saw dan materi lainnya.
Sistem
pendidikan islam setelah Indonesia dijajah atau setelah Indonesia merdeka oleh
beberapa negara penjajah, terutama penjajah Belanda yang banyak mempengaruhi
dan menekankan sistem pendidikan islam.
Perubahan
sistem pendidikan islam di Indonesia juga dibawa oleh para tokoh pendidikan
setelah mereka (Syekh Ahmad Tawaib [Sumbar], KH. Akhmad Dahlan [DIY], KH.
Hasyim Asy’ari [Jatim] dan KH. Abdul Halim [Jabar]).
Untuk
mengetahui bagaimana sistem pendidikan islam di Indonesia, akan ditelusuri dari
sudut sejarah perkembangannya, yaitu sebagai berikut:
Pada
awal perkembangannya agama islam di Indonesia dilaksanakan secara informal.
Agama islam datang ke Indonesia dibawa oleh pedagang muslim. Sambil berdagang
mereka menyiarkan agama islam kepada orang-orang yang mengelilinginya yaitu
mereka membeli barang-barang dagangannya.Begitulah setiap ada kesempatan mereka
memberikan pendidikan dan ajaran agama islam.
Didikan
dan ajaran islam yang mereka berikan dengan perbuatan, contohnya mereka berlaku
sopan, santun, tulus, ikhlas, amanah, percaya, jujur, adil, menepati janji, dan
saling menghormati. Dengan demikian tertariklah penduduk negeri untuk memeluk
agama islam.
Penyiaran
islam dilaksanakan kapan saja, di mana saja, dan kepada saja yang ditemui oleh mereka. Di situlah
agama islam diajarkan dan didikkan kepada mereka dengan cara yang mudah dan
dengan demikian orang akan dengan mudah pula menerima dan melakukannya.
![]() |
||||||
|
||||||
|
||||||
Pendidikan
dan pengajaran islam secara informal ini ternyata membawa hasil yang sangat
baik sekali dan bahkan menakjubkan, karena dengan berangsur-angsur tersiarlah
agama islam dari Sabang sampai Merauke.
Faktor-faktor
mengapa agama islam dapat tersebar dengan cepat di seluruh Indonesia pada waktu
itu:
a. Agama
islam tidak sempit dan tidak berat melakukan aturan-aturannya, contohnya
pembacaan syahadat. Orang kafir yang baru masuk islam diwajibkan untuk
pembacaan syahadat.
b. Penyiaran
islam dilakukan dengan sedikit demi sedikit, dll
Sistem pendidikan islam informal ini, terutama yang
berjalan dalam lingkunga keluarga sudah diakui keampuhannya dalam menanamkan
sendi-sendi agama dalam jiwa anak-anak.
Anak-anak didik dengan ajaran agama sejak kecil
dalam keluarga, contohnya membaca basmalah terlebih dahulu sebelum melakukan
perbuatan, membaca Al-Qur’an, melakukan shalat dengan berjama’ah, berpuasa di
bulan Ramadhan, dll.
Usaha-usaha ini ternyata mampu menyediakan kondisi
yang sangat baik dalam menunjang keberhasilan pendidikan islam dan memberi
motivasi yang kuat bagi umat islam untuk menyelenggarakan pendidikan agama yang
lebih baik dan lebih sempurna. Di masyarakat yang kuota agamanya ada tradisi
yang mewajibkan anak-anak yang sudah berumur 7 tahun. Modal pokok yang dimiliki
mereka adalah semangat menuntut ilmu agama bagi anak-anak. Implementasi
pendidikan dipusat-pusat pendidikan informal seperti surau, langgar, masjid.
Membicarakan
sistem pendidikan islam di Indonesia, kita tidak bisa melepaskan diri dari
perjalanan sejarah perkembangan islam di Indonesia itu sendiri.
Penyebaran
agama islam di Indonesia sudah dimulai sejaka abad ketujuh, yaitu pada zaman
Khlaifah Usman dan berkembang dengan berakhirnya perang Salib yang menyebabkan
kemunduran islam.
![]() |
||||||
![]() |
|
|||||
2. PENDIDIKAN
BERDASARKAN PENDEKATAN ILMIAH
A.
Pengertian
ilmiah
Ilmiah
disebut juga pendekatan atau metode positivistik. Menurut Comte (Ueeger : 1993
: 17), pengetahuan yang benar bersifat a
positif fact (pengetahuan itu mesti
dibenarkan oleh setiap orang yang mempunyai kesempatan yang sama untuk
menilainya berdasarkan pada fakta atau hal yang dapat ditinjau, diuji dan
dibuktikan secara empiris).
Pendekatan
politivistik ini lazimnya dipakai dalam mengkaji fenomena alam. Kemudian juga
ada metode naturalisasi yang lebih khusus dipakai dalam penelitian sosial
termasuk fenomena sosial dan keagamaan. Khusus untuk penelitian agama sebagai
fenomena budaya, teks, naskah dan manuskrip lebih tepat menggunakan pendekatan
hermeneutika.
B.
Ciri-ciri
pendekatan dengan penelitian ilmiah, antara lain:

Berlandaskan
pengamatan dan penalaran, bukan pada hal ghaib dan hasilnya tidak spekulatif.

Usaha
untuk merangkum pengamatn-pengamatan yang rumit dan dalil-dalil abstrak yang
secara logis berkaitan dengan menerangkan hubungan sebab akibat dari suatu
persoalan.

Menerapkan
teori-teori sosiologi yang dibangun di atas teori-teori lainnya, dan bersifat
mengoreksi.

Tidak
mempertanyakan apakah tindakan-tindakan sosial tertentu baik atau buruk.
C.
Persyaratan
Ilmiah
|

a. Memiliki
objek pembahasan yang jelas dengan corak khas kependidikan yang ditunjang
berbagai ilmu pengetahuan lain yang relevan
b. Mempunyai
pandangan, teori, asumsi, atau hipotesis yang bercorak kependidikan (pedagogis)
yang bersumber dari ajaran agama islam.
c. Memilki
metode panganalisisan yang sesuai dengan tuntuttan dengan corak keilmuan
kependidikan yang bernapaskan islam atas dasar pendekatan yang relevan dengan
corak dan watak keilmuan tersebut.
d. Memilki
struktur keilmuan defenitif yang mengandung suatu kebulatan dari bagian-bagian
yang satu sama lain saling berkaitan sebagai suatu sistem keilmuan yang mandiri
(tidak bergantung kepada sistem keilmuan lain).
Dalam
sistematisasi bahan-bahan pengetahuan tentang kependidikan islam, diperlukan
sikap dan pandangan objektif dan pola pikir yang menyeluruh terhadap sasaran
tugas pendidikan. Sasaran utama pendidikan tersebut adalah anak didik yang
masih berada dalam tarap perkembangan atau pertumbuhan melalui proses secara
bertahap menuju kearah kedewasaan.
Melalui
teori-teori psikologis, ilmu pendidikan
islam akan mampu melihat secara objektif kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan
anak didik oleh penndidik.
Dalam
menganalisis sasaran pendidikan islam secara ilmiah, diperlukan sistem
pendekatan yang sejalan dengan karakteristik sasaran yang hendak dideskripsikan
dan dijelaskan. Untuk menyatukan pengertian tentang proses analisis tersebut,
di sini perlu disepakati pembatasan pengertian terminologis berbagai kaidah
yang berlaku dalam dunia ilmu pengetahuan yang relevan dengan pendidikan
sebagai ilmu atau disiplin ilmu.
|

|
Dengan
demikian jelaslah bahwa fungsi ilmu pendidikan islam praktis mencakup 3 macam
tugas, antara lain:
a. Melakukan
pembuktian terhadap teori-teori kependidikan islam yang merangkum aspirasi atau
cita-cita islam yang harus diikhtiarkan agar menjadi kenyataan.
b. Memberikan
bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala aspeknya bagi
pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan islam tersebut.
c. Disamping
itu yang menjadi pengoreksi terhadap kekurangan teori-teori yang dipegangi oleh
ilmu pendidikan islam, sehingga kemungkinan pertemuan antara teori dan praktik
semakin dekat dan hubungan antara keluarga semakin bersifat interaktif (saling
mempengaruhi).
D.
Pendekatan
Rasional dan Sains
Sesungguhnya, manusia unggul karena kemampuan
akalnya. Karena itulah akal adalah alat utama manusia untuk mencapai derajat
ketinggiannya. Manusia jatuh karena menyalahgunakannya. Dengan demikian ,
pendekatan akliyah adalah pendekatan fitrah manusia.
Pendekatan akliyah sering diterjemahkan rasional,
walaupun kurang tepat, sering dikaitkan dengan pendekatan sains dan pendekatan
logika. Sebenarnya, ketiganya memiliki perbedaan yang mendasar.
a.
Pendekatan
sains
Banyak definisi tentang pendekatan sains. Menurut
Almack (1930), metode sains merupakan cara penerapan logis terhadap penemua,
pengesahan, dan penjelasan. Sebuah metode dikatakan saintifik apabila memiliki
kriteria sebagai berikut.
![]() |
||||
|
1. Berdasarkan
fakta nyata, bukan legenda atau khayal.
2. Bebas
dari perasangka sehingga bersifat bebas dari pengertahuan sebelumnya.
3. Menggunakan
prinsip analisis.
4. Digunakannya
hipotesis (praduga sementara) atau kesangsian sistematis.
5. Adanya
ukuran objektif.
6. Dapat
dikuantifikasi.
Sementara menurut Ismail (1995:164), pendektan sains
adalah suatu metode pengkajian yang dapat ditempuh seseorang sampai pada tahap
mengetahui hakikat sesuatu yang diteliti melalui berbagai macam percobaan
ilmiah. Tetapi, proses pencapaian hanya berlaku terhadap benda-benda yang
bersifat marteri atau fisik, tidak terhadap ide-ide (abstrak).
Cara memperlakukan benda pada situasi atau keadaan
tertentu bukan pada situasi atau kondisi yang alami. Hasil yang diperoleh,
kemudian dibandingkan dengan hasil percobaan pada situasi atau kondisi alami
yang telah ada (kontrol). Dari hasil
percobaan yang diperoleh serta perbandingan yang dilakukan, dapat diambil suatu
kesimpulan tentang hakikat benda yang diteliti dan dapat diserap oleh indera.
Bentuk percobaan ini telah lazim dilakukan di labolatorium.
Keterbatasan metode sains telah lama disadari,
diantaranya:
-
Dengan penyelidikan
ilmiah, hanya akan mendapatkan apa yang dapat ditemukan oleh metode dan
alat-alata yang digunakan.
-
Kalasifikasi ilmiah
memberi informasi yang berguna, tetapi dengan klasifikaasi tertentu maka
membatasi sesuatu untuk masuk ke dalam kalasifikasi lain yang mungkin bisa.
-
|

|
-
Sebuah objek sering
kali dapat dimulti interpretasi dan semua mungkin benar sepanjang batas-batasnya.
-
Sains sangat bergantung
pada peralatan indera manusia dan peralatan umumnya.
b.
Pendekatan
logika
Adapun penelitian yang menggunakan cara berpikir
logika (mantik), sesungguhnya bukan metode berpikir, melainkan salah satu cara
pembahasan yang dibangun berdasarkan pendekatan rasional. Pendekatan logika
dilakukan dengan cara membangun suatu pemikiran atau premis di atas pemikiran
atau premis lain yang kesimpulannya dapat diindera.
Kebenaran pendekatan logika bergantung pada
premis-premisnya. Jika premisnya benar, maka akan diperoleh kesimpulan yang
benar. Tetapi jika salah, akan diperoleh kesimpulan yang salah (kontradiktif).
Syarat pada premis adalah pernyataan, yakni pernyataan yang dapat menghantarkan
pada sesuatu yang dapat diindra. Hal ini kembali pada pendekatan rasional.
Dengan pengindraan, dapat menentukan benar salahnya kesimpulan. Maka dapat
dipahami, bahwa pendekatan logika merupakan pendekatan yang dibangun
berdasarkan pendekatan rasional. Dalam pendekataan logika terkandung unsur
kesalahan.
Untuk menguji kebenaran pada logika, sebenarnya
cukup dengan melakukan penilaian secara
rasional, apakah prem is-premisnya benar sesuai dengan realita atau tidak.
Jadi, kebenaran logika juga diputuskan oleh akal.
c.
Pendekatan
akliah (Rasional dan Reflektif)
|

Hasil yang diperoleh melalui tariqah ‘aqliyah mengandung dua kemungkinan. Jika kesimpulan itu
berkaitan tentang ‘ada’ atau ‘tidak ada’ wujud sesuatu, maka ia bersifat pasti
dan sedikit pun tidak mengandung faktor kesalahan. Sebab, keputusan itu diambil
melalui pengindraan terhadap sesuatu, sedangkan alat indra manusia tidak
mungkin salah dalam memnentukan ‘adanya’ sesuatu uang bersifat nyata karena
penyerapan indra manusia terhadap ‘adanya’ sesuatu kenyataan bersifat pasti
sehingga keputusan akal untuk menentukan ‘adanya’ sesuatu yang terindra adalah
pasti. Misalnya, jika Anda sekarang berada di depan pintu, maka pasti Anda dapat memastikan bahwa pintu itu
benar-benar ada.
Kesalahan yang mungkin terjadi dengan metode ini
diakibatkan kesalahan pengindraan. Mislanya, fatamorgana yang diduga air, atau
pensil yang lurus terlihat bengkok dan patah ketika dicelupkan kedalam air.
Namun, hal ini tidak berarti meniadakan adanya sesuatu, yaitu adanya
fatamorgana dan pensil. Kesalahan ini terletak pada fenomena yang ada, yaitu
memandang fatamorgana sebagai air, dan pensil yang lurus dikatakan bengkok atau
patah. Demikian juga memahami fenomena lain. Sesunggunhya, pengindraan manusia
tetap tidak akan salah dalam menentukan adanya sesuatu, jika ia merasakan
(mengindra) sesuatu, maka berarti sesuatu itu pasti ada, begitu pula terhadap
keputusan yang ia lihat (rasakan) bersifat pasti.
|

Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa pada
dasarnya metode berpikir hanya ada dua, yaitu pendekatan sains dan pendekatan akliah.pendekatan pertama mengharuskan
adanya pengabdian informasi yang sudah ada (dimiliki), sedangkan pendekatan
kedua mengharuskan adanya informasi yang sebelumnya.
Pendekatan
akliah (rasional dan reflektif) adalah dasar dalam berpikir, yaitu
pendekatan selain yang digunakan oleh pemikiran yang dicapai dengan cara
pendekatan sains atau pendekatan logika. Dengan pendekatan akliah dapat diketahui bahwa setiap realita ilmiah melalui
pengamatan eksperimen dan penarikan kesimpulan. Dengan metode itu pula dapat
realita setiap kesimpulan yang dihasilkan oleh pendekatan logika dan
sebagainya. Begitu pula metode itu akan diketahui realita sejarah dan dapat
membandingkan kesalahan atau kebenaran sejarah. Dengan metode itu pula, manusia
dapat memperoleh pemikiran yang bersifat integral dan mendalam mengenai alam
semesta, manusia, dan kehidupan, serta realita dari alam semesta manusia dan
kehidupan tersebut.

KESIMPULAN
Pendidikan adalah interaksi anatara pendidik dan
peserta didik. Suatu interaksi yang di dalamnya terjadi proses transfer
pemahaman tertentu yang melibatkan secara stimulant anatara fisik dan psikis.
Sehingga guru dapat menyediakan suasana yang menyenagkan, yang dengannya
kemungkinan peserta didik berhasil mengembangkan potensinya menjadi lebih
besar.
Islam
dalam melakukan pendidikan adalah dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh
terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikit
pun, baik segi jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya secara fisik
maupun kehidupannya secara mental, dan segala kegiatannya di bumi ini.
Pendekatan
ilmiah dipakai dalam mengkaji fenomena alam. Kemudian juga ada metode
naturalisasi yang lebih khusus dipakai dalam penelitian sosial termasuk
fenomena sosial dan keagamaan. Khusus untuk penelitian agama sebagai fenomena
budaya, teks, naskah dan manuskrip lebih tepat menggunakan pendekatan
hermeneutika.

DAFTAR
PUSTAKA
Anwar, Syaiful,
dkk.1992. Metodologi Pengajaran Agama dan
Bahasa Arab. Rajawali Pers: Bandar Lampung.
Drs. Priatna, Tedi,
M.Ag. 2004. Reaktualisasi Paradigma
Pendidikan Islam. Pustaka Bani Quraisy: Bandung.
-. 1986. Ringkasan Hasil Penelitian IAIN 1983/1984 Pendidikan Islam
di Indonesia. Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Isalm Depag.
RI: Jakarta.
Dra. Zuhairini,dkk. 2010. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara: Jakarta.
Dra.
M., Taqiyuddin, M.Pd. 2008. Sejarah
Pendidikan. Mulia Press. Bandung.
Drs.
Purwanto, Yadi, MM.Psi. 2007. Epistemologi
Psikologi Islam. Refika Aditama: Bandung.
Dr.
Sahrodi, Jamali, dkk. 2005. Membedah
Nalar Pendidikan Islam. Pustaka Rihlah Group dan STAIN CIREBON: Yogyakarta.
Prof.
H. Arifin, M. M.Ed. 2011. Ilmu Pendidikan
Islam. Bumi Aksara: Jakarta.
Quthb,
Muh. 1993. Sistem Pendidikan Islam.
Prof. Dr. Suprayogo,
Imam dan Drs. Tobroni, M.Si. 2003. Metodologi
Penelitian Sosial-Agama. PT Remaja Rosdakarya Bandung: Bandung.
Mudyahardjo, Redja.
2001. Filsafat Ilmu Pendidikan.
Remaja Rosdakarya: Bandung.
Nata, Abudin. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Rajawali Pers:
Jakarta.
![]() |
||||
|
Suprayodo, Imam, dkk.
2001. Metodologi Penenlitian Sosial-Agama.
Rosda: Bandung.
Prof. Dr. Muhaimin,
M.A. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam.
Rajawali Pers: Malang.
![]() |
||||
|
Komentar