MAKALAH
PERIODE PERKEMBANGAN MASA USIA ANAK SEKOLAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
mata kuliah Pengembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu: Dra. Hj. Nurul Azmi, MA
![]() |
Disusun Oleh:
Aenul
Fahmi Khalik
Dhila Intan Permata
Nurfitriah
Uswatun
Sholiah
Winda
Aristia
Yuliani
Yuni
Asriyani Mansyur
TARBIYAH / IPA
BIOLOGI-C
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Pada penulisan makalah ini di uraikan
mengenai pembahasan mengenai Periode perkembangan masa usia anak sekolah.
Pada usia anak sekolah sering disebut sebagai masa intelektual atau masa
keserasian sekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relative,
anak-anak lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan sesudanya. Selain itu
akan dibahas pula mengenai bagai mana mengenai Perkembangan Fisik, Perkembangan
Kognitif dan Perkembangan Psikososial dari masa remaja tersebut.
Di harapkan dengan penulisan makalah ini
bisa membantu untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan pemikiran khususnya
untuk para mahasiswa-mahasiswi. Sehingga kami dapat memahami dan lebih mengerti
mengenai periode
perkembangan masa usia anak sekolah di atas yang bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengembangan Peserta
Didik.
2. Rumusan
Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis
merumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana
periode perkembangan
masa anak sekolah?
2. Apa
saja keterkaitan perkembangan fisik
bagi perkembangan masa usia anak sekolah?
3. Seperti
apa perkembangan kognitif
perkembangan masa usia anak sekolah?
4. Bagaimana
perkembangan psikososial
perkembangan masa usia anak sekolah?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Periode Perkembangan
Masa Usia Anak Sekolah
A.
Pengertian
Psikologi Perkembangan
Berdasarkan pendapat beberapa ahli,
psikologi perkembangan itu dapat diartikan sebagai berikut:
1. Psikologi
perkembangan merupakan “cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah
laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa
konsepsi sampai mati” (Ross Vasta, dkk, 1992)
2. “That
branch of psychology which studies processes of pra and post natal growth and
the maturation of behavior”
Maksudnya ialah
“Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari proses
perkembangan individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan
prilaku”(J.P.Chaplin, 1979)
Kedua pendapat diatas menunjukan bahwa
psikologi perkembangan merupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan
kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses
perkemabangan dari masa konsepsi (pranatal) sampai mati.
Para peneliti perkembangan menguji atau
meneliti apa perkembangan itu dan mengapa perkembangan itu terjadi. Ada dua
tujuan penelitian perkembangan, yaitu:
1. Memberikan
gambaran tentang tingkah laku anak yang meliputi pertanyaan-pertanyaan,
seperti: kapan bayi mulai berjalan? Apa keterampilan sosial yang khas bagi anak
usia empat tahun? Bagaimana anak usia kelas 6 memecahan konplik dengan
teman-temannya?
2. Mengidentifikasi
factor penyebab dan proses melahirkan perubahan prilaku dari satu perkembangan
ke perkembangan berikutnya. Factor-faktor ini meliputi warisan genetika,
karakteristik biologis dan struktur otak, lingkungan fisik dan sosial dalam
kehidupan anak dan pengalaman-pengalaman anak.
Para psikologi perkembanagn melakukan
studi tentang perubahan tingkah laku itu dalam semua siklus kehidupan individu
melalui masa konsepsi sampai mati, walaupun usaha-usahanya banyak dipokuskan
samapi pada periode remaja. Dalam tahun-tahun terakhir ini, penelitin tentang
perkembangan telah diarahkan kepada isu-isu yang berhubungan dengaan
perkembangan masa dewasa sehingga melahirkan psikologi perkembangan sepanjang
rentang kehidupan (life-span development
psychology).
B.
Sejarah
Singkat Psikologi Anak
Pada akhir abad ke-19 mulai timbul
perhatian umum terhadap pribadi dan hakekat anak, sehingga anak dijadikan
“objek” yang dipelajari secara ilmiah. Masa baru ini dipelopori antara lain
oleh Wilhelm Preyer, seorang tabib yang menulis buku “Die seeledes Kindes”
(Jiwa anak) pada tahun 1882. Tidak lama kemudian, tampilah para doctor, ahli
ilmu jiwa dan ahli pendidik yang meneliti anak, serta menulis buku-buku
psiklogi anak. Antara lain William Stern Menulis buku “Psychology der Fruhen
Kindheit”, (psikologi anak-anak usia sangat muda), yang menuliskan anak sebagai
struktur anak sebagai struktur kepribadian yang aktif, dan merupakan satu
totalitas bulat yang dinamis.
Karl Buhaerl menulis buku “Die geistige
Endwickling des kindes” ( Perkembangan jiwani anak) pada tahun 1918. Dan Koffka
menulis buku “Die Grundlagen der psychisechen Entwicklung” (Azas dasar dari
perkembangan psikis) pada tahun 1921.
Di Amerika Serikat, tokohk-tokoh terkenal
yang mempelajari masalah kanak-kanak antara lain Tracy. Juga G.Stanley Hall
dari Clark University, yang menulis buku “Adolles Cence” sedangkan di Inggris
antara lain ialah Sully dan Baldwin.
Diperancis kita kenal antara lain Compayre, Prez dan Claparede. Tokoh Swis yang
terkenal ialah Piaget. Termasyur pula ialah tokoh Karl Buhler dan istrinya
Charlotte Buhler yang menulis buku “Kindheit und jugend” (Masa kanak-kanank dan
anak muda) serta “Genese des Bewustseins” (Kejadian dari kesadaran).
Di samping tokoh-tokoh tersebut diatas,
ada pula beberapa tokoh pendidik pada abad-abad sebelumnya, yang banyak berjasa
dalam pemikiran tentang hakekat anak dan perkemabngan anak-anak. Tokoh-tokoh
tersebut anatara lain ialah: Johan Amos Comenius (1592-1671) ia dipandang
sebagai ahli pendidik pertama yang mengemukakan sifat-sifat khas anak yang
berbeda dengan ciri dan sifat orang-oranng dewasa.
C.
Perkembangan
Masa Usia Anak Sekolah
Masa anak-anak (late Childhood)
berlangsung anatar usia 6 sampai 12 tahun dengan cirri-ciri utama sebagai
berikut:
1. Memiliki
dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya (peer group)
2. Keadaan
fisik yang memungkinkan atau mendorong anak memasuki usia permainan dan
pekerjaan yang membutuhkan keterampulan jasmani
3. Memiliki
dorongan mental untuk memasuki konsep, logika, simbol, dan komunikasi yang
luas.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa
perkembangan kedua ini meliputi kegiatan belajar dan mengembangkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Belajar
keteramilan fisik yangdiperlukan untuk bermain, seperti lompat jauh, lompat
tinggi, mengejar, menghindari kejaran, dan seterusnya.
2. Membina
sikap yang sehat (positif) terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu
yang sedang berkembang,seperti kesadaran tentang harga diri (self-esteem) dan
kemampuan diri (self-efficacy).
3. Belajar
bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku
dimasyarakatnya.
4. Belajar
memainkan peran sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan memainkan peran
sebagai seorang wanita (jika ia seorang wanita).
5. Menembangkan
dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung (Matematika atau
Aritmatika).
6. Mengembangakan
konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari.
7. Mengembangkan
kata hati, moral dan skala nilai yang selarass dengan keyakinan dan kebudayaan
yang berlaku dimasyarakatnya.
8. Mengembangkan
sikap objektif atau lugas baik positif maupuan negatif terhadap kelompok dan
lembaga kemasyarakatan.
9. Belajar
mecapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehinggga mebnjadi dirinya sendiri
yang independen (mandiri) dan bertanggung jawab.
D.
Perkembangan
Fisik
Perkembangan Fisik merupakan salah satu
aspek perkembangan peserta didik yang sangat penting dan mempengaruhi
aspek-aspek perkembanagn lainnya.
1.
Pengertian
Perkembangan Fisik
Perkembngan fisik atau yang disebut juga
pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan salah satu aspek penting
dari perkemabnagn individu. Menurut Seifert dan Hoffnung, (1994), perkembangan
fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (sepert: pertumbuhyan otak,
system saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormone, dan
lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan
tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual),
serta perubahan dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung,
penglihatan, dan sebagainya).
Bagi anak-anak usia sekolah dan remaja
pertumbuhan dan perkemabngan fisik yang optimal
adalah sangat penting, sebab pertumbuhan atau perkemabangan fisik anak secara
langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi prilakunya sehari-hari. Secara
langsung, pertumbuhan fisik anak akan menentukan keterampilan anak dalam
bergerak. Sedangkan secara tidak langsung, pertumbuhan atau perkembangan fiski
akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Ini akan
terlihat dari pola penyesuaian diri anak secara umum.
Secara garis besarnya, pertumbuhan dan
perkembangan fisik peserta didik dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap setelah
lahir hingga usia tiga tahun, tahap anak-anak hingga masa prapubertas (3-10
tahun), tahap pubertas (10-14 tahun), dan tahap remaja atau adolesen (Usia 12
tahun keatas). Berdasarkan tahapan diatas, maka anak usia sekolah (SD-SMP)
dimasukan dalam tahap prapubertas dan pubertas awal, sedangkan anak SMP hingga
SMA dimasukan dalam tahap remaja.
2.
Karakteristik
Perkembangan Fisik Peserta Didik
Bagi sebagian besar anak, awal masuk kelas
atau sekolah dasar merupakan peristiwa penting bagi anak. Dengan masuknya anak
ke sekolah dasar akan membawa akibat pada perubahan besar dalam pola
kehidupannya, seperti perubahan dalam sikap, nilai, dan prilaku.
Dilihat dari segi pertumbuhan dan
perkembangan fisik, pada usia sekolah dasar ini merupaka periode pertumbuhan
fisik yang lambat dan relative seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan
pubertas, kira-kira dua tahu menjelang anak menjadi matang secara seksual pada
saat mana pertumbuhan berkembang pesat. Karena itu, masa ini sering juga
disebut sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa
remaja. Meskipun merupakan “masa tenang”, tetapi hal ini tdak berarti bahwa
pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.
3.
Keadaan
Berat dan Tinggi Badan Anak Usia Sekolah
Samapi dengan usia sekita 6 tahun terlihat
bahwa badan anak bagian atas berkemabnag leboih lambat dari pada bagian bawah.
Anggota-anggota badan relative masih pendek, kepala dan perut relative masih
besar. Selama masa akhir anak-anak, tinggib bertumbuh sekitar 5 hingga 6 persen
dan berat bertambahn sekitar 10 persen setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi
rata-rata anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg. kemudian pada usia 12 tahun
tinggi anak mencapai 60 inci dan berat 40 hingga 42,5 kg (mussen, conger dan
kagan, 1969).
Jadi, pada masa ini peningkatan berat
badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Kaki dan tangan menjadi
lebih panjang, dada dan panggul lebih besar. Peningkatan berat badan anak
selaman masa ini terjadi terutama karena bertambhanya ukuran system rangka dan
otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama, masa dan kekuatan
otot-otot secara berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi (baby pat)
berkurang. Pertmabhan kekurangan otot ini adalah karena factor keturunan dan
latihan (olah raga). Karena perbedaan sel-sel otot, maka umumnya anak-anak
laki-laki lebih kuat dari pada anak anak perempuan(santrock, 1995).
Pertumbuhan fisik selama masa ini,
disamping memberikan kemapuan bagi anak-anak untuk berpartisipasi dalam
berbagai aktifitas baru, tetapi juag dapat menimbulkan permasalahn-permasalah
dan kesulitan-kesulitan secara fisik dan psikologis bagi mereka (seifeert dan
hoffnung, 1994).
4.
Masa
Pubertas (10-14 tahun)
Pada akhir usia sekolah, anak segera memasuki
masa yang disebut dengan “pubertas”
(beraal dari bahasa latin “pubescere”, artinya mendapat rambut
kemaluan), yakni masa awal terjadinnya pematangan seksual. Dalam rangkaian
proses perkembangan seseorang, masa puber tidak mempunyai tempat yang jelas sulit
membedakan antara masa puber dengan masa remaja karena masa puber adalah bagian
dari masa remaja dan pubertas sering dijadikan sebagai pertanda awal seseorang
memasuki masa remaja. Ketika seorangb anak mengalami pubertas, berarti dia
anggap sudah memasuki masa remaja, yakni masa transisi dari masa anak-anak
kemasa dewasa.
Meskipun sering tidak mempnyai tempat yang
jelas dalam rangkaian proses perkembangan manusia, masa pubertas mempunyai arti
khusus dalam kehidupan seseorang. Betapa tidak, pada masa pubertas inilah
terjadi perubahan-perubahan besar dan dramatis dalam perkembangan seorang anak,
baik dalam pertumbuhan atau perkembangan fisik, kognitif,maupun dalam
perkembangan psikososial anak.
Waktu datangnya masa pubertas tidak dapat
diketahui secara pasti. Ada anak-anak yang memulai masa pubertasnya pada usia
yang lebih awal dan adapula yang lebih belakangn. Basannya, anak perempuan
mulai memasuki nmasa pubertas lebih awal 2 tahun dibandingkan dengan anak
laki-laki. Menurut sejumlah ahli perkembangan pada anak perempuan pubertas
terjadi sekitar usia 10 tahun,sedangkan pada anak laki-laki terjadi pada usia
sekitar 12 tahun.
5.
Perubahan
fisik
Pada masa pubertas ini terjadi perubahan
fisik secra dramatis atau apa yang disebut denhgan “ growth spurt” (percepatan
pertumbuhan), dimana terjadi perubahan dan percepatan pertumbuhan diseluruh
bagian dan dimensi fisik (Zigler & Stevenson,1993), baik pertambahan berat
dan tinggi badan, perubahan dalam proporsi dan bentuk tubuh, maupun pencapaian
kematangan seksual (papalia,old & Feldman,2008).
Secara umum, perubahan-perubahan fisik
dalam masa pubertas disebabkan oleh matangnya kelenjar pituitary , yakni
kelenjar endoktrin yang berhubungan dengan otak, tepat dibawah hipotalamus.
Kelenjar ini mengeluarkan beberapa hormon, yaitu hormon pertumbuhan, hornon
gonadotropik ( hormon yang merangsang kegiatan didalam gonad) dan hormon
kortikotropik (hormone yang mengatur fungsi-fungsi kulit adrenal).
Percepatan pertumbuhan yang terjadi selama masa puber ini hanya
berlangsung sekitar 2 tahun, dan segera setelah masa tersebut berakhir maka
anak tersebut mencapai kematangan seksual. Karena anak perempuan mengalami
percepatan pertumbuhan lebih awal dua tahun dibandingkan dengan anak laki-laki
, maka anak perempuan pada usia sekitar 10 atau 11 tahun lebih tinggi dan lebih
kuat dibandingkan anak laki-laki pada usia yang sama. Tinggi rata-rata anak
perempuan pada saat ia memulai percepatan pertumbuhan adalah sekitar 54 atau 55
inci, sedangkan tinggi rata-rata anak laki-laki adalah sekitar 59-60 inci.
(Seifert & Hoffnung, 1994). Pertambahan tinggi badan pada kedua jenis
kelamin terus berjalan meski dengan kecepatan yang semakin kecil dan mencapai
tinggi maksimum mereka pada usia 18 tahun.
Disamping tinggi badan, selama masa
pubertas terjadi juga pertambahan berat badan, yakni sekitar 13 kg bagi anak
laki-laki dan 10 kg bagi anak perempuan (Malina, 1990). Pada anak laki-laki,
selain pertumbuhan kerangka, pertambahan berat badan terutama disebabkan oleh
semakin bertambah banyaknya susunan urat daging dan otot-otot. Inilah yang
menyebabkan anak laki-laki, terutama karena bertambah lebarnya bahu. Sedangkan
pada anak perempuan, pertambahan berat badannya lebih disebabkan bertambahnya
jaringan lemak, terutama pada paha, pantat, lengan atas, dan dada. Dengan
pertambahan jaringan lemak pada bagian-bagian tertentu dalam tubuh tersebut
menyebabkan badan anak perempuan mempunyai bentuk yang khas wanita, seperti
berpinggul besar, dan berpayudara.
E.
Perkembangan
Kognitif
Pendekatan kognitif ini seringkali di dasarkan kepada asumsi atau
keyakinan bahwa kemampuan kognitif
merupakan suatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku . kunci untuk
memahami tingkah laku remaja terletak pada pemahaman bagaimana pengetahuan
tersebut terstruktur dalam berbagai aspeknya. Ada tiga model perkembangan
kognitif ini, yaitu:
a.
Model dari piaget
Piaget
berpendapat bahwa perkembangan manusia dapat di gambarkan dalam konsep fungsi
dan struktur. Fungsi merupakan mekanisme biologis dan bawaan yang sama bagi
setiap orang atau kecenderungan-kecenderungan biologis untuk mengorganisasi
pengetahuan ke dalam struktur kognisi, dan untuk beradaptasi kepada berbagai
tantangan lingkungan. Tujuan dari fungsi-fungsi itu adalah menyusun struktur kognitif
internal. Sementara struktur merupakan interelasi (saling berkaitan) sistem
pengetahuan yang mendasari dan membimbing tingkah laku inteligen. Struktur
kognitif diistilahkan dengan konsep skema, yaitu seperangkat keterampilan,
pola-pola kegiatan yang fleksibel yang dengannya anak memahami lingkungan.
Skema
merupakan aspek yang fundamental dalam teori piaget, namun sangat sulit untuk
dipahami secara komprehensip. Dia meyakini bahwa inteligensi bukan sesuatu yang
dimiliki anak, tetapi yang dilakukannya. Anak yang memahami lingkungan hanya
melalui perbuatan (melakukan sesuatu terhadap lingkungan). Inteligensi lebih
merupakan proses dari pada tempat penyimpanan informasi yang statis. Dalam hal
ini piaget memberi contoh tentang bagaimana perkembangan pengetahuan anak
tentang bola. Pengetahuan itu di peroleh melalui kegiatan-kegiatannya dalam
memperlakukan bola tersebut, seperti memegang, menendang, dan melempar.
Kegiatan-kegiatan ini merupakan contoh kegiatan skema. Dengan demikian, skema
itu terdiri atas dua elemen, yaitu:
1.
Objek yang ada di
lingkungan.
2.
Reaksi anak
terhadap objek.
Menurut Wasteye
Sumanto (1984), skema ini berhubungan dengan :
a.
Refleks: bernafas,
makan, dan minum.
b.
Skema mental: skema
klasifikasi (pola tingkah laku yang masih sulit diamati, seperti sikap) dan
skema operasi (pola tingkah laku yang dapat diamati).
Dalam membahas fungsi-fungsi, Piaget mengelompokannya
sebagai berikut:
1.
Organisasi, yang
merujuk kepada fakta bahwa semua struktur kognitif berinterelasi dan berbagai
pengetahuan baru harus di selaraskan ke dalam sistem yang ada.
2.
Adaptasi, yang
merijuk kepada kecenderungan organisme untuk menyelaraskan dengan
lingkungannya. Adaptasi ini terdiri atas dua sub proses:
1).
Asimilasi, yaitu kecenderungan untuk memahami pemahaman baru berdasarkan pengetahuan
yang btelah ada, seperti seorang anak kecil memanggil semua orang dewasa pria
dengan sebutan “daddy”.
2). Akomodasi,
yaitu perubahan struktur kognitif karena pengalaman baru. Ini terjadi apabila
informasi yang baru itu sangat berbeda atau terlalu kompleks yang kemudian di
integrasikan ke dalam struktur yang telah ada. Dapat juga diartikan sebagai
mengubah struktur kognitif yang ada untuk menyesuaikan atau menyelaraskan
dengan pengalaman baru. Seperti pada masa awal perkembangan anak cenderung untuk
mengisap setiap objek yang ada di dekatnya, namun pada akhirnya ia belajar
bahwa tidak semua objek dapat di hisap.
Keadaan saling mempengaruhi antara asimilasi dan
akomodasi melahirkan konsep konstruksifisme, yaitu bahwa anak secara aktif
menciptakan anak baru atau mengkreasi pengetahuan, dalam arti anak tidak hanya
menerima pengetahuan secara pasif dari lingkungannya.
b.
Model pemprosesan informasi
Pendekatan ini merumuskan bahwa kognitif manusia sebagai
suatu sistem yang terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1.
Input, yaitu proses
informasi dari lingkungan atau stimulasi (rangsangan) yang masuk ke dalam
reseptor-reseptor pancaindra dalam bentuk penglihatan, suara, dan rasa.
2.
Proses, yaitu
pekerjaan otak untuk mentransformasikan informasi atau stimulasi dalam cara
yang beragam, yang meliputi mengolah atau menyusun informasi ke dalam
bentuk-bentuk simbolik, membandingkan dengan informasi sebelumnya, memasukan ke
dalam memori dan menggunakannya apabila diperlukan.
3.
Output, yang
berbentuk tingkah laku, seperti berbicara, menulis, interaksi sosial, dan
sebagainya.
c.
Model kognisi sosial
Kognisi sosial dapat di artikan sebagai pengetahuan
tentang lingkungan sosial dan hubungan interpersonal. Model ini menekankan
tentang dampak atau pengaruh pengalaman sosial terhadap perkembangan kognitif.
Teori ini menekankan tentang kebudayaan sebagai faktor
penentu bagi perkembangan individu. Diyakini, bahwa hanya manusia yang dapat
menciptakan kebudayaan, dan setiap anak manusia berkembang dalam konteks
kebudayaannya. Kebudayaan memberikan dua konstribusi terhadap perkembangan
intelektual anak, antara lain:
1.
Anak memperoleh
banyak sisi pemahamannya.
2.
Anak memperoleh
banyak cara berfikir, atau alat-alat adapatasi intelektual.
Singkatnya, kebudayaan telah mengajari anak tentang apa
yang dipikirkan dan bagaimana cara berpikir. Perkembangan kognitif menghasilkan
sosio intruksional, yang karenanya anak belajar saling tukar pengalaman dalam
memecahkan masalah dengan orang lain, seperti orang tua, guru, saudara dan
teman sebaya. Perkembangan merupakan proses internalisasi terhadap kebudayaan
yang membentuk pengetahuan dan alat adaptasi, yang wahana utamanya melalui
bahasa atau komunikasi verbal.
F.
Perkembangan Psikososial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi ; meleburkan diri
menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia
belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai
kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri
dengan orang lain, kemampuan ini diperoleh anak melaui kesempatan atau
pengalaman begaul dengan orang-orang dilingkungannya, baik orang tua, sodara,
teman sebaya atau orang dewasa lainnya,
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses
perlakuan dan bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai
aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta
mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua ini disebut
dengan proses sosisalisasi.
Sueann Robinson Ambron (1981) mengartikan sosialisasi itu
sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian
sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan
efektif. Sosialisasi dari orang tua ini sangat penting bagi anak, karena dia
masih terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangan
sendiri ke arah kematangan.
Melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang
tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya, anak mulai
mengembangakan bentuk-bentuk tingkah laku sosial.pada usia anak, bentuk-bentuk
sosial itu afalah sebagai berikut.
a.
Pembangakangan
(Negatifisme), yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan,. Tingkah laku ini
terjadi sebgai rekasi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau
lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai
muncul pada kira-kira usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 3 tahun.
Berkembangnya tingkah laku negatifisme pada usia ini dipandang sebagai hal yang
wajar. Setelah usia 4 tahun, biasanya tingkah laku ini mulai menurun. Antara
usia 4 dan 6 tahun, sifat membangkanga atau melawan secara fisik beralih
menjadi sikap melawan secara verbal (menggunakan kata-kata). Sikap oranga tua
terhadap tingkah lakumelawan pada usia ini, seyogyanya tidak memandanganya
sebagai pertanda bahwa anak itu nakal, keras kepala, tolol atau sebutan lainnya
yang negataif. Dalam hal ini sebaiknya orang tua mau memahami tentang proses
perkambangan anak, yaitu bahwa secara naluriah anak itu mempunyai dorongan
untuk berkembang dari posisiketergantungan ke posisi mandiri tingkah laku
melawan merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan tersebut.
b.
Agresi, yaitu
tingkah laku menyerang balik secara fisik maupun kata-kata. Agresi ini
merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap prusrasi ( rasa kecewa karena tidak
terpenuhi keinginannya) yang dialaminya. Agresi ini mewujud dalam perilaku
menyerang, seperti memukul, mencubit, menendang, menggigit, marah-marah, dan
mencaci maki. Orang tua yang menghukum anaknya agresif menyebabkan meningkatnya
agresifitas anak. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua berusaha untuk
mereduksi, mengurangi agresifitas anak tersebut dengan cara mengalihkan
perhatian atau keinginan anak, memberikan mainan atau sesuatu yang
diinginkannya ( sepanjang tidak membahayakan keselamatannya), atau upaya lain
yang bisa meredam agresifitas anak tersebut.
c.
Berselisi atau
bertengkar, terjadi apabila seseorang anak merasa tersinggung atau terganggu
oleh sikap dan perilaku anak lain, seperti di ganggu pada saat mengerjakan
sesuatu atau direbut barang atau mainannya.
d.
Menggoda, yaitu
sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Mengoda merupakan serangan
mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan),
sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang di serangnya.
e.
Persaingan, yaitu
keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap
persaingan ini mulai terlihat pada usia 4 tahun, yaitu persaingan untuk
prestasi dan pada usia 6 tahun, semangat bersaing ini berkembang dengan lebih
baik.
f.
Kerja sama, yaitu
sikap mau bekerja sama dengan kelompok. Anak yang berusia 2 atau 3 tahun belum
berkembang sikap berkerja samanya. Mulai usia 3 tahun akhir atau empat tahun,
anak sudah mulai menampakan sikap kerja samanya dengan anak lain. Pada usia 6
atau 7 tahun, sikap kerja sama ini sudah berkembang dengan lebih baik lagi.
Pada usia ini anak mau bekerja kelompok dengan teman-temannya.
g.
Tingkah laku
berkuasa(ascendante behavior), yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasai
situasi social, mendominasi atau bersikap”bossiness” wujud dari tingkah laku
ini, seperti : meminta, menyuruh, dan mengancam atau memaksa orang lain untuk
memenuhi kebutuhan dirinya.
h.
Mementingkan diri
sendiri (selfishness), yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau
keinginannya. Anak ingin selalu di penuhi keinginannya dan apabila di tolak,
maka dia protes dengan menangis, menjerit atau marah – marah.
i.
Simpati (sympathy),
yaitu sikap emosional yang mendorong individu menaruh perhatian terhadap orang
lain, mau mendekati atau bekerja sama dengannya. Seiring dengan bertambahnya
usia, anak mulai dapat mengurangi sikap “selfish” – nya dan dia mulai
mengembvangkan sikap sosialnya, dalam hal ini rasa simpati terhadap orang lain.
Perkembangan
social anak sangat di pengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik orang tua,
sanak keluarga, orang dewasa lainnya atau teman sebayanya. Apabila lingkungan
social tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak
secara positif , maka anak akan dapat mencapai perkembangan social nya secara
matang. Namun, apabila lingkungan social itu kurang kondusif, seperti perlakuan
orangtua yang kasar, sering memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan
bimbingan, teladan, pengajaran atau pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan
norma – norma, baik agama maupun tatakrama/budi pekerti, cenderung menampilkan
perilaku maladjustment, seperti: (1)
bersifat minder; (2) senang mendominasi orang lain; (3) bersifat egois/selfish; (4) senang mengisolasi
diri/menyendiri; (5) kurang memiliki perasaan tenggang rasa; (6) kurang
mempedulikan norma dalam berprilaku.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penguraian mengenai materi Periode Perkembangan Masa Usia anak sekolah dapat
disimpulkan, telah terjadi beberapa fase perkembangan yang terjadi pada masa
tersebut diantaranya adalah:
1. Perkembangan
Fisik
2. Perkembangan
Kognitif
3. Perkembangan
Psikososial
Dari ketiga perkembangan yang telah
terjadi pada periode masa usia anak sekolah tersebut, menjadi salah satu
karakteristik dan sebuah ciri pada perkembangan anak yang membedakan dengan
ciri-ciri anak pada usia lainnya.
- Saran
Penguraian dari isi makalah tersebut
disarankan, dalam setiap perkembangan yang terjadi pada periode masa usia anak
sekolah tersebut sebaiknya selalu di pantau oleh orang tua, sebab dari semua
perkembangan yang telah tertera diatas tersebut dapat dilihat peran orang tua
sangat penting sekali pada setiap perkembangan anak, terlebih pada masa anak
usia sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar
H, Reni. 2008. Psikologi Perkembangan
Anak. Jakarta. Grasindo
Kartono,
Kartini. 1995. Psikologi Anak.
Bandung: Mandar Maju
Syah,
Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya
Yusuf,
Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Komentar