MAKALAH MATERI KIMIA DASAR 2
Untuk
memenuhi Tugas Mandiri
Mata
kuliah : Kimia Dasar II
Dosen
pengampu : Dr. Kartimi, M.Pd

Di
susun oleh :
AENUL FAHMI KHALIK
14121610738
Tarbiyah
IPA-BIOLOGI A/II
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
SYEKH NURJATI
CIREBON
2013
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Kumpulan
Materi Kimia Dasar II”
ini dalam waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Dasar II. Makalah
ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan karya
tulis ini sangat penulis harapkan.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca, khususnya guna mengetahui tentang
keseluruhan materi dari Mata Kuliah Kimia Dasar II.
Cirebon, 1 Mei
2013
Penulis
BAB I
KIMIA LARUTAN
A.
Komponen Larutan
Larutan adalah campuran homogen
(komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas
antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung
antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya
berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam
larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di
dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud padat, cair, atau gas.
Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut (solute). Khusus
untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar.
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang
terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam
larutan disebut (zat) terlarut
atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat
terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Larutan didefinisikan sebagai
campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul,
atom maupun ion yang komposisinya dapat berpariasi. Larutan dapat berupa gas,
cairan, atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian
kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah
larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut.
Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut (Baroroh,
2004).
Pada umumnya zat yang digunakan
sebagai pelarut adalah air (H2O), selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah
alcohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau
menggunakan air biasanya tidak disebutkan.
Larutan gas dibuat dengan
mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya. Karena semua gas bercampur
dalam semua perbandingan, maka setiap campuran gas adalah homogen ia merupakan
larutan. Larutan cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan atau padatan dalam
suatu cairan. Jika sebagian cairan adlah air, maka larutan disebut larutan
berair. Larutan padatan adalah padatan-padatan dalam mana satu komponen
terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya. Suatu
larutan dengan jumlah maksimum zat terlarutpadatemperatur tertentu disebut
larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh larutan tidak jenuh.
Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan
dengan zat terlarut dalam larutan lebih banyak daripada zat terlarut yang
seharusnya dapat melarut pada temperature tersebut. Larutan yang demikian
disebut larutan lewat jenuh. Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan
larutan jenuh, daalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut
kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu, molekul
pelarut, temperature dan tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung
banyak komponen, tetapi pada tinjauan ini hanya dibahas larutan yang mengandung
dua komponen. Yaitu larutan biner. Komponen dari larutan biner yaitu pelarut
dan zat terlarut.
Contoh
larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam
air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon
dioksida atau oksigen
dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas
larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam)
dan mineral
tertentu.
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
1. Eksoterm,
yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari
campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang
bersangkutan akan turun.
2. Endoterm,
yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi
akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan
naik.
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Larutan tak
jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa
melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi
ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
2. Larutan
jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan
yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan
konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion
= Ksp berarti larutan tepat jenuh.
3. Larutan
sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak
solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain,
larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan.
Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp
berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Larutan
pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding
solvent.
2. Larutan
encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
B.
Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan adalah
perbandingan antara massa zat terlarut dengan larutnya (zat dengan pelarutnya).
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut
dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam
perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan
konsentrasi adalahmolar, molal, dan bagian per juta (part per
million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat
dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah)
atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Konsentrasi
larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif,
larutan dapat dibedakan menjadi larutan pekat dan larutan encer. Dalam larutan
encer, massa larutan sama dengan massa pelarutnya karena massa jenis larutan
sama dengan massa jenis pelarutnya. Secara kuantitatif, larutan dibedakan
berdasarkan satuan konsentrasinya. Ada beberapa proses melarut (prinsip
kelarutan), yaitu:
1. Cairan-
cairan
Kelarutan zat cair dalam zat cair
sering dinyatakan “Like dissolver like” maknanya zat- zat cair yang memiliki
struktur serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam segala
perbandingan. Contohnya: heksana dan pentana, air dan alkohol => H- OH
dengan C2H5- OH. Perbedaan kepolaran antara zat terlarut
dan zat pelarut pengaruhnya tidak besar terhadap kelarutan. Contohnya: CH3Cl
(polar) dengan CCl4 (non- polar).Larutan ini terjadi karena
terjadinya gaya antar aksi, melalui gaya dispersi (peristiwa menyebarnya zat
terlarut di dalam zat pelarut) yang kuat. Di sini terjadi peristiwa soluasi,
yaitu peristiwa partikel- partikel pelarut menyelimuti (mengurung) partikel
terlarut. Untuk kelarutan cairan- cairan dipengaruhi juga oleh ikatan Hydrogen.
2. Padat- cair
Padatan umumnya memiliki kelarutan
terbatas di cairan hal ini disebabkan gaya tarik antar molekul zat padat dengan
zat padat > zat padat dengan zat cair. Zat padat non- polar (sedikit polar)
besar kelarutannya dalam zat cair yang kepolarannya rendah. Contohnya: DDT
memiliki struktur mirip CCl4 sehingga DDT mudah larut di dalam non-
polar (contoh minyak kelapa), tidak mudah larut dalam air (polar).
3. Gas- cairan
Ada 2 prinsip yang mempengaruhi kelarutan gas dalam
cairan, yaitu:
a. Makin tinggi
titik cair suatu gas, makin mendekati zat cair gaya tarik antar molekulnya. Gas
dengan titik cair lebih tinggi, kelarutannya lebih besar.
b. Pelarut
terbaik untuk suatu gas ialah pelarut yang gaya tarik antar molekulnya sangat
mirip dengan yang dimiliki oleh suatu gas.
Konsentrasi
larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di
dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat
terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah
zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar,
molal, dan bagian per juta (part per million,
ppm).
Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer
(berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Untuk
menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi.
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan
larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut
dalam sejumlah volume (berat , mol) tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini
muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas,
normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh
Titik didih gas mulia dari atas ke
bawah dalam suatu sistem periodik, makin tinggi, dan kelarutannya makin besar.
Pengaruh temperatur (T) dan tekanan (P) terhadap kelarutan, yaitu peningkatan
temperatur menguntungkan proses endotermis, sebaliknya penurunan temperatur
menguntungkan proses eksotermis. Proses kelarutan zat padat dalam zat cair
umumnya berlangsung endoterm akibatnya kenaikan temperatur menaikkan kelarutan.
Proses kelarutan gas dalam cair berlangsung eksoterm akibatnya kenaikan
temparatur menurunkan kelarutan.
Proses melarut dianggap proses kesetimbangan,

DH = + (endoterm)
Faktor tekanan sangat besar pengaruhnya
pada kelarutan gas dalam cair. Hubungan ini dijelaskan dengan Hukum Henry,
yaitu Cg = k . Pg (tekanan berbanding lurus dengan konsentrasi). Panas pelarutan yaitu banyaknya energi/ panas
yang diserap atau dilepaskan jika suatu zat terlarut dilarutkan dalam pelarut.
Ada beberapa 3 tahap pada proses melarutkan suatu zat, yaitu:
Tahap 1, yaitu: Baik zat terlarut maupun zat pelarut
masih tetap molekul- molekulnya berikatan masing- masing.
Tahap 2,yaitu:Molekul- molekul yang terdapat pada zat
terlarut memisahkan diri sehingga hanya terdiri dari 1 molekul tanpa adanya
ikatan lagi dengan molekul- molekul yang terdapat di dalamnya, begitu pula
molekul- molekul yang terdapat pada zat pelarut.
Tahap 3, yaitu: Antara molekul pada zat terlarut akan
mengalami ikatan dengan molekul pada zat pelarut.
Pada umumnya: Tahap 1 memerlukan panas.
Tahap 2 memerlukan panas.
Tahap 3 menghasilkan panas.
Eksoterm: 1+2 < 3 dengan DH = - (eksoterm)
Endoterm: 1+2 > 3 dengan DH = + (endoterm)
Konsentrasi akan lebih eksak jika dinyatakan secara
kuantitatif, menggunakan satuan- satuan konsentrasi.
Molaritas
dari solute adalah jumlah mol solute perliter larutan dan biasanya dinyatakan
dengan huruf besar M. larutan 6,0 molar HCl ditulis 6,0 M, bararti bahwa
larutan dibuat dengan menambahkan 6,0 mol HCl pada air yang cukup dan kemudian
volume larutan dibuat menjadi satu liter. Molalitas dari suatu solute adalah
jumlah mol solute per satu kilogram solvent. Molalitas biasanya ditulis dengan
hurup kecil m. Tulisan 6,0 m HCl dibaca 6,0 molal, dan menyatakan suatu larutan
yang dibuat dengan menambahkan 6,0 mol HCl pada satu kilogram air. Normalitas
dari suatu solute adalah jumlah gram ekuivalen solute per liter larutan.
Biasanya ditulis dengan huruf besar N. Tulisan 0,25 N KMnO4 dibaca
0,25 normal, dan menyatakan larutan yang mengandung 0,25 gram ekuifalen dari
kalium permanganat per liter larutan.
C.
Fraksi mol (X)
Fraksi mol suatu zat adalah
perbandingan jumlah mol suatu zat terhadap jumlah total mol seluruh zat yang
menyusun suatu larutan. Fraksi mol adalah perbandingan dari jumlah mol dari
suatu komponen dengan jumlah total mol dalam larutan. Contoh, dalam
larutan yang mengandung 1 mol alkohol dan 3 mol air, maka fraksi mol alkohol
adalah ¼ dan air ¾ . Jumlah kedua fraksimol (fraksi mol zat terlarut + fraksi
mol pelarut) sama dengan 1.
1. Persentase
berat per berat (% b/b)
Persen b/b adalah jumlah gram zat
terlarut dalam tiap 100 gram larutan.
2. Persentase
berat per volume (% b/v)
Persentase b/v adalah jumlah gram
zat terlarut dalam tiap 100 ml larutan. Satuan %b/v umumnya dipakai untuk zat
terlarut padat dalam pelarut cair.
3. Persentase
volume per volume (% v/v)
Persentase v/v adalah jumlah ml zat
terlarut dalam tiap 100 ml larutan. Satuan %v/v umumnya dipakai untuk zat
terlarut cair dalam pelarut cair. Solusi:Volume larutan = 150 + 350 = 500 ml.
Bagian per sejuta (ppm/ part
per million)
Satuan ppm menyatakan satu gram zat terlarut dalam
satu juta gram pelarut.
Dalam rumus di atas satu gram zat
terlarut dibagi massa larutan karena massa jenis larutan sama dengan massa
jenis pelarutnya sehingga massa larutan = massa pelarutnya.
Contoh larutan biner
Zat terlarut
|
Pelarut
|
Contoh
|
Gas
|
Gas
|
Udara, semua campuran gas
|
Gas
|
Cair
|
Karbondioksida dalam air
|
Gas
|
Padat
|
Hydrogen dalam platina
|
Cair
|
Cair
|
Alcohol dalam air
|
Cair
|
Padat
|
Raksa dalam tembaga
|
Padat
|
Padat
|
Perak dalam platina
|
Padat
|
Cair
|
Garam dalam air
|
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion
berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain (Khopkar, 2003).
Satuan konsentrasi
Lambang
|
Nama
|
Definisi
|
Satuan Fisika
|
||
% w/w
|
Persen berat
|
|
% v/v
|
Persen volume
|
|
% w/v
|
Persen berat volume
|
|
Ppm
|
Parts per million
|
|
ppb
|
Parts per billion
|
|
Satuan kimia
|
||
X
|
Fraksi mol
|
|
F
|
Formal
|
|
m
|
Molal
|
|
N
|
Normal
|
|
m Eq
|
Mili ekuivalen
|
Seper seribu mol larutan
|
Osm
|
Osmolar
|
|
M
|
Molar
|
BAB II
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Sifat
koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak
bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya bergantung pada
konsentrasi pertikel zat terlarutnya[1]. Sifat
koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit. Dalam
larutan, terdapat beberapa sifat zat yang hanya ditentukan oleh banyaknya
partikel zat terlarut. Oleh karena sifat koligatif larutan ditentukan oleh
banyaknya partikel zat terlarut, maka perlu diketahui tentang konsentrasi larutan. Molalitas (kemolalan) adalah
jumlah mol zat
terlarut dalam 1 kg (1000 gram) pelarut[2]. Molalitas
didefinisikan dengan persamaan berikut.

- Keterangan :
m = molalitas larutan (mol / kg)
n = jumlah mol zat terlarut (g / mol)
P = massa pelarut (g)
Fraksi mol merupakan
satuan konsentrasi yang semua komponen larutannya dinyatakan berdasarkan mol.
Fraksi mol komponen
, dilambangkan dengan
adalah jumlah mol komponen
dibagi dengan jumlah mol semua
komponen dalam larutan. Fraksi mol
adalah
dan seterusnya. Jumlah fraksi
mol dari semua komponen adalah 1. Persamaannya dapat ditulis. Molalitas
didefinisikan dengan persamaan berikut: 






1.
Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit
Meskipun sifat koligatif melibatkan
larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada interaksi antara molekul pelarut
dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut yang larut pada
suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.
a.
Penurunan Tekanan Uap
Marie Francois Raoult (1830 - 1901)
ilmuwan yang menyimpulkan tentang tekanan uap jenuh larutan. Molekul - molekul
zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan adanya tekanan uap zat cair. Semakin
mudah molekul - molekul zat cair berubah menjadi uap, makin tinggi pula tekanan
uapzat cair. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut
yang tidak menguap, maka partikel - partikel zat terlarut ini akan mengurangi penguapan molekul -
molekul zat cair. Laut mati adalah
contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang
tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di
daerah gurun yang sangat
panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat
terlarutnya semakin tinggi. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis:
P0 - P

P0 > P
Keterangan :
P0 = tekanan uap zat cair murni
P = tekanan uap larutan
Pada tahun 1808, Marie Francois
Raoult seorang kimiawan asal Perancis melakukan
percobaan mengenai tekanan uap jenuh larutan, sehingga ia menyimpulkan tekanan
uap jenuh larutan sama dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan uap
jenuh pelarut murni. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis. Kesimpulan
ini dikenal dengan Hukum Raoult dan dirumuskan dengan. Persamaan penurunan tekanan
uap dapat ditulis:
P = P0 x Xp
P = P0 x Xp

Keterangan :
P = tekanan uap jenuh larutan
P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni
Xp = fraksi mol zat pelarut
Xt = fraksi mol zat terlarut
b.
Kenaikan Titik Didih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih.
Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya[4]. Hal ini
menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat
cair diukur pada tekanan 1 atmosfer[4]. Dari hasil
penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih
pelarut murninya[4]. Hal ini
disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan
menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut[4]. Oleh
karena itu, penguapan partikel - partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar[4]. Perbedaan
titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik
didih yang dinyatakan dengan (
)[4].
Persamaannya dapat ditulis:







- Keterangan :

kb = tetapan kenaikan titik didih molal
m = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif
c. Penurunan
Titik Beku
Adanya zat terlarut dalam larutan
akan mengakibatkan titik beku larutan lebih kecil daripada titik beku
pelarutnya. Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :






- Keterangan :

kf = penurunan titik beku molal
m = molal larutan
Mr = massa molekul relatif
d.
Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik adalah gaya yang
diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang melalui selaput
semipermiabel ke dalam larutan[5]. Membran
semipermeabel adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul - molekul pelarut
dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut. Menurut Van't Hoff, tekanan
osmotik larutan dirumuskan: 

- Keterangan :

M = molaritas larutan
R = tetapan gas ( 0,082 )
T = suhu mutlak
2.
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Pada konsentrasi yang sama, sifat
koligatif larutan elektrolit memliki nilai yang lebih besar daripada sifat
koligatif larutan non elektrolit[6]. Banyaknya
partikel zat terlarut hasil reaksi ionisasi larutan elektrolit dirumuskan dalam
faktor Van't Hoff[6].
Perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit selalu dikalikan dengan faktor
Van't Hoff[6] :

- Keterangan :

n = jumlah koefisien kation

a.
Penurunan Tekanan Uap Jenuh
b.
Kenaikan Titik Didih


c.
Penurunan Titik Beku


d.
Tekanan Osmotik
BAB III
LARUTAN
ELEKTROLIT
Larutan elektrolit adalah larutan
yang dapat menghantarkan arus listrik. Logam merupakan konduktor yang dapat
menghantarkan arus listrik, yang disebabkan adanya elektron yang dapat bergerak
bebas. Begitupun dengan larutan elektrolit, dalam larutan elektrolit terdapat
partikel-partikel bermuatan yang dapat menghantarkan arus listrik, yaitu
ion-ion.
Ahli kimia dari Swedia Svante
August Arrhenius (1887) menjelaskan bahwa larutan elektrolit
mengandung atom-atom bermuatan listrik (ion-ion) yang bergerak bebas,
sehingga larutan tersebut dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan
positif disebut kation, dan ion yang bermuatan negatif dinamakan anion. Peristiwa
terurainya suatu zat elektrolit menjadi ion-ionnya disebut proses ionisasi.
Ketika suatu zat elektrolit
dilarutkan dalam suatu pelarut, zat elektrolit tersebut mengalami proses
ionisasi menjadi ion-ionnya. Ion-ion dalam larutan elektrolit selalu bergerak
bebas dan ion-ion inilah yang sebenarnya menghantarkan arus listrik melalui
larutannya. Zat yang dapat menghantarkan
arus listrik bila dilarutkan dalam pelarut (biasanya pelarut air) disebut zat
elektrolit. Kemampuan untuk menghantarkan arus listrik tidak hanya dimiliki
oleh senyawa ionik saja, yang termasuk ke dalam zat elektrolit adalah senyawa
ionik (seperti NaCl, KCl, dll) dan senyawa kovalen polar yang dapat
terionisasi dalam air (seperti HCl, H2SO4 dan lain-lain).
- Senyawa ionik
Senyawa ionik adalah senyawa yang
atom-atomnya berikatan secara ionik, yang disebabkan adanya gaya elektrostatik dari
atom-atom yang muatannya berlawanan (ion positif dan ion negatif). Atom yang
kehilangan elektron menjadi ion positif (kation) dan atom yang menerima
elektron menjadi ion negatif (anion). Dalam larutan, senyawa ionik akan terurai
sempurna menjadi ion-ionnya yang bergerak bebas. Ion-ion itulah yang
menghantarkan arus listrik.
2.
Senyawa Kovalen Senyawa kovalen
Senyawa kovalen adalah senyawa yang
atom-atomnya berikatan secara kovalen. Ikatan kovalen terjadi akibat penggunaan
bersama-sama pasangan elektron oleh dua atom. Senyawa kovalen yang dapat
menghantarkan arus listrik adalah seyawa kovalen polar yang dapat mengalami
ionisasi bila dilarutkan dalam pelarut (biasanya pelarut air). Daya hantar
listrik berhubungan dengan adanya ion-ion zat terlarut dalam larutan. Semakin
banyak jumlah ion dalam larutan, maka daya hantar listrik akan semakin baik,
dan sebaliknya. Berdasarkan kekuatannya dalam menghantarkan arus listrik,
larutan elektrolit dibedakan menjadi larutan elektrolit kuat dan larutan
elektrolit lemah.
Contoh dari larutan elektrolit
adalah larutan NaCl (garam dapur), jika garam dapur dilarutkan dalam air maka
akan teurai menjadi ion-ion bebasnya, sehingga dalam larutan NaCl terdapat
spesi bermuatan yakni Na+ dan Cl-.

Gambaran pelarutan NaCl secara mikroskopik adalah
sebagai berikut:

Daya hantar listrik berhubungan
dengan adanya ion-ion zat terlarut dalam larutan. Semakin banyak jumlah ion
dalam larutan, maka daya hantar listrik akan semakin baik, dan sebaliknya semakin
sedikit jumlah ion dalam larutan, maka daya hantar listrik nya juga menurun.
Berdasarkan kekuatannya dalam menghantarkan arus listrik, larutan elektrolit
dibedakan menjadi larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah.
3.
Larutan Elektrolit Kuat senyawa kovalen
Larutan elektrolit kuat adalah
larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik, karena zat
terlarut yang berada didalam pelarut (biasanya air), seluruhnya terionisasi
menjadi ion-ion dengan harga derajat ionisasi α = 1 atau hampir mendekati 1..
Yang tergolong elektrolit kuat adalah :
- Asam kuat, antara lain: HCl, HClO3, HClO4, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
- Basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, antara lain : NaOH, KOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
- Garam-garam yang mempunyai kelarutan tinggi, antara lain : NaCl, KCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain
Dengan pengujian daya hantar
listrik, larutan elektrolit ini menghasilkan nyala lampu yang terang dan
gelembung gas, seperti pada gambar.

4.
Larutan Elektrolit Lemah senyawa kovalen
Larutan elektrolit lemah adalah
larutan yang mampu menghantarkan arus listrik dengan daya yang lemah, karena
tidak semua zat terlarut terionisasi dalam pelarutnya atau dapat dikatakan
hanya terionisasi sebagian, sehingga harga derajat ionisasinya lebih dari nol
tetapi kurang dari satu (0 < a < 1). Yang tergolong elektrolit lemah
adalah:
- Asam lemah, antara lain: CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain.
- Basa lemah, antara lain: NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.
- Garam-garam yang sukar larut, antara lain: AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain.
BAB IV
ASAM BASA
Teori
- Asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen dalam larutan.
- Basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida dalam larutan.
Penetralan terjadi karena ion hidrogen dan ion
hidroksida bereaksi untuk menghasilkan air.


Pembatasan teori
Asam hidroklorida (asam klorida)
dinetralkan oleh kedua larutan natrium hidroksida dan larutan amonia. Pada
kedua kasus tersebut, kamu akan memperoleh larutan tak berwarna yang dapat kamu
kristalisasi untuk mendapatkan garam berwarna putih – baik itu natrium klorida
maupun amonium klorida.
Keduanya jelas merupakan reaksi yang sangat mirip.
Persamaan lengkapnya adalah:




Pada kasus natrium hidroksida, ion hidrogen dari asam
bereaksi dengan ion hidroksida dari natrium hidroksida – sejalan dengan teori
Arrhenius.
Akan tetapi, pada kasus amonia, tidak muncul ion
hidroksida sedikit pun!
anda bisa memahami hal ini dengan mengatakan bahwa
amonia bereaksi dengan air yang melarutkan amonia tersebut untuk menghasilkan
ion amonium dan ion hidroksida:


Reaksi ini merupakan reaksi reversibel, dan pada
larutan amonia encer yang khas, sekitar 99% sisa amonia ada dalam bentuk
molekul amonia. Meskipun demikian, pada reaksi tersebut terdapat ion hidroksida,
dan kita dapat menyelipkan ion hidroksida ini ke dalam teori Arrhenius.
Akan tetapi, reaksi yang sama juga terjadi antara gas
amonia dan gas hidrogen klorida.


Pada kasus ini, tidak terdapat ion hidrogen atau ion
hidroksida dalam larutan – karena bukan merupakan suatu larutan. Teori
Arrhenius tidak menghitung reaksi ini sebagai reaksi asam-basa, meskipun pada
faktanya reaksi tersebut menghasilkan produk yang sama seperti ketika dua zat
tersebut berada dalam larutan. Ini adalah sesuatu hal yang lucu!
Teori asam
dan basa Bronsted-Lowry
Teori
- Asam adalah donor proton (ion hidrogen).
- Basa adalah akseptor proton (ion hidrogen).
Hubungan antara teori Bronsted-Lowry
dan teori Arrhenius
Teori Bronsted-Lowry tidak
berlawanan dengan teori Arrhenius – Teori Bronsted-Lowry merupakan perluasan
teori Arrhenius. Ion hidroksida tetap berlaku sebagai basa karena ion
hidroksida menerima ion hidrogen dari asam dan membentuk air. Asam menghasilkan
ion hidrogen dalam larutan karena asam bereaksi dengan molekul air melalui
pemberian sebuah proton pada molekul air.
Ketika gas hidrogen klorida
dilarutkan dalam air untuk menghasilkan asam hidroklorida, molekul hidrogen
klorida memberikan sebuah proton (sebuah ion hidrogen) ke molekul air. Ikatan
koordinasi (kovalen dativ) terbentuk antara satu pasangan mandiri pada oksigen
dan hidrogen dari HCl. Menghasilkan ion hidroksonium, H3O+.



Ketika asam yang terdapat dalam
larutan bereaksi dengan basa, yang berfungsi sebagai asam sebenarnya adalah ion
hidroksonium. Sebagai contoh, proton ditransferkan dari ion hidroksonium ke ion
hidroksida untuk mendapatkan air.


Tampilan elektron terluar, tetapi mengabaikan elektron
pada bagian yang lebih dalam:

Adalah sesuatu hal yang penting untuk mengatakan bahwa
meskipun anda berbicara tentang ion hidrogen dalam suatu larutan, H+(aq),
sebenarnya anda sedang membicarakan ion hidroksonium.
Permasalahan hidrogen klorida /
amonia
Hal ini bukanlah suatu masalah yang
berlarut-larut dengan menggunakan teori Bronsted-Lowry. Apakah anda sedang
membicarakan mengenai reaksi pada keadaan larutan ataupun pada keadaan gas,
amonia adalah basa karena amonia menerima sebuah proton (sebuah ion hidrogen).
Hidrogen menjadi tertarik ke pasangan mandiri pada nitrogen yang terdapat pada
amonia melalui sebuah ikatan koordinasi.

Jika amonia berada dalam larutan, amonia menerima
sebuah proton dari ion hidroksonium:


Jika reaksi terjadi pada keadaan gas, amonia menerima
sebuah proton secara langsung dari hidrogen klorida:


Cara yang lain, amonia berlaku sebagai basa melalui
penerimaan sebuah ion hidrogen dari asam.
Pasangan konjugasi
Ketika hidrogen klorida dilarutkan
dalam air, hampir 100% hidrogen klorida bereaksi dengan air menghasilkan ion
hidroksonium dan ion klorida. Hidrogen klorida adalah asam kuat, dan kita
cenderung menuliskannya dalam reaksi satu arah:


Pada faktanya, reaksi antara HCl dan
air adalah reversibel, tetapi hanya sampai pada tingkatan yang sangat kecil.
Supaya menjadi bentuk yang lebih umum, asam dituliskan dengan HA, dan reaksi berlangsung
reversibel.


Perhatikan reaksi ke arah depan:
- HA adalah asam karena HA mendonasikan sebuah proton (ion hidrogen) ke air.
- Air adalah basa karena air menerima sebuah proton dari HA.
Akan tetapi ada juga reaksi kebalikan antara
ion hidroksonium dan ion A-:
- H3O+ adalah asam karena H3O+ mendonasikan sebuah proton (ion hidrogen) ke ion A-.
- Ion A- adalah basa karena A- menerima sebuah proton dari H3O+.
Reaksi reversibel mengandung dua asam dan dua
basa. Kita dapat menganggapnya berpasangan, yang disebut pasangan
konjugasi.

Ketika asam, HA, kehilangan sebuah
proton asam tersebut membentuk sebuah basa A-. Ketika sebuah basa, A-,
menerima kembali sebuah proton, basa tersebut kembali berubah bentuk menjadi
asam, HA. Keduanya adalah pasangan konjugasi.
Anggota pasangan konjugasi berbeda
antara satu dengan yang lain melalui kehadiran atau ketidakhadiran ion hidrogen
yang dapat ditransferkan.
Jika anda berfikir mengenai HA sebagai asam, maka A-
adalah sebagai basa konjugasinya.
Jika anda memperlakukan A- sebagai basa,
maka HA adalah sebagai asam konjugasinya. Air dan ion hidroksonium juga
merupakan pasangan konjugasi. Memperlakukan air sebagai basa, ion hidroksonium
adalah asam konjugasinya karena ion hidroksonium memiliki kelebihan ion
hidrogen yang dapat diberikan lagi. Memperlakukan ion hidroksonium sebagai
asam, maka air adalah sebagai basa konjugasinya. Air dapat menerima kembali ion
hidrogen untuk membentuk kembali ion hidroksonium.
Contoh yang kedua mengenai pasangan
konjugasi
Berikut ini adalah reaksi antara amonia dan air yang
telah kita lihat sebelumnya:


Hal pertama yang harus diperhatikan
adalah forward reaction terlebih dahulu. Amonia adalah basa karena amonia
menerima ion hidrogen dari air. Ion amonium adalah asam konjugasinya – ion
amonium dapat melepaskan kembali ion hidrogen tersebut untuk membentuk kembali
amonia.
Air berlaku sebagai asam, dan basa
konjugasinya adalah ion hidroksida. Ion hidroksida dapat menerima ion hidrogen
untuk membentuk air kembali.
Zat amfoter
Suatu zat yang dapat berperilaku baik sebagai asam
atau sebagai basa digambarkan sebagai amfoter.

Teori asam dan basa Lewis
Teori ini memperluas pemahaman anda mengenai asam dan
basa.
- Asam adalah akseptor pasangan elektron.
- Basa adalah donor pasangan elektron.
Hubungan
antara teori Lewis dan teori Bronsted-Lowry
Basa Lewis
Hal yang paling mudah untuk melihat
hubungan tersebut adalah dengan meninjau dengan tepat mengenai basa
Bronsted-Lowry ketika basa Bronsted-Lowry menerima ion hidrogen. Tiga basa
Bronsted-Lowry dapat kita lihat pada ion hidroksida, amonia dan air, dan
ketianya bersifat khas.

Teori Bronsted-Lowry mengatakan
bahwa ketiganya berperilaku sebagai basa karena ketiganya bergabung dengan ion
hidrogen. Alasan ketiganya bergabung dengan ion hidrigen adalah karena
ketiganya memiliki pasangan elektron mandiri – seperti yang dikatakan oleh
Teori Lewis. Keduanya konsisten.
Jadi bagaimana Teori Lewis merupakan
suatu tambahan pada konsep basa? Saat ini belum – hal ini akan terlihat ketika
kita meninjaunya dalam sudut pandang yang berbeda. Tetapi bagaimana dengan
reaksi yang sama mengenai amonia dan air, sebagai contohnya? Pada teori Lewis,
tiap reaksi yang menggunakan amonia dan air menggunakan pasangan elektron mandiri-nya
untuk membentuk ikatan koordinasi yang akan terhitung selama keduanya
berperilaku sebagai basa.
Berikut ini reaksi yang akan anda
temukan pada halaman yang berhubungan dengan ikatan koordinasi. Amonia bereaksi
dengan BF3 melalui penggunaan pasangan elektron mandiri yang
dimilikinya untuk membentuk ikatan koordinasi dengan orbital kosong pada boron.

Sepanjang menyangkut amonia, amonia
menjadi sama persis seperti ketika amonia bereaksi dengan sebuah ion hidrogen –
amonia menggunakan pasangan elektron mandiri-nya untuk membentuk ikatan
koordinasi. Jika anda memperlakukannya sebagai basa pada suatu kasus, hal ini
akan berlaku juga pada kasus yang lain.
Asam Lewis
Asam Lewis adalah akseptor pasangan
elektron. Pada contoh sebelumnya, BF3 berperilaku sebagai asam Lewis
melalui penerimaan pasangan elektron mandiri milik nitrogen. Pada teori
Bronsted-Lowry, BF3 tidak sedikitpun disinggung menganai
keasamannya. Inilah tambahan mengenai istilah asam dari pengertian yang
sudah biasa digunakan.
Bagaimana dengan reaksi asam basa
yang lebih pasti – seperti, sebagai contoh, reaksi antara amonia dan gas
hidrogen klorida?


Ini adalah sesuatu hal yang
menyesatkan! anda tidak selalu memperoleh ion hidrogen yang bebas pada sistem
kimia. Ion hidogen sangat reaktif dan selalu tertarik pada yang lain. Tidak
terdapat ion hidrogen yang tidak bergabung dalam HCl.

Pasangan elektron mandiri pada
nitrogen yang terdapat pada molekul amonia tertarik ke arah atom hidrogen yang
sedikit positif pada HCl. Setelah pasangan elektron mandiri milik nitrogen
mendekat pada atom hidrogen, elektron pada ikatan hidrogen-klor tetap akan
menolak ke arah klor. Akhirnya, ikatan koordinasi terbentuk antara nitrogen dan
hidrogen, dan klor terputus keluar sebagai ion klorida. Hal ini sangat baik
ditunjukkan dengan notasi "panah melengkung" seperti yang sering
digunakan dalam mekanisme reaksi organik.

BAB V
HIDROLISIS
Hidrolisis berasal dari kata hidro
yaitu air dan lisis berarti penguraian, berarti hidrolisis garam adalah
penguraian garam oleh air yang menghasilkan asam dan basanya kembali. Ada dua
macam hidrolisis, yaitu:
Menurut konsep hidrolisis,
komponen garam (kation atau anion) yang berasal dari asam lemah atau basa
lemah bereaksi dengan air ( terhidrolisis ). Hidrolisis kation menghasilkan
ion H3O+ (H+), sedangkan hidrolisis anion
akan menghasilkan OH-.
|
![]() |
Hidrolisis adalah terurainya garam
dalam air yang menghasilkan asam atau basa.
ADA EMPAT JENIS GARAM, YAITU
:
- Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa kuat (misalnya NaCl, K2SO4 dan lain-lain) tidak mengalami hidrolisis. Untuk jenis garam yang demikian nilai pH = 7 (bersifat netral)
- Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa lemah (misalnya NH4Cl, AgNO3 dan lain-lain) hanya kationnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH < 7 (bersifat asam)
- Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa kuat (misalnya CH3COOK, NaCN dan lain-lain) hanya anionnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH > 7 (bersifat basa)
- Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa lemah (misalnya CH3COONH4, Al2S3 dan lain-lain) mengalami hidrolisis total (sempurna). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH-nya tergantung harga Ka den Kb
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang
memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+)
dan anion hidroksida (OH−)
melalui suatu proses kimia. Proses ini biasanya digunakan untuk memecah polimer tertentu,
terutama yang dibuat melalui polimerisasi tumbuh bertahap (step-growth polimerization). Kata
"hidrolisis" berasal dari bahasa Yunani hydro "air" + lysis "pemisahan".
Hidrolisis tidak berbeda dengan hidrasi. Pada hidrasi, molekul tidak
terpecah menjadi dua senyawa baru.
Biasanya
hidrolisis merupakan proses kimia yaitu penambahan satu molekul air ke zat
kimia. Kadang-kadang penambahan ini menyebabkan zat kimia dan molekul air
berpisah menjadi dua bagian. Pada reaksi semacam ini, satu pecahan dari molekul
target (atau molekul induk) mendapat sebuah ion hidrogen.
- Garam
- Ester dan amida
- ATP
- Polisakarida
- Ion logam dalam air
|
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
|
1. Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat
Garam yang terbentuk dari asam
kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis. pH = 7. Contoh
: garam NaCl
Di dalam air, NaCl terionisasi sempurna membentuk ion Na+ dan Cl- NaCl(aq) ![]() Ion Na+ berasal dari asam kuat dan ion Cl- berasal dari basa kuat sehingga keduanya tidak bereaksi dengan air. Sehingga reaksi hidrolisis adalah : Na+(aq) + H2O(l) ![]() Cl-(aq) + H2O(l) ![]()
2. Garam
dari Basa Kuat dan Asam Lemah
Garam yang terbentuk dari basa
kuat dan asam lemah mengalami hidrolisis anion.
pH > 7. Contoh : garam CH3COONa, (CH3COO)2Ba Dalam air, CH3COONa terionisasi sempurna membentuk ion CH3COO- dan Na+ CH3COONa ![]() Sehingga reaksi hidrolisis adalah: CH3COO- + H2O ![]() Na+(aq) + H2O(l) ![]()
3. Garam
dari Asam Kuat dan Basa Lemah
Garam yang terbentuk dari asam
kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis kation.
pH < 7. Contoh : garam NH4Cl. Dalam air, NH4Cl terionisasi sempurna membentuk ion Cl-dan NH4+ NH4Cl ![]() Sehingga reaksi hidrolisis adalah: NH4+(aq) + H2O(aq) ![]() Na+(aq) + H2O(l) ![]()
4. Garam
dari Basa Lemah dan Asam Lemah
Garam yang terbentuk dari asam
lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total. Mungkin bersifat basa, asam,
atau netral (karena menghasilkan ion H+ dan ion OH-).
pH tergantung harga Ka dan Kb.
a. Jika Ka = Kb , larutan garam bersifat netral ( pH = 7 ) b. Jika Ka = Kb , larutan garam bersifat asam ( pH < 7 ) c. Jika Ka = Kb , larutan garam bersifat basa ( pH > 7 ) Contoh : garam CH3COONH4 Di dalam air, garam CH3COONH4 dalam air akan terionisasi sebagai berikut: CH3COONH4 ![]()
Sehingga reaksi hidrolisis adalah:
CH3COO- + H2O ![]() NH4+(aq) + H2O(aq) ![]() |
Menghitung pH larutan garam
Reaksi
hidrolisis adalah reaksi kesetimbangan. Tetapan kesetimbangan dari reaksi
hidrolisis disebut tetapan hidrolisis ( Kh)
A. Garam dari asam kuat dan basa kuat
Garam dari
asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis, sehingga larutannya
bersifat netral ( pH = 7 Garam dari basa kuat dan asam lemah
B. Garam
dari basa kuat dan asam lemah
Garam ini
akan mengalami hidrolisis parsial, yaitu hidrolisis anion
A - (aq) +
H 2 O (l) → HA (aq) + OH - (aq)
C. Garam
dari asam kuat dan basa lemah
Garam ini
akan mengalami hidrolisis parsial, yaitu hidrolisis kation
BH + + H 2
O → B + H 3 O +
D. Garam
dari asam lemah dan basa lemah
Garam ini akan mengalami hidrolisis total, karena baik kation maupun
anionnya akan mengalami hidrolisis. pH larutan secara kuantitatif sukar
dikaitkan dengan harga maupun dengan konsentrasi garam. pH yang tepat
hanya dapat diperoleh melalui pengukuran. Tetapi pH dapat diperkirakan
dengan persamaan :
Sifat larutan tergantung pada
harga Ka dan harga Kb.
Jika
Ka > Kb : bersifat asam
Ka < Kb : bersifat basa
Ka = Kb : bersifat netral
jenis garam dan realsi Hidrolisis
Reaksi
penguraian garam oleh air atau reaksi ion-ion garam dengan air di sebut
hidrolisis.
Pada penguraian garam tersebut dapat terjadi beberapa kemungkinan.
1).
Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion H+ sehingga
menyebabkan [H+]
Dalam
air bertambah dan akibatnya [H+] > [OH–] dan larutan
bersifat asam.
2).
Ion garam bereaksi dengan air dan menghasilkan ion OH sehingga didalam sistem
[H+] < [OH], akibatnya larutan bersifat basa.
3).
Ion garam tersebut tidak bereaksi dengan air, sehingga [H+] dalam
air akan tetap sama dengan [OH–] dan air akan tetap netral (pH =7)
1.
Garam yang terbentuk dari asam lemah dan dasa kuat
Garam
yang berasal dari asam lemah dan basa kuat bila di larutkan dalam air akan
menghasilkan anion dari asam lemah. Ion tersebut bila bereaksi dengan air
menghasilkan ion OH– yang menyebabkan larutan bersifat basa.
Jadi, garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat akan terhidrolisis
sebagian (parsial) dan bersifat basa.
2.
Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah
Garam
berasal dari asam kuat dan basa lemah bila di larutkandalam air akan
menghasilkan kation yang berasal dari basa lemah. Ion tersebut bila bereaksi
dengan air akan menghasilkan ion H+ yang menyebabkan larutan
bersifat asam. Jadi, garam berasal dari asam kuat dan basa lemah akan terhidrolisis
sebagian (parsial) dan bersifat asam.
3.
Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah
Garam
berasal dari asam lemah dan basa lemah di dalam air terionisasi dan kedua ion
garam tersenut bereaksi dengan air. Oleh karena itu reaksi kedua garam tersebut
masing-masing menghasilkan ion H+ dan ion OH–, maka
sifat larutan garam ini di tentukan oleh harga tetapan kesetimbangan dari asam
lemah dan basa yang terbentuk.
4.
Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat
Ion
yang di hasilkan dari ionisasi garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat
tidak ada yang bereaksi dengan air, sebab ion-ion yang bereaksi akan segera
terionisasi. Kesimpulannya, garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat
tidak terhidrolisis. Oleh karena itu, konsentrasi ion H+ dan OH– dalam
air tidak terganggu, sehingga larutan bersifat netral.
B.
Harga pH larutan Garam
1).
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat
Rumuss :
Kh
= 1 x Kw [ OH– ] = √ Kw x [ A– ]
Ka
Ka
Keterangan
: Kw = Tetapan ionisasi air ( 10–14 )
Ka
= Tetapan ionisasi asam
[
A– ] = Konsentrasi ion garam yang terhidrolisis
Contoh
soal :
*
Hitunglah pH larutan NaCN 0,01 M. Di ketahui Ka HCN = 10–10
Jawab
:
NaCN → Na+ +
CN–
0,1
M 0,1 M
[OH–]
= √ Kw x [ CN– ]
Ka
[OH–]
= √ 10–14 [ 0,01 ]
10–10
[OH–]
= 10–3
poH
= 3
pH
= 11
2).
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah
Rumus :
Kh
= 1 X Kw [ H+ ] = √ Kw X [ B+ ]
Kb
Kb
Keterangan
:
Kw
= Tetapan ionisasi air
Kb
= Tetapan ionisasi basa
[
B+ ] = Konsentrasi ion garam yang terhidrolisis
Contoh
soal :
*
Hitunglah pH larutan ( NH4 )2 SO4 0,1
M, Jika Kb NH3 = 2 x 10–5
Jawab
:
(
NH4 )2 SO4 (aq) → 2NH+ +
SO2–4
Garam
berasal dari asam kuat dan basa lemah, maka larutannya bersifat asam.
[H+]
= √ Kw X [ NH+4 ]
Kb
[H+]
= √ 10–14 X 0,2
2
x 10–5
[H+]
= 10–5
pH
= 5
3).
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah
Rumus :
[
H+ ] = √ Ka x Kw
Kb
Dari
rumuss harga pH larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah tidak
tergantung pada konsentrasi ion-ion garam dalam larutan namun tergantung pada
harga ka dan kb dari asam basa pembentuknya
☺
Jika Ka = kb, maka larutan akan bersifat netral ( pH = 7 )
☺
Jika Ka > kb, maka larutan akan bersifat asam ( pH <>
☺
Jika Ka < style=”"> ( pH > 7 )
Contoh
soal :
*
Hitunglah pH larutan CH3CooNH4 0,1 M, Jika
diketahui. Ka = 10–10 dan kb NH3 = 10–5
Jawab
:
[
H+ ] = √ Ka x Kw
Kb
[
H+ ] = √ 10–10 x 10–14
10–8
[
H+ ] = √ 10–19
pH
= – Log ( 10–19 ) ½
=
½ ( – Log 10–19 )
pH
= 8,5
>
Hasil kali kelarutan (Ksp)
Rumuss :
Ksp
Am Bn = [ An+ ] m [ Bm– ] n
Contoh
:
Untuk
senyawa ion sukar larut Ag2 CrO4 dengan
kesetimbangan
Ag2 CrO4 → 2Ag+ +
CrO2–4
Jawab:
Ksp
Am Bn = [ An+ ] m [ Bm– ]n
Ksp
Ag2CrO4 = [ Ag+ ] 2 [
CrO2–4 ]
LARUTAN PENYANGGA
Larutan penyangga adalah satu zat yang menahan perubahan pH ketika sejumlah kecil asam atau basa ditambahkan kedalamnya.
1.
Larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan penyangga yang bersifat asam adalah sesuatu yang memiliki pH
kurang dari 7. Larutan penyangga yang bersifat asam biasanya terbuat dari asam
lemah dan garammya – acapkali garam natrium.
2.
Larutan penyangga yang bersifat basa
Larutan penyangga yang bersifat basa memiliki pH diatas 7. Larutan
penyangga yang bersifat basa biasanya terbuat dari basa lemah dan garamnya.
Seringkali yang digunakan sebagai contoh adalah campuran larutan amonia
dan larutan amonium klorida. Jika keduanya dalam keadaan perbandingan molar
yang sebanding, larutan akan memiliki pH 9.25. Sekali lagi, hal itu bukanlah
suatu masalah selama konsentrasi yang anda pilih keduanya sama.
3.
Larutan penyangga yang bersifat asam
Ion hidroksida dapat bergabung dengannya untuk membentuk air. Selama hal
itu terjadi, ujung kesetimbangan menggantikannya. Hal ini tetap terjadi sampai
sebagian besar ion hidrogen dihilangkan.
Sekali lagi, karena anda memiliki kesetimbangan yang terlibat, tidak semua
ion hidroksida dihilangkan – karena terlalu banyak. Air yang terbentuk
terionisasi kembali menjadi tingat yang sangat kecil untuk memberikan beberapa
ion hidrogen dan ion hidroksida.
4.
Larutan penyangga yang bersifat basa
Kita akan menganbil campuran larutan amonia dan amonium klorida sebagai
contoh yang khas. Amonia adalah basa lemah, dan posisi kesetimbangan akan
bergerak ke arah kiri. Penambahan amonium klorida pada kondisi ini menambahkan
kelebihan ion amonium dalam jumlah yang banyak. Berdasarkan Prinsip Le
Chatelier, hal itu akan menyebabkan ujung posisi kesetimbangan akan bergeser ke
arah kiri. Karena itu larutan akan mengandung beberapa hal yang penting:
a.
Banyak amonia yang tidak bereaksi
b.
Banyak ion amonia dari amonium klorida
c.
Cukup ion hidrogen untuk menghasilkan larutan yang
bersifat basa.
BAB VI
Hasil Kali Kelarutan Ksp
Pengertian
Kelarutan adalah Kemampuan garam-garam larut dalam air tidaklah sama, ada garam yang
mudah larut dalam air seperti natrium klorida dan ada pula garam yang sukar
larut dalam air seperti perak kloida (AgCl). Apabila natrium klorida dilarutkan
ke dalam air, mula-mula akan larut. Semakin banyak natrium klorida ditambahkan
ke dalam air, semakin banyak endapan yang diperoleh. Larutan yang demikian itu
disebut larutan jenuh artinya pelarut tidak dapat lagi melarutkan natrium
klorida. Perak klorida sukar larut dalam air, tetapi dari hasil percobaan
ternyata jika perak klorida dilarutkan dalam air diperoleh kelarutan
sebanyak mol dalam setiap liter larutan.
Pengertian
hasil Kali Kelarutan Ksp adalah Hasil kali kelarutan ialah hasil kali
konsentrasi ion-ion dari larutan jenuh garam yang sukar larut dalam air,
setelah masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien menurut
persamaan ionisasinya.
Hasil kali kelarutan adalah kondisi
suatu zat yang dapat larut dalam air hingga tercapai kondisi tepat jenuh. Hasil
kali kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai suatu konstanta yang disimbolkan Ksp.
Dari nilai kelarutan suatu zat dalam air, ada zat yang mudah larut, ada juga
zat yang sulit larut.
Ksp AmBn = [An+]m
[Bm-]n
Hubungan antara Ksp
dan s
Nilai Ksp dapat juga
dihitung berdasarkan hubungan antara Ksp dan kelarutan (s). Hubungan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Cara Memprediksi
Terjadinya Pengendapan
Untuk
memprediksikan terjadinya endapan dapat dilakukan dengan membandingkan harga Ksp
dan Qsp. Qsp adalah hasil kali ion-ion dengan rumus:
Jika Qsp > Ksp
maka akan terjadi endapan AmBn.
Jika Qsp < Ksp
maka akan terjadi larutan tepat jenuh AmBn.
Jika Qsp = Ksp
maka belum terjadi larutan jenuh maupun endapan.
A. Hasil Kali
Kelarutan Ksp
- Kelarutan (s) → jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu zat pelarut / larutan. (satuan M)
- Hasil kali kelarutan (Ksp) → hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan elektrolit jenuh atau sukar larut dipangkatkan koefisiennya.
Contoh penulisan untuk
Ksp:
- Al(OH)3 ↔ Al3+ + 3OH-
- Ksp = [Al3+] . [OH-]3
Mencari Kelarutan
1.
Kelarutan dalam air
Hasil kali kelarutan Ca(OH)2 = 4.10-6, berapa
kelarutan Ca(OH)2 dalam air?
- Ca(OH)2 ↔ Ca2+ + 2OH-
- s s 2s (gunakan permisalan)
- Ksp Ca(OH)2 = [Ca2+] . [OH-]2
- 4.10-6 = s . (2s)2
- 4.10-6 = 4s3
- s = 10-2 M
Kelarutan dalam larutan yang mengandung ion sejenis
Hasil kali kelarutan Ca(OH)2 = 4.10-6, berapa kelarutan
Ca(OH)2 dalam CaCl2 1 M?
(Zat terlarut)
- Ca(OH)2 ↔ Ca2+ + 2OH-
- s s 2s (gunakan permisalan)
(Zat pelarut)
- CaCl2 ↔ Ca2+ + 2Cl-
- 1 M 1 M 0,5 M
Membandingkan kelarutan
beberapa zat
- Semakin besar Ksp maka kelarutan makin tinggi sehingga semakin mudah larut
Menggunakan Ksp untuk
mengetahui endapan
- Ksp’ < Ksp belum mengendap
- Ksp’ = Ksp tepat jenuh
- Ksp’ > Ksp mengendap\
B. TETAPAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)
Perak kromat
Ag2CrO4 merupakan contoh garam yang sangat sukar larut dalam air. Jika kita
memasukan sedikit saja kristal garam itu ke dalam segelas air kemudian diaduk,
kita akan melihat bahwa sebagia besar dari garam itu tidak larut (mengendap
didasar gelas) larutan perak kromat mudah sekali jenuh. Apakah setelah mencapai
keadaan jenuh proses melarut berhenti? Ternyata tidak. Melali percobaan telah
diketahui bahwa dalam larutan jenuh tetap terjadi proses melarut, tetapi pada
saat yang sama terjadi pula proses pengkristalan dengan laju yang sama. Dengan
kata lain, dalam keadaan jenuh terdapat kesetimbagan antara zat padat tak larut
dengan larutanya.
Kesetimbangan dalam larutan jenuh
perak kromat adalah :
Ag2CrO4 (s) ⇄ 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
Tetapan
keseimbangan dari kesetimbangan antara garam atau basa yang sedikit larut
disebut tetapan hasilkali kelarutan (solubility product constant) yang
dinyatakan dengan lambang Ksp.
Pengaruh suhu
Apa yang terjadi jika gula
dilarutkan dalam air teh yang dingin dan panas? Gula dalam air panas akan cepat
melarut dibandingkan dalam air yang dingin. Dengan demikian, suhu akan
mempengaruhi proses melarutnya suatu zat. Jika suhu dinaikan maka kelarutan
suatu zat dalm suatu pelarut akan lebih cepat tercapai.
Reaksi Pengendapan
Suatu ion dapat dipisahkan
larutannya melalui reaksi pengendapan. Misalnya, ion Ca2+ yang terdapat di
dalam air sadah dapat dipisahkan dengan penambahan Na2CO3. pada penambahan
Na2CO3, ion Ca2+ akan bereaksi dengan ion CO32- membentuk CaCO3. CaCO3 adalah garam
yang sukar larut dalam air, sehingga mengendap dan dapat dipisahkan.
Ca2+(aq) + CO32-(aq) ⇄ CaCO3(s)
A. Kelarutan (Solubility)
Istilah kelarutan
(solubility) digunakan
untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu
pelarut. Kelarutan (khususnya untuk zat yang sukar larut) dinyatakan dalam
satuan mol.L–1. Jadi, kelarutan (s) sama dengan molaritas (M).
B.
Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang
sukar larut, terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut dan
ion-ion zat itu yang larut.
Karena zat padat tidak mempunyai molaritas, maka
tetapan kesetimbangan reaksi di atas hanya melibatkan ion-ionnya saja, dan
tetapan kesetimbangannya disebut tetapan
hasil kali kelarutan (Ksp)
(James E. Brady, 1990).
Contoh:
Tuliskan rumus tetapan hasil kali kelarutan untuk
senyawa Mg(OH)2!
Jawab:
Mg(OH)2 dalam larutan akan terurai menjadi
ion-ionnya,
C. Hubungan Kelarutan (s) dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan(Ksp)
Oleh karena s
dan Ksp sama-sama
dihitung pada larutan jenuh, maka antara s
dan Ksp ada hubungan
yang sangat erat. Jadi, nilai Ksp ada
keterkaitannya dengan nilai s.
Secara umum hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan
(Ksp) untuk larutan elektrolit
AxBy dapat dinyatakan sebagai berikut.
Contoh:
Pada suhu tertentu, kelarutan AgIO3 adalah
2 × 10–6 mol/L, tentukan harga tetapan hasil kali kelarutannya!
Jawab:
D. Pengaruh Ion Senama
terhadap Kelarutan
Dalam larutan jenuh Ag2CrO4
terdapat kesetimbangan antara Ag2CrO4 padat dengan ion Ag+
dan ion CrO42–.
2.
Penggunaan Konsep Ksp dalam Pemisahan Zat
Harga Ksp suatu elektrolit dapat
dipergunakan untuk memisahkan dua atau lebih larutan yang bercampur dengan cara
pengendapan. Proses pemisahan ini dengan menambahkan suatu larutan elektrolit
lain yang dapat berikatan dengan ion-ion dalam campuran larutan yang akan
dipisahkan. Karena setiap larutan mempunyai kelarutan yang berbeda-beda, maka
secara otomatis ada larutan yang mengendap lebih dulu dan ada yang mengendap
kemudian, sehingga masing-masing larutan dapat dipisahkan dalam bentuk
endapannya.
Misalnya pada larutan jenuh MA berlaku persamaan:
Ksp = [M+] [A–]
Jika larutan
itu belum jenuh (MA yang
terlarut masih sedikit), sudah tentu harga [M+][A–]
lebih kecil daripada harga Ksp.
Sebaliknya jika [M+][A–] lebih besar daripada
Ksp, hal ini berarti larutan itu lewat jenuh, sehingga MA akan mengendap.
·
Jika [M+]
[A-] < Ksp, maka larutan belum jenuh (tidak
terjadi endapan)
·
Jika [M+]
[A–] = Ksp, maka larutan tepat jenuh (tidak
terjadi endapan)
·
Jika [M+]
[A–] > Ksp, maka larutan lewat jenuh
(terjadi endapan)
BAB
VII
ELEKTROKIMIA
1.
ELEKTROKIMIA
Elektrokimia adalah salah satu dari cabang ilmu kimia yang mengkaji
tentang perubahan bentuk energi listrik menjadi energi kimia dan sebaliknya.
Proses elektrokimia melibatkan reaksi redoks. Proses transfer
elektron akan menghasilkan sejumlah energi listrik. Aplikasi elektrokimia dapat diterapkan dalam
dua jenis sel, yaitu sel volta
dan sel elektrolisis. Sebelum
membahas kedua jenis sel tersebut, kita terlebih dahulu akan mempelajari metode
penyetaraan reaksi redoks.
Elektrokimia adalah
reaksi redoks yang bersangkut paut dengan listrik.
Reaksi elektrokimia dibagi menjadi
2, yaitu:
·
Sel galvani/sel volta adalah reaksi redoks yang
menghasilkan listrik. Contohnya baterai.
·
Sel elektrolisis adalah listrik yang mengakibatkan
reaksi redoks. Contohnya adalah pemurnian logam dan pelapisan logam.
2.
REAKSI REDOKS
Reaksi Redoks adalah reaksi yang didalamnya
terjadi perpindahan elektron secara berurutan dari satu spesies kimia ke
spesies kimia lainnya, yang sesungguhnya terdiri atas dua reaksi yang berbeda,
yaitu oksidasi (kehilangan elektron) dan
reduksi (memperoleh elektron).
Reaksi ini merupakan pasangan, sebab elektron yang hilang pada reaksi oksidasi sama dengan elektron yang
diperoleh pada reaksi reduksi.
Masing-masing reaksi (oksidasi dan
reduksi) disebut reaksi paruh (setengah reaksi), sebab diperlukan dua setengah reaksi ini untuk membentuk sebuah reaksi dan reaksi
keseluruhannya disebut reaksi redoks.
Persamaan
reaksi redoks biasanya sangat kompleks, sehingga metode penyeteraan reaksi
kimia biasa tidak dapat diterapkan dengan baik. Dengan demikian, para kimiawan
mengembangkan dua metode untuk menyetarakan persamaan redoks. Salah satu metode
disebut metode perubahan bilangan
oksidasi (PBO), yang berdasarkan pada perubahan bilangan oksidasi yang
terjadi selama reaksi. Metode lain, disebut metode setengah reaksi (metode ion-elektron). Metode ini
melibatkan dua buah reaksi paruh,
yang kemudian digabungkan menjadi reaksi redoks keseluruhan.
3.
Sel Volta atau Sel Galvani
Luigi
Galvani (1780) dan Alexandro Volta (1800) menemukan adanya muatan listrik dalam
suatu reaksi kimia Reaksi kimia ini hanya terjadi pada reaksi redoks dan
rangkaian reaksi ini disebut Sel Volta.
Sel Volta
atau Galvani adalah Energi yang dihasilkan oleh reaksi kimia diubah menjadi
energy listrik.
Contoh :
batu batrei dan akki
Katode : reduksi kutub (+)
Anode : Oksidasi kutub (-)
4.
Sel Elektrolisis
Elektrolisis
adalah peristiwa penguraian zat elektrolit oleh arus listrik searah.Elektroda
positif (+) yang disebut juga anoda sedangkan elektroda negative (-) disebut
katoda.
a. Elektrolisis terhadap
lelehan/cairan/leburan
Sel elektrolisis tidak mengandung
pelarut (air)
Katode : reduksi kation
Anode : oksidasi anion
b. Elektrolisis terhadap larutan
elektrolit dalam air
- Elektroda inert ( tidak aktif )
Katode = Golongan IA dan IIA yang
dielektrolisis air
Anode = Mengandung O,yang
dioksidasi air
- Elektroda Aktip (
Cu,Ag,Fe,Ni,dll)
Katode = Golongan IA dan IIA yang
dielektrolisis air
Anode = Elektrode Aktif
tersebut.
Kegunaan
Sel Elektrolisis
Beberapa
kegunaan sel alektrolisis adalah :
a.
Penyepuhan adalah proses pelapisan suatu logam dengan
lgam lain.logam yang akan dilapisi digunakan sebagai katoda,sedangkan logam
pelapis disebut anoda.
b.
Pembuatan beberapa senyawa.
c.
Untuk menghitung konsentrasi suatu logam dalam
larutan.
5. PERSAMAAN
NERST
Persamaan
Nernst adalah persamaan yang melibatkan potensial sel dengan konsentrasi suatu
reaksi. Reaksi oksidasi reduksi banyak yang dapat dilangsungkan pada
kondisi tertentu untuk membangkitkan listrik. Dasarnya bahwa reaksi
oksidasi reduksi itu harus berlangsung spontan di dalam larutan air jika bahan
pengoksidasi dan pereduksi tidak sama. Dalam sel Galvani oksidasi diartikan
sebagai dilepaskannya elektron oleh atom, molekul atau ion dan reduksi berarti
diperolehnya elektron oleh partikel-partikel itu. Sebagai contoh reaksi
oksidasi sederhana dan berlangsung spontan adalah bila lembar tipis zink
dibenamkan dalam suatu larutan tembaga sulfat maka terjadi logam tembaga
menyepuh pada lembaran zink dan lembaran zink lambat laun melarut dan dibebaskan
energi panas. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Zn + CuSO4 → ZnSO4 + Cu
Reaksi yang sebenarnya adalah antara ion zink dengan tembaga yaitu :
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu
Tiap atom zink kehilangan dua elektron dan tiap ion tembaga memperoleh dua elektron untuk menjadi sebuah atom tembaga.
Oksidasi : Zn → Zn2+ + 2e-
Reduksi : Cu2+ + 2e- → Cu
Sel yang belum mencapai kesetimbangan kimia dapat melakukan kerja listrik ketika reaksi di dalamnya mengerakkan elektron-elektron melalui sirkuit luar. Kerja yang dapat dipenuhi oleh transfer elektron tertentu bergantung pada beda potensial antara kedua elektron. Perbedaan potensial ini disebut potensial sel dan diukur dalam volt (V). Jika potensial sel besar maka sejumlah elektron tertentu yang berjalan antara kedua elekroda dapat melakukan kerja listrik yang besar. Sebaliknya, jika potensial sel kecil maka elektron dalam jumlah yang sama hanya dapat melakukan sedikit kerja. Sel yang reaksinya ada dalam kesetimbangan tidak dapat melakukan kerja dan sel demikian memiliki potensial sel sebesar nol. Pada sel konsentrasi digunakan dua elektrode yang sama namun konsentrasi larutannya yang berbeda. Elektrode dalam larutan pekat merupakan katode (tempat terjadinya reaksi reduksi) sedangkan elektrode dalam larutan encer merupakan anode (tempat terjadinya reaksi oksidasi).
Zn + CuSO4 → ZnSO4 + Cu
Reaksi yang sebenarnya adalah antara ion zink dengan tembaga yaitu :
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu
Tiap atom zink kehilangan dua elektron dan tiap ion tembaga memperoleh dua elektron untuk menjadi sebuah atom tembaga.
Oksidasi : Zn → Zn2+ + 2e-
Reduksi : Cu2+ + 2e- → Cu
Sel yang belum mencapai kesetimbangan kimia dapat melakukan kerja listrik ketika reaksi di dalamnya mengerakkan elektron-elektron melalui sirkuit luar. Kerja yang dapat dipenuhi oleh transfer elektron tertentu bergantung pada beda potensial antara kedua elektron. Perbedaan potensial ini disebut potensial sel dan diukur dalam volt (V). Jika potensial sel besar maka sejumlah elektron tertentu yang berjalan antara kedua elekroda dapat melakukan kerja listrik yang besar. Sebaliknya, jika potensial sel kecil maka elektron dalam jumlah yang sama hanya dapat melakukan sedikit kerja. Sel yang reaksinya ada dalam kesetimbangan tidak dapat melakukan kerja dan sel demikian memiliki potensial sel sebesar nol. Pada sel konsentrasi digunakan dua elektrode yang sama namun konsentrasi larutannya yang berbeda. Elektrode dalam larutan pekat merupakan katode (tempat terjadinya reaksi reduksi) sedangkan elektrode dalam larutan encer merupakan anode (tempat terjadinya reaksi oksidasi).
Pada persamaan Nernst, K bukanlah suatu tetapan kesetimbangan karena
larutan-larutan yang diperikan adalah pada konsentrasi-konsentrasi awal dan
bukan konsentrasi kesetimbangan. Bila suatu sel volta telah mati atau terdiscas
habis, barulah sistem itu berada dalam kesetimbangan. Pada kondisi ini Esel = 0
dan faktor K dalam persamaan Nernst setara dengan tetapan kesetimbangan
Potensial sel non standar dapat dihitung dengan persamaan Nernst sebagai berikut
Eo adalah potensial elektroda normal (potensial
elektroda semua zat dalam reaksi sel dalam keadaan standar), n jumlah elektron
yang terlibat dalam reaksi, sedangkan oks dan red masing-masing menyatakan
konsentrasi partikel hasil oksidasi dan konsentrasi partikel hasil reduksi.
Sel Konsentrasi
Pada sel
konsentrasi digunakan dua elektrode yang sama namun konsentrasi larutannya yang
berbeda. Elektrode dalam larutan pekat merupakan katode (tempat terjadinya
reaksi reduksi) sedangkan elektrode dalam larutan encer merupakan anode (tempat
terjadinya reaksi oksidasi).
Walther Hermann Nernst adalah kimiawan Jerman yang menerapkan asas-asas
termodinamika ke sel listrik. Dia menciptakan sebuah persamaan yang dikenal
sebagai persamaan Nernst, yang menghubungkan voltase sel ke propertinya. Lepas
dari Joseph Thomson, ia menjelaskan mengapa senyawa terionisasi dengan mudah
dalam air. Penjelasan ini disebut aturan Nernst-Thomson yang menyatakan bahwa
sulit halnya bagi ion yang ditangkap untuk menarik satu sama lain melalui
insulasi molekul air, sehingga terdisosiasi.
6. ELEKTROLISIS
Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk
menghasilkan reaksi redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam
masyarakat kita. Baterai aki yang dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh
aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari (lihat Elektrokimia I : Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta).
Baterai aki yang sedang diisi kembali (recharge)
mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan kimia yang
diinginkan. Air, H2O, dapat diuraikan dengan menggunakan listrik
dalam sel elektrolisis. Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur
pembentuknya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : 2 H2O(l)
——> 2 H2(g) + O2(g)
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti dengan sumber arus (umumnya baterai). Larutan
atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu wadah.
Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan elektrolit
yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan elektroda
inert, seperti Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Elektroda berperan sebagai
tempat berlangsungnya reaksi.
Ada dua tipe
elektrolisis, yaitu elektrolisis
lelehan (leburan) dan elektrolisis
larutan. Pada proses elektrolisis
lelehan, kation pasti tereduksi
di katoda dan anion pasti teroksidasi di anoda. Sebagai contoh, berikut
ini adalah reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl (yang dikenal dengan istilah sel Downs) :
7. HUKUM
FARADAY
Prinsip Perhitungan Elektrolisis
2.
Hukum Faraday II
“Massa zat yang dibebaskan pada
elektrolisis (G) berbanding
lurus dengan massa ekivalen zat itu ( ME
)
G = ME
Penggabungan
hukum Faraday I dan II
G = k . i .
t . ME
Jika k =
, maka G = .ME
8. KOROSI
Korosi
merupakan reaksi kimia antara logam dengan zat lain yang bias menghasilkan
senyawa-senyawa yang tidak diinginkan.Karat merupakan hasil dari proses dari
korosi yaitu teroksidasinya suatu logam,bsi yang terkorosi membentuk karat
dengan umus : Fe2O3XH2O.
Proses
perkaratan termasuk proses elektrokimia dimana logam besi ( Fe ) yang
troksidasi bertindak sebagai anoda dan oksigen yang terlarut dalam air pada
permukaan besi bertindak sebagai anoda.
Pembentukan
karat :
Anoda : Fe
Fe2+
+ 2e
Katoda : O2
+ 2 H2O +
4e
4 OH –
Fe2+
akan teroksidasi lagi membentuk Fe3+ atau Fe3O3.
Sedangkan
ion OH- akan bergabung dengan elektrolit yang ada didalam atau
dengan ion H+ dari terlarutnya oksidasi asam (SO2,NO2)
dari hasil perubahan dengan air hujan.Karat bersifat katalis untuk proses
perkaratan berikutnya yang disebut Autokatalis.
Pencegahan
proses perkaratan :
1.
Pelepisan dengan cat atau logam lain yang sukar
teroksidasi
2.
Proses katoda ( proteksi katodik )
BAB
VIII
KIMIA UNSUR
Unsur kimia, atau hanya disebut unsur, adalah zat kimia yang tidak
dapat dibagi lagi menjadi zat yang lebih kecil, atau tidak dapat diubah menjadi
zat kimia lain dengan
menggunakan metode kimia biasa. Partikel terkecil dari unsur adalah atom. Sebuah atom terdiri atas inti atom (nukleus)
dan dikelilingi oleh elektron. Inti atom
terdiri atas sejumlah proton dan neutron. Hingga
saat ini diketahui terdapat kurang lebih 117 unsur di dunia.
Hal yang membedakan unsur satu
dengan lainnya adalah "jumlah proton" dan jumlah elektron suatu unsur
atau ikatan dalam inti atom tersebut. Misalnya, seluruh atom karbon memiliki proton sebanyak 6 buah,
sedangkan atom oksigen memiliki
proton sebanyak 8 buah. Jumlah proton pada sebuah atom dikenal dengan istilah nomor atom
(dilambangkan dengan Z).
1. HIDROGEN
2. OKSIGEN
3. NITROGEN
4. FOSFOR
5. HALOGEN
Semua unsur
halogen ditemukan di alam dalam bentuk senyawanya. Hal ini disebabkan karena
unsur-unsur halogen bersifat sangat reaktif akibat dari keelektronegatifannya
yang besar, bahkan paling besar di antara semua golongan unsur yang ada. Garam
dari air laut adalah sumber utama unsur-unsur halogen.

Asam dari unsur halogen ada dua macam, yaitu asam
halida (HX) dan asam oksihalogen (HXO). Untuk membuat asam halida
dilakukan dengan
tiga cara, yaitu:
tiga cara, yaitu:
6. GAS
MULIA
Gas mulia adalah sebutan untuk
unsur-unsur golongan VIIIA. Unsur-unsur gas mulia adalah helium (He), neon
(Ne), argon (Ar), kripton (Kr), xenon (Xe), dan radon (Rn). Gas mulia diperoleh
dari udara bebas, kecuali radon diperoleh dari rongga batuan uranium. Helium
selain diperoleh dari udara bebas juga dapat diperoleh dari pemisahan gas alam.
Gas mulia merupakan golongan unsur
yang paling stabil. Hal ini ditunjukan oleh keberadaannya di alam adalah dalam
bentuk unsur bebasnya. Kestabilannya disebabkan oleh energi ionisasinya yang
sangat tinggi dan elektron valensinya yang duplet untuk helium dan oktet untuk
unsur gas mulia lainnya. Dalam tabel periodik, gas mulia berada di kolom paling
kanan. Ini artinya energi ionisasi gas mulia paling tinggi dibandingkan energi
ionisasi golongan unsur lainnya. Sementara itu, di alam unsur-unsur selain gas
mulia umumnya berada dalam bentuk senyawa. Keadaan seperti ini menunjukan
ketidakstabilannya yang disebabkan oleh energi ionisasinya yang relatif rendah
dan elektron valensinya yang tidak duplet (untuk hidrogen) atau tidak oktet
(untuk unsur-unsur selain hidrogen). Tidak ada senyawa alaminya dari unsur gas
mulia, tetapi senyawa buatannya telah berhasil dibuat. XePtF6
menjadi senyawa pertama dari unsur gas mulia yang telah berhasil dibuat oleh N.
Bartlett. Berikutnya senyawa gas mulia yang telah berhasil dibuat adalah
senyawa dari unsur kripton (KrF4 dan KrF2) dan unsur
radon (RnF2). Energi ionisasi He, Ne, dan Ar lebih tinggi
dibandingkan energi ionisasi Kr, Xe, dan Rn, sehingga He, Ne, dan Ar relatif
lebih stabil dibandingkan Kr, Xe, dan Rn. Oleh karena itu, senyawa dari He, Ne,
dan Ar sampai saat ini belum dapat dibuat, sedangkan senyawa dari Kr, Xe, dan
Rn telah berhasil dibuat seperti tersebut di atas. Gas mulia larut dalam air
membentuk klatrat. Klatrat adalah keadaan terjebaknya atom-atom gas mulia dalam
struktur heksagonal molekul-molekul air. Makin ke bawah dalam golongannya,
unsur gas mulia makin larut dalam air. Hal ini disebabkan makin ke bawah,
ukuran atom gas mulia makin besar sehingga makin mudah membentuk klatrat (makin
mudah larut dalam air).
7. GOLONGAN
ALKAL DAN ALKALI TANAH
ALKALI (IA)
dan ALKALI TANAH (II)
Alkali dan
alkali tanah bersumber dari air laut, batuan, dan peluruhan unsur radioaktif.
Litium diperoleh dari batuan spodumen (LiAl(SiO3)2,
natrium dari air laut berupa garam dapur (NaCl) dan dari sendawa chili (NaNO3),
Kalium dari batuan karnalit (KCl.MgCl2), sesium dari pollusit
(CsAl(SiO3)2) dan fransium dari luruhan Ac-277 dengan
emisi sinar alfa. Berilium diperoleh dari beril (Be3Al2Si8O18),
magensium dari magnesit (MgCO3) dan dolomit/cangkang telur (MgCO3.CaCO3),
kalsium dari batu kapur (CaCO3) dan gips (CaSO42H2O),
stronsium dari stronsianit (SrCO3), barium dari barit (BaSO4)
dan witerit (BaCO3), dan radium dari luruhan Th-230 dengan memancar
sinar alfa.
Di alam, unsur-unsur alkali dan
alkali tanah berada dalam bentuk senyawanya. Hal ini di sebabkan karena alkali
dan alkali tanah besifat sangat reaktif, mudah teroksidasi sehingga keadaannya
akan selalu bersenyawa dengan atom-atom unsur lain. Kereaktifan dan kemudahan
teroksidasi unsur-unsur alkali dan alkali tanah disebabkan oleh energi ionisasi
dan potensial reduksi standarnya (E0) yang kecil. Baik alkali maupun
alkali tanah bereaksi dengan air dingin, kecuali Be tidak bereaksi dengan air
dan Mg bereaksi dengan air panas. Hasil reaksi antara air dengan alkali/alkali
tanah adalah senyawa basa dan gas hidrogren. Berikut adalah persamaan
reaksinya:
Reaksi alkali dan alkali tanah
dengan O2 akan membentuk tiga jenis senyawa, yaitu senyawa oksida
(biloks O=-2), peroksida (biloks O=-1), dan superoksida (biloks O=-1/2).
Reaksi dengan H2
membentuk senyawa hidrida. Reaksi dengan unsur halogen
membentuk garam halida. Reaksi dengan asam membentuk garam
halida dan gas hidrogen. Semua alkali tanah bereaksi dengan gas
nitrogen membentuk garam nitrida. Dari unsur alkali, hanya Li yang
dapat bereaksi dengan N2 membentuk garam nitrida/LiN3.
Berikut adalah kegunaan garam dan
logam alkali dan alkali tanah, NaCl: bumbu masakan/pengawet. NaOH:
bahan baku pembuatan sabun/detergen. Senyawa alkali tanah: campuran
kembang api. Magnalium (Mg, Al, dan Ca) dan Duralumin (
Mg,Al, Cu, dan Mn): konstruksi pesawat terbang/mobil. CaSO42H2O
(Gips): pembalut tulang patah dan kapur tulis. MgSO47H2O
(garam inggris): obat cuci perut.
8. ALUMUNIUM
9. UNSUR
TRANSISI
Pada sistem periodik unsur, yang
termasuk dalam golongan transisi adalah unsur-unsur golongan B, dimulai dari IB
– VIIB dan VIII. Sesuai dengan pengisian elektron pada subkulitnya, unsur ini
termasuk unsur blok d, yaitu unsur-unsur dengan elektron valensi yang terletak
pada subkulit d dalam konfigurasi elektronnya. Pada bagian ini unsur-unsur
transisi yang akan dibahas adalah unsur transisi pada periode 4, yang terdiri
dari skandium (Sc), titanium (Ti), vanadium (V), krom (Cr), mangan (Mn), besi
(Fe), kobalt (Co), nikel (Ni), tembaga (Cu), dan seng (Zn).
a. Sifat Logam Transisi
Semua unsur transisi adalah logam,
yang bersifat lunak, mengkilap, dan penghantar listrik dan panas yang baik.
Perak merupakan unsur transisi yang mempunyai konduktivitas listrik paling tinggi
pada suhu kamar dan tembaga di tempat kedua. Dibandingkan dengan golongan IA
dan IIA, unsur logam transisi lebih keras, punya titik leleh, titik didih, dan
kerapatan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena unsur transisi berbagi
elektron pada kulit d dan s, sehingga ikatannya semakin kuat.
b. Bilangan Oksidasi
Tidak seperti golongan IA dan IIA
yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +1 dan +2, unsur-unsur logam transisi
mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Seperti vanadium yang punya bilangan
oksidasi +2, +3, dan +4.
c. Sifat
Kemagnetan
Setiap atom dan molekul mempunyai
sifat magnetik, yaitu paramagnetik, di mana atom, molekul, atau ion sedikit
dapat ditarik oleh medan magnet karena ada elektron yang tidak berpasangan pada
orbitalnya dan diamagnetik, di mana atom, molekul, atau ion dapat ditolak oleh
medan magnet karena seluruh elektron pada orbitnya berpasangan. Sedangkan pada
umumnya unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik karena mempunyai elektron
yang tidak berpasangan pada orbital-orbital d-nya. Sifat paramagnetik ini akan
semakin kuat jika jumlah elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya
semakin banyak. Logam Sc, Ti, V, Cr, dan Mn bersifat paramagnetik, sedangkan Cu
dan Zn bersifat diamagnetik. Untuk Fe, Co, dan Ni bersifat feromagnetik, yaitu
kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya saja dalam keadaan padat.
d. Ion Berwarna
Tingkat energi elektron pada
unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan timbulnya warna pada ion-ion
logam transisi. Hal ini terjadi karena elektron dapat bergerak ke tingkat yang
lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar tampak. Pada golongan transisi, subkulit
3d yang belum terisi penuh menyebabkan elektron pada subkulit itu menyerap
energi cahaya, sehingga elektronnya tereksitasi dan memancarkan energi cahaya
dengan warna yang sesuai dengan warna cahaya yang dapat dipantulkan pada saat
kembali ke keadaan dasar. Misalnya Ti2+ berwarna ungu, Ti4+ tidak berwarna,
Co2+ berwarna merah muda, Co3+ berwarna biru, dan lain sebagainya.
e. Beberapa
kegunaan unsur-unsur transisi
1)
Skandium, digunakan pada lampu intensitas tinggi.
2)
Titanium, digunakan pada industri pesawat terbang dan
industri kimia (pemutih kertas, kaca, keramik, dan kosmetik).
3)
Vanadium, digunakan sebagai katalis pada pembuatan
asam sulfat.
4)
Kromium, digunakan sebagai plating logam-logam
lainnya.
5)
Mangan, digunakan pada produksi baja dan umumnya alloy
manganbesi.
6)
Besi, digunakan pada perangkat elektronik.
7)
Kobalt, digunakan untuk membuat aliansi logam.
8)
Nikel, digunakan untuk melapisi logam supaya tahan
karat, membuat monel.
9)
Tembaga, digunakan pada alat-alat elektronik dan
perhiasan.
10) Seng,
digunakan sebagai bahan cat putih, antioksidan pada pembuatan ban mobil, dan
bahan
Logam transisi
adalah kelompok unsur kimia
yang berada pada golongan 3 sampai 12 (IB sampai VIIIB pada sistem lama).
Kelompok ini terdiri dari 38 unsur. Semua logam transisi
adalah unsur blok-d yang berarti bahwa elektronnya
terisi sampai orbit 3d.untuk melapisi tabung gambar televisi. Unsur transisi
adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit
pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.
BAB
IX
KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA
Kimia inti adalah
kajian mengenai perubahan-perubahan dalam inti atom. Perubahan ini disebut
reaksi inti. Peluruhan radioaktif dan transmutasi inti merupakan reaksi inti. Radiokimia mempelajari penggunaan
teknik-teknik kimia dalam mengkaji zat radioaktif dan pengaruh kimiawi dari
radiasi zat radioaktif tersebut. Radioaktivitas adalah fenomena
pemancaran partikel dan atau radiasi elektromagnetik oleh inti yang tidak
stabil secara spontan .
Semua unsur yang memiliki nomor atom
lebih besar dari 83 adalah radioaktif. Peluruhan radioaktif terjadi melalui
pemancaran partikel dasar secara spontan.
Perbandingan antara reaksi kimia dan
reaksi inti
No
|
Reaksi
kimia
|
Reaksi
Inti
|
1
|
Atom
diubah susunannya melalui pemutusan dan pembentukan ikatan
|
Unsur
(atau isotop dari unsur yang sama) dikonversi dari unsur yang satu ke lainnya
|
2
|
Hanya
elektron dalam orbital atom atau molekul yang terlibat dalam pemutusan dan
pembentukan ikatan
|
Proton,
neutron, elektron dan partikel dasar lain dapat saja terlibat
|
3
|
Reaksi
diiringi dengan penyerapan atau pelepasan energi yang relatif kecil
|
Reaksi
diiringi dengan penyerapan atau pelepasan energi yang sangat besar
|
4
|
Laju
reaksi dipengaruhi oleh suhu, tekanan, katalis dan konsentrasi
|
Laju
reaksi biasanya tidak dipengaruhi oleh suhu, tekanan dan katalis
|
1.
KESTABILAN INTI
Kestabilan
inti tidak dapat diramalkan dengan suatu aturan. Namun, ada beberapa petunjuk
empiris yang dapat digunakan untuk mengenal inti yang stabil dan yang bersifat
radioaktif/tidak stabil, yaitu:
a.
Semua inti yang mempunyai proton 84 atau lebih tidak
stabil
- Aturan ganjil genap, yaitu inti yang mempunyai jumlah proton genap dan jumlah neutron genap lebih stabil daripada inti yang mempunyai jumlah proton dan neutron ganjil
- Bilangan sakti (magic numbers)
Nuklida yang memiliki neutron dan
proton sebanyak bilangan sakti umumnya lebih stabil terhadap reaksi inti dan
peluruhan radioaktif.Bilangan tersebut adalah:
Untuk neutron : 2, 8, 20, 28, 50, 82 dan 126
Untuk proton : 2, 8, 20, 28, 50 dan 82.
Pengaruh bilangan ini untuk
stabilitas inti sama dengan banyaknya elektron untuk gas mulia yang sangat
stabil. Kestabilan inti dapat dikaitkan dengan perbandingan neutron-proton.
2.
PITA KESTABILAN
Grafik antara banyaknya neutron
versus banyaknya proton dalam berbagai isotop yang disebut pita kestabilan
menunjukkan inti-inti yang stabil. Inti-inti yang tidak stabil cenderung untuk
menyesuaikan perbandingan neutron terhadap proton, agar sama dengan
perbandingan pada pita kestabilan. Kebanyakan unsur radioaktif terletak di luar
pita ini.

Di atas pita kestabilan, Z <>
Untuk mencapai kestabilan :
inti memancarkan (emisi) neutron atau memancarkan
partikel beta
Di atas pita kestabilan dengan Z > 83, terjadi
kelebihan neutron dan proton
Untuk mencapai kestabilan :
Inti memancarkan partikel alfa
Di bawah pita kestabilan, Z <>
Untuk mencapai kestabilan :
Inti memancarkan positron atau menangkap elektron
3.
RADIOAKTIVITAS ALAMI
Disintegrasi inti radioaktif sering
merupakan awal dari deret peluruhan radioaktif, yaitu rangkaian reaksi inti
yang akhirnya menghasilkan pembentukan isotop stabil. Misalnya adalah deret
peluruhan uranium-238 hingga menghasilkan timbal-206 yang stabil.
Jenis-jenis peluruhan radioaktif
meliputi; peluruhan(pemancaran) alfa, peluruhan negatron, peluruhan positron,
penangkapan elektron, peluruhan gamma, pemancaran neutron, pemancaran neutron
terlambat dan pembelahan spontan. Pembelahan spontan hanya terjadi pada
nuklida-nuklida yang sangat besar dan membelah secara spontan menjadi dua
nuklida yang massanya berbeda, misal Cf-254 membelah spontan menjadi Mo-108 dan
Ba-142 dengan memancarkan 4 neutron.
Kinetika
Peluruhan Radioaktif
Semua
peluruhan radioaktif mengikuti kinetika orde pertama, sehingga laju peluruhan
radioaktif pada setiap waktu t
adalah:
Laju
peluruhan pada waktu t = λN
λ =
konstanta laju orde pertama
N
= banyaknya inti radioaktif pada
waktu t
ln
Nt/N0 = - λt
dengan
waktu paruh : t1/2 = 0,693/λ
4.
TRANSMUTASI INTI
Pada tahun 1919, Rutherford berhasil
menembak gas nitrogen dengan partikel alfa dan menghasilkan hidrogen dan
oksigen. Reaksi ini merupakan transmutasi buatan pertama, yaitu perubahan satu
unsur menjadi unsur lain. Coba tuliskan reaksinya!
Pada
tahun 1934, Irene Joliot-Curie, berhasil membuat atom fosfor yang bersifat
radioaktif dengan menembakkan aluminium dengan sinar alfa yang berasal dari
polonium.
Beberapa contoh reaksi inti:
1)
Penembakan atom litium-7 dengan proton menghasilkan 2 atom helium-4
2)
Penembakan nitrogen-14 dengan neutron menghasilkan karbon-14 dan hidrogen
3) Penembakan
aluminium-27 dengan proton menghasilkan magnesium-24 dan helium-4
a. Keaktifan
(A)
Keaktifan
suatu cuplikan radioaktif dinyatakan sebagai jumlah disintegrasi(peluruhan) per
satuan waktu. Keaktifan tidak lain adalah laju peluruhan dan berbanding lurus
dengan jumlah atom yang ada.
A = λ
N
Satuan
keaktifan adalah Curie (Ci) yang didefinisikan sebagai keaktifan dari 3,7 x 1010
disintegrasi per detik.
Satuan SI untuk keaktifan adalah becquerel dengan lambang Bq
1 Ci = 3,7 x 1010 Bq
Keaktifan
jenis adalah jumlah disintegrasi per satuan waktu per gram bahan radioaktif.
a.
Dosis Radiasi
Untuk
menyatakan jumlah atau dosis radiasi yang diserap oleh zat-zat ditetapkan
satuan untuk dosis. Di Amerika, satuan dosis yang umum adalah rad dengan lambang rd. Satu rad setara dengan penyerapan 10-5 J per gram
jaringan.
Satuan SI
untuk dosis adalah gray dengan
lambang Gy. Satu gray setara dengan
energi sebanyak 1 joule yang diserap oleh setiap kg zat. Radiasi neutron lebih berbahaya dari radiasi
beta dengan energi dan intensitas yang sama. Untuk membedakan pengaruh radiasi
digunakan satuan rem (radiation equivalen of man). Satu rad sinar alfa lebih merusak daripada
satu rad sinar beta. Oleh karena itu rad biasanya dikalikan dengan faktor yang
mengukur kerusakan biologi relatif yang disebabkan oleh radiasi. Faktor ini
disebut RBE (Relative Biologycal
Effetiveness of Radiation). Hasil kali rad dan RBE menghasilkan dosis
efektif yang disebut rem (Rontgen Equivalent for Man). Satu rem
suatu macam radiasi akan menghasilkan pengaruh biologi yang sama.
5.
FISI INTI
Fisi inti (nuclear fission) /reaksi fisi adalah proses di mana suatu inti
berat (nomor massa >200) membelah diri membentuk inti-inti yang lebih kecil
dengan massa menengah dan satu atau lebih neutron. Karena inti berat kurang
stabil dibandingkan produknya, proses ini melepaskan banyak energi.
Reaksi fisi uranium-235
Sebagai contoh adalah energi yang
dihasilkan pada pembelahan 235 gram uranium-235 adalah ekivalen dengan energi
yang dihasilkan pada pembakaran 500 ton batubara. Selain besarnya jumlah energi
yang besar, ciri penting dari fisi uranium-235 adalah adanya kenyataan bahwa
lebih banyak neutron yang dihasilkan dibandingkan dengan yang semula ditangkap
dalam prosesnya. Sifat ini memungkinkan berlangsungnya reaksi rantai inti,
yaitu serangkaian reaksi fisi yang dapat berlangsung sendiri tanpa bantuan.
Neutron yang dihasilkan selama tahap awal dari fisi dapat mengakibatkan
terjadinya fisi dalam inti uranium-235 lain, yang selanjutnya menghasilkan
neutron lebih banyak dan seterusnya. Dalam waktu kurang dari satu detik, reaksi
dapat menjadi tak terkendali, membebaskan banyak sekali kalor ke lingkungan.
Agar reaksi rantai terjadi, harus ada cukup uranium-235 dalam sampel untuk
menangkap neutron, sehingga dikenal istilah
massa kritis, yaitu massa
minimum material terfisikan yang diperlukan untuk membangkitkan reaksi rantai
inti yang dapat berlangsung sendiri.
BAB X
SENYAWA
KARBON
Dalam kimia, ester adalah suatu senyawa organik yang
terbentuk melalui penggantian satu (atau lebih) atom hidrogen pada gugus hidroksil dengan
suatu gugus organik (biasa dilambangkan dengan R'). Asam oksigen adalah suatu asam yang molekulnya memiliki
gugus -OH yang
hidrogennya (H) dapat menjadi ion H+.
Senyawa-senyawa ester
Banyak ester memiliki bau seperti bau buah-buahan,
sehingga banyak senyawanya dijadikan perasa dan aroma buatan.
Nama ester
|
Struktur
|
Bau atau terdapat di
|
fruity
|
||
Metil butirat (metil butanoat)
|
||
Methyl pentanoat (metil valerat)
|
||
Amil asetat (pentil asetat)
|
||
Pentil butirat (amil butirat)
|
||
Pentil heksanoat (amil kaproat)
|
||
Pentil pentanoat (amil valerat)
|
||
[[]]
|
Tata Nama Senyawa Karbon
Untuk
memberikan nama senyawa karbon, ada tiga bagian yang harus dipahami:
- nomor cabang
- nama cabang
- nama rantai induk
Contoh:
3-etil-2-metil pentana bila diuraikan bisa ditentukan:
3-etil-2-metil pentana bila diuraikan bisa ditentukan:
- rantai induknya pentana
- ada dua jenis cabang yaitu etil dan metil, etil harus duluan ditulis mendahului metil (urut abjad)
- etil pada rantai induk terikat pada C nomor 3, sedangkan metil terikat pada C nomor dua
4.
Penalaran Senyawa Karbon
5.
Penalaran Senyawa Karbon –Berikut adalah
artikel tentang bagaimana siswa agar dapat mengetahui dalam hal Penalaran
Senyawa Karbon secara cermat. Rangkuman hidrokarbon sangat penting dibahas pada
awal pembelajaran senyawa karbon kelas XII, karena hidrokarbon adalah golongan
senyawa paling sederhana, terdiri atas unsur-unsur C dan H saja.
6.
Sedang senyawa-senyawa karbon berikutnya, selain C dan
H, juga mengandung unsur-unsur lain, misalnya unsur oksigen, O. Senyawa
golongan alkana yang memiliki rantai utama C, tatanama dan peristiwa isomerinya
itu merupakan konsep-konsep dasar yang sangat diperlukan. Uraian ini
menunjukkan bahwa hidrokarbon merupakan dasar penalaran senyawa karbon.
7.
Ketika siswa Penalaran Senyawa Karbon gugus fungsi,
maka diperlukan perbandingan antara gugus yang berfungsi dan tak berfungsi.
Saat siswa memahami bahwa gugus fungsi itu adalah gugus yang aktif, maka mereka
akan membandingkannya dengan gugus yang tak aktif. Karena gugus tak aktif
adalah rantai alkil, -R, maka tampak bahwa hidrokarbon amat penting sebagai
dasar untuk melanjutkan konsep senyawa karbon berikutnya.
8.
Tatanama dari Penalaran Senyawa Karbon yang dapat dibahas
di kelas X selama siswa belajar hidrokarbon, merupakan dasar tatanama yang
berarti. Di kelas XII dengan adanya gugus fungsi yang bervariasi, pengembangan
tatanama tidak terlalu banyak. Namun apabila tatanama hidrokarbon lupa, masalah
yang muncul dapat membuat tidak tuntasnya pembelajaran.
9.
Apalagi Penalaran Senyawa Karbon masalah yang
menyangkut isomeri. Siswa umumnya lupa pada cara mencari isomer dengan urut dan
lengkap. Sedangkan isomer struktur dapat lengkap diberikan di kelas X dan juga
isomer geometri. Isomer optis umumnya baru ditambahkan saat siswa belajar
senyawa golongan alkanol di kelas XII. Isomer yang mudah diingat siswa adalah
isomer rantai, itupun memerlukan waktu cukup lama ketika mengulang di kelas
XII. Semoga pertimbangan ini dapat dipahami dan bersama kita berbuat yang
terbaik untuk anak bangsa.
10. Demikian
artikel tentang motivasi Penalaran Senyawa Karbon semoga bermanfaat bagi Anda.
Penelusuran yang terkait degan Penalaran Senyawa Karbon, senyawa karbon,
senyawa karbon dan gugus fungsi, senyawa karbon kelas xii, senyawa karbon
adalah, senyawa karbon organik, senyawa karbon turunan alkana
Penamaan
senyawa aromatis tidak secara langsung seperti pada rantai karbon. Seringkali
lebih dari satunama dapat diterima dan tidak langka jika nama lama masih
digunakan. Setiap sudut dari segienam memiliki atom karbon yang terikat dengan
hidrogen.
Klorobenzen
Ini merupakan
contoh sederhana dimana sebuah halogen terikat pada cincin benzen. Penamaan
sudah sangat jelas.

Penyederhanaannya
menjadi C6H5Cl. Sehingga anda dapat (walau mungkin
tidak!) menamainya fenilklorida. Setiap kalo anda menggambar cincin benzen
dengan sesuatu terikat padanya sebenarnya anda menggambar fenil. Untuk mengikat
sesuatu anda harus membuang sebuah hidrogen sehingga menghasilkan fenil.
Nitrobenzen
Golongan nitro, NO2,
terikat pada rantai benzen.

Formula sederhananya C6H5NO2.
Metilbenzen
Satu lagi
nama yang jelas. Benzen dengan metil terikat padanya. Golongan alkil yang lain
juga mengikuti cara penamaan yang sama.Contoh, etilbenzen. Nama lama dari
metilbenzen adalah toluen, anda mungkin masih akan menemui itu.

Formula sederhananya C6H5CH3.
(Klorometil)benzen
Variasi dari
metilbensen dimana satu atom hidrogen digantikan dengan atom klorida.
Perhatikan tanda dalam kurung,(klorometil)
. Ini agar anda dapat mengerti bahwa klorin adalah bagian dari metil dan bukan
berikatan dengan cincin.

Jika lebih
dari satu hidrogen digantikan dengan klorin, penamaan akan menjadi
(diklorometil)benzene atau (triklorometil) benzen. Sekali lagi perhatikan
pentingnya tanda kurung.
Asam benzoik (benzenecarboxylic acid)
Asam benzoik
merupakan nama lama, namun masih umum digunakan -lebih mudah diucapkan dan
ditulis. Apapun sebutannya terdapat asam karboksilik, -COOH, terikat pada
cincin benzen.

Fenileten
Molekul eten
dengan fenil berikatan padanya. Eten adalah rantai dengan dua karbon
dengan ikatan rangap. Karena itu fenileten berupa:

Nama lamanya Stiren -monomer
dari polystyren.
Feniletanon
Mengandung
rantai dengan dua karbon tanpa ikatan rangkap. Merupakan golongan
adalah keton sehingga ada C=O pada bagian tengah. Terikat pada rantai karbon
adalah fenil.

Feniletanoat
Ester dengan dasar asam etanoik.
Atom hidrogen pada -COOH digantikan dengan golongan fenil.

Lipid atau lipida yang biasa dikenal
dengan minyak atau lemak adalah salah satu golongan senyawa hidrokarbon
alifatik non polar dan hidrofob. Kata lipid sering disamakan dengan lemak,
tetapi sebenarnya lemak adalah bagian dari lipid yaitu merupakan golongan
trigliserida. Rumus umumnya adalah:
CH2-O-CO-R1
CH2-O-CO-R2
CH2-O-CO-R3
Dimana CH2 – O – CO
adalah gugus gliserol dan R1, R2, dan R3 adalah gugus asam lemak. Asam lemak
yang terikat biasanya dalam bentuk dan strutur yang berbeda-beda.
Lipid biasanya diklasifikasikan berdasarkan
jenis dan jumlah atom C yang dikandungnya, tetapi dapat juga diklasifikasikan
dengan kriteria lain atau terikatnya senyawa lain misalnya lipid yang mengikat
gugus pospor disebut phospilipid. Beberapa golongan lipid:
a. Gliserida
dan asam lemak, termasuk didalamnya minyak dan lemak,
b.
Phospolipid,
c.
Spingolipid,
d.
Glikolipid, dan
e.
Terpenoid, termasuk didalamnya getah steroid.
Salah satu jenis lipid adalah lemak
yang terdiri dari asam-asam lemak. Asam lemak adalah salah satu bahan baku
untuk semua lipid pada makhluk hidup. Asam lemak dapat ditemukan dalam bentuk
bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun dalam bentuk gliserida.
Asam lemak memiliki rantai panjang
atom C, yang biasanya jumlahnya berkisar antara 14 – 24 atom karbon. Semakin panjang
rantai atom C, lipid akan semakin mudah membeku dan semakin sukar larut dalam
air.
Asam lemak dibedakan menjadi asam
lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal
diantara atom C penyusunnya. Sedangkan asam lemak tidak jenuh memiliki paling
sedikit 1 ikatan ganda diantara atom C penyusunnya.
Asam lemak jenuh lebih stabil
dibandingkan asam lemak tidak jenuh. Hal ini dikarenakan asam lemak jenuh tidak
mudah bereaksi dengan senyawa lain sedangkan asam lemak tidak jenuh lebih mudah
bereaksi karena ikatan gandanya dapat terlepas dan mengikat senyawa lain.
Posisi ikatan ganda juga menentukan daya reaksinya. Semakin dekat dengan ujung,
ikatan ganda semakin mudah bereaksi.
Keberadaan ikatan ganda pada lemak
tak jenuh menjadikannya memiliki dua bentuk yaitu cis dan trans.
Akibat polarisasai atom H, asam lemak cis
memiliki rantai yang melengkung. Sedangkan asam lemak trans tidak mengalami efek polarisasi yang kuat dan rantainya
relatif lurus karena letak H-nya berseberangan.
Lipid adalah senyawa nonpolar
sehingga tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi ia larut dalam
pelarut organik nonpolar seperti eter. Strukturnya menunjukkan ia memiliki
kepala polar dan ekor yang hidrofobik..
Dalam lingkungan atau keadaan berair,
kepala lipid berada dipermukaan yang polar sedangkan ekornya yang hdrofobik
meminimalkan kontak dengan air. Ekor nonpolar lipid terbentuk oleh lipid
bilayer (dua lapisan) dan misel. Misel adalah suatu monolayer (satu lapisan)
yang membentuk lingkaran. Misel dan bilayer lipid memisahkan diri dari
lingkungan polar, ini disebut dengan efek hidrofobik.
Dimana U adalah merupakan ekor lipid
yang nonpolar dan P adalah kepala lipid yang bersifat polar. Lipid bilayer
adalah lipid yang menjadi dasar pembentukan membran sel dan organel-organelnya.
Fungsi lipid bagi tubuh adalah:
1. Sebagai
penyusun atau rangka membran sel dan organelnya.
2. Dapat
diubah menjadi sakarida untuk dioksidai sebagai sumber energi. Dari lipid, ATP
yang dihasilkan jumlahnya dua kali lipat ATP yang dihasilkan oleh Glikogen.
3. Sebagai
simpanan energi dalam jaringan lemak yang sewaktu-waktu dapat diadsorbsi untuk
dioksidasi.
4. Menyekat
sitoplasma agar sintesa zat dan metabolisme lebih efektif. Dengan adanya
lapisan lemak/lipid ini maka reaksi kimia dan metabolisme terbatas pada
lingkungan yang dibatasi itu saja. Sehingga penggunaan enzim dan substrat
menjadi lebih irit dan tempo reaksi menjadi lebih cepat.
5. Sebagai
bahan pembentuk prostaglendin (kelenjar prostat).
6.
Melancarkan adsorbsi Vitamin yang larut dalam lemak. Misalnya vitamin A, D, E,
dan K. Karena vitamin-vitamin tersebut hanya dapat dicerna, diadsorbsi, dan
diedarkan dengan bantuan lemak.
Lemak dan asam lemak jika dibiarkan
atau didiamkan pada suhu kamar terlalu lama, akan menurunkan nilai gizinya
karena ia mudah terhidrolisis dan teroksidasi pada suhu tersebut. Asam lemak
juga dapat menjadi tengik akibat dihidrolisis atau dioksidasi menjadi
hidrokarbon, alkanal, keton, serta sedikit epoksi dan alkohol.
Jenis
reaksi kimia biasanya ditandai dengan jenis perubahan kimia, dan menghasilkan
satu atau lebih produk yang, secara umum, berbeda dari reaktan. Secara umum,
reaksi kimia meliputi perubahan yang ketat melibatkan gerakan elektron dalam
membentuk dan melanggar ikatan kimia. Persamaan kimia yang sering digunakan
untuk menggambarkan transformasi kimia dari partikel elementer yang terjadi
selama reaksi. Perubahan kimia adalah hasil dari reaksi kimia. Semua reaksi
kimia melibatkan perubahan zat dan perubahan energi.

Kombinasi reaksi atau reaksi sintesis:
itu adalah reaksi di mana unsur-unsur kimia 2 atau lebih atau senyawa bersatu
untuk membentuk suatu produk yang lebih kompleks.
Contoh:
N 2 + 3 H 2 → 2 NH 3
Reaksi isomerisasi: merupakan
reaksi di mana senyawa kimia mengalami penyusunan kembali struktur tanpa
perubahan komposisi bersih atom. Contoh: trans-2-butena dan cis-2-butena adalah
isomer.
Kimia reaksi dekomposisi atau analisis:
adalah reaksi di mana senyawa adalah didekomposisi menjadi senyawa yang lebih
kecil atau unsur-unsur:
Contoh:
2 H 2 O → 2 H 2 + O 2
Perpindahan tunggal atau substitusi:
jenis reaksi ini ditandai oleh unsur yang tergusur keluar dari kompleks dengan
elemen yang lebih reaktif.
Contoh:
2 Na (s) + 2 HC1 (aq) → 2 NaC1 (aq) + H 2 (g)
Metatesis atau reaksi perpindahan Double:
merupakan reaksi di mana dua senyawa pertukaran ion atau ikatan untuk membentuk
senyawa yang berbeda
Contoh:
NaC1 (aq) + Agno 3 (aq) → NaNO 3 (aq) + AgC1 (s)
Reaksi redoks: adalah reaksi di mana
perubahan dalam bilangan oksidasi atom dalam spesies yang terlibat terjadi.
Mereka reaksi sering dapat diartikan sebagai transfer elektron antara situs
molekul yang berbeda atau spesies.
Contoh:
2 S 2 O 3 2 - (aq) + I 2 (aq) → S 4
O 6 2 - (aq) + 2 I-(aq)
Dalam hal ini, saya 2 dikurangi untuk saya - dan S 2 O 3 2 - (anion tiosulfat) dioksidasi menjadi S 4 O 6 2 -.
Dalam hal ini, saya 2 dikurangi untuk saya - dan S 2 O 3 2 - (anion tiosulfat) dioksidasi menjadi S 4 O 6 2 -.
Pembakaran
reaksi: itu adalah semacam reaksi redoks di mana setiap substansi mudah
terbakar menggabungkan dengan unsur oksidasi, biasanya oksigen, untuk menghasilkan
produk-produk panas dan bentuk teroksidasi.
Reaksi
organik menulis berbagai reaksi yang melibatkan senyawa-senyawa yang memiliki
karbon sebagai unsur utama dalam struktur molekul mereka. Dalam oposisi
terhadap reaksi anorganik, kimia organik reaksi diklasifikasikan sebagian besar
oleh jenis dari kelompok-kelompok fungsional yang ada dalam masing-masing
senyawa. Dalam hal ini reaksi dijelaskan dengan menunjukkan mekanisme melalui
mana perubahan terjadi.
Reaksi
organik adalah reaksi kimia yang melibatkan senyawa organik. Jenis reaksi kimia
dasar organik yang tercantum di bawah ini:
- Selain itu reaksi
- Penghapusan reaksi
- Pergantian reaksi
- Reaksi redoks
- Reaksi penataan ulang
- Pericyclic reaksi
Bentuk umum dari mekanisme S N
2 misalnya adalah sebagai berikut:

Nuc
Dimana: = nukleofil
X = meninggalkan grup (biasanya halida atau tosylate, mesylate)
X = meninggalkan grup (biasanya halida atau tosylate, mesylate)

DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony.
1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Brady,
James.1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta: Erlangga
Hardjono. 2001.
Kimia Dasar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Keenan,
Klenifelter. 2000. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Gramedia.
Oxtoby david w,
dkk . 2001. Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Surabaya: Erlangga.
Syukri, S.
1999. Kimia Dasar I. Bandung: Institut Tekhnologi Bandung
Komentar