Langsung ke konten utama

SEJARAH INDRAMAYU



SEJARAH INDRAMAYU
“BABAD DERMAYU”

Indramayu adalah sebuah kota kabupaten yang terletak di utara pulau jawa, sehingga sering kali disebut wilayah pantura. Indramayu pula dikenal dengan nama Kota Mangga, karena buah mangga asal Indramayu terkenal nikmat sebab buah mangga asal Indramayu tidak banyak mengandung air seperti buah mangga di daerah lain. Mangga yang terkenal dari Indramayu diantaranya ada manga harummanis, mangga cengkirk, mangga gedong gincu, mangga golek, mangga gajah dan mangga simanalagi. Indramayu pula terkenal dengan hasil lautnya yang melimpah, berbagai hasil laut dijual dan dilelang di tempat yang dari dulu sudah tersedia yang disebut dengan nama Tempat Pelelangan Ikan atau biasa disebut masyarakat itu TPI. Banyak berbagai ikan laut yang dijual ataupun dilelang di beberapa TPI di Indramayu seperti di TPI Brondong, TPI Karangsong, TPI Glayem, TPI Dadap dan masih banyak lagi. Selain hasil lautnya yang melimpah, Indramayu juga terkenal dengan hasil pertaniannya seperti palawija dan kebutuhan pangan seperti beras. Indramayu disebut-sebut sebagai salah satu lumbung padi di daerah Jawa Barat. Selain hasil yang melimpah di bidang pertanian serta kelautannya, Indramayu juga dikenal dengan pertambangannya, seperti hasil minyak buni yang melimpah, seperti yang ada saat ini adalah kilang minyak terbesar se-ASEAN yang terletak di Kecamatan Balongan dengan Pertamina UP VI Balongannya. Dan masih banyak lagi beberapa hal yang menarik di Indramayu.
Selain hasil buminya, Indramayu pula dikenal dengan tempat-tempat sejarahnya atau yang biasa masyarakat menyebutnya tempat keramat. Banayak tempat-tempat sejarah di Indramayu yang sudah terkenal hingga ke luar kota bahkan menarik hati beberapa peneliti dari luar negeri untuk memecahkan sejarah berdirinya Indramayu. Beberapa tempat bersejarah di Indramayu antara lain seperti Makam Salawe, Makam Raden Aria Wiralodra, Museum Peninggalan Babad Dermayu bahkan hingga tempat ghaib yang penuh mistis seperti Kerajaan Jin Pulo Mas Indramayu terkenal hingga luar kota bahkan luar pulau jawa.
Demikian tentang profil Indramayu yang dapat saya jabarkan dan akan di kisahkan pula tentang Babad Dermayu sebagai cikal bakal asal usulnya Kota Indramayu yang saya dapat dari beberapa sumber seperti Buku Babad Dermayu, Buku Sejarah Indramayu susnan mantan bupati Indramayu H.A Dasuki (1977), Buku Dwitunggal Pendiri Dharma Ayu Nagari tulisan Sutadji K.S (2003), serta berdasarkan tulisan pernyataan dari H. Masroni Mantan Kuwu Kalensari Kecamatan Widasari Indramayu sebagai Bhakti Nagari Dermayu yang saya baca dari Perpustakaan Kabupaten Indramayu. Serta beberapa sumber dari luar Indramayu yaitu dari Caruban (Cirebon) seperti Buku Sejarah Cirebon dan Silsilah Sunan Gunung Jati Maulana Syarif Hidayatullah karya P.S Sulendraningrat (1990) dan Buku Kerajaan Cirebon 1479-1809 karya Unang Sunardjo (1983).
Indramayu yang sebelumnya bernama Dermayu, Dharma Ayu Nagari, atau Praja Cimanuk tak pernah lepas dari sosok Ksatria Raden Aria Wiralodra dan Sosok yang cantik serta sakti Nyi Endang Dharma Ayu. Banyak tokoh yang memaparkan tentang sejarah Dharma Ayu Nagari ini seperti yang saya dapatkan antara lain versi H.A Dasuki, versi Sutadji, pernyataan H. Masroni, cerita Supali dan beberapa sumber dari Cirebon. Dan ada beberapa pendapat lain seperti pendapat dari Muhammad N. Hata mahasiswa Sastra, Fisiologi Universitas Indonesia yang juga adalah tetangga desa saya.
Aria Wiralodra adalah seorang Putra Adipati Bagelen Dalem Singalodra. Keluarga dari Sang Adipati beragama Islam serta memihak Demak setelah memisahkan diri dari Majapahit. Setelah Aria berumur 17 tahun dia menjalani pendidikan kesatriaan seperti ilmu tatanegara, keprajuritan, termasuk juga ilmu kanuragan, bela diri serta bela Negara yang memang sudah menjadi kewajiban seorang putra Adipati. Sedangkan ilmu agama islam telah ditanamkan lebih awal yaitu pada usia 7 tahun. Aria memilih Padepokan Gunung Sumbing untuk berkhalwat dan disini pula tempat dimana dimakamkannya leluhur Aria yakni pendiri Bagelen Nagari, Ki Betara. Setelah dirasa kekuatannya telah mumpuni yaitu memiliki kemampuan batin dan kesaktian, Aria mohon pamit untuk pulang ke Bagelen dan dia mendapatkan tiga buah senajata Pusaka Gunung Sumbing dari Wiku Padepokan yaitu berupa Cakra Udaksana Kiai Tambu, serta dua buah keris yang bernama  Keris Gagak Handaka dan Keris Gagak Pernala buataan Empu Warih dari Kerajaan Kediri abad ke-12 M, yang kini disimpan di Museum Kabupaten Indramayu.
Setelah berada di Bagelen, Aria beristirahat untuk memulihkan tubuhnya. Tak genap satu bulan Aria meminta izin pergi ke Demak untuk menghadap dan menerima tugas dari Sultan Demak Raden Fatah. Setelah bertemu dengan Raden Fatah, Aria pun mendapat tugas mulia yaitu untuk membuka Pelabuhan Cimanuk dan menjadi penguasa disana dibawah kekuasaan Padjajaran. Sultan meminta Aria agar pergi sendirian dan tidak membawa prajurit, kemudian Sultan pun berpesan agar tidak boleh seorangpun tahu mengenai tugas ini, kecuali Sultan Caruban (Cirebon) Syarif Hidayatullah yang akan dikabari oleh Sultan Fatah. Setelah mendapat tugas tersebut, Aria pergi mengembara untuk mencari Sungai Cimanuk dengan ditemani oleh seorang Pengiring bernama Ki Tinggil. Yang digambarkan dalam Serat Babad Dermayu.
Lebih dari setahun lamanya Aria dan Ki Tinggil merambah hutan belukar akhirnya menjumpai tepi sungai yang sangat lebar. Aria penasaran dengan sungai ini. Tak jauh dari tempat mereka beristirahat tepatnya dibalik semak-semak muncul seorang kakek tua dan Aria pun bertanya apa nama sungai ini. Kakek tua mengaakan bahwa ini adalah Sungai Citarum Wilayah Karawang. Dan kakek itu menyarankan untuk kembali kea rah timur dengan mengambil jalan pesisir utara karena Sungai Cimanuk telah jauh terlewati. Setelah berkata begitu kakek itu pun menghilang dari pandangan Aria.
Setelah mendapatkan berita itu Aria pun bersama Ki Tinggil segera bergegas melanjutkan perjalanannya membelah hutan belukar melalui pesisir utara. Dua bulan telah berlalu, mereka pun kelelahan yang kemudian mereka menjumpai sumber air dan mereka pun beristirahat disini. Mereka pun terus melanjutkan perjalanannya hingga sampai di suatu tempat yang diperkirakan pernah di buka oleh orang, karena banyak bekas sisa tebangan pohon oleh kapak. Aria dan Ki Tinggil pun merasa senang karena berharap beremu dengan seseorang. Tak selang berapa lama mereka bertemu dengan seorang peladang dan peladang itu bertanya dari mana asal kalian. Lalu Aria pun mengenalkan diri pada peladang tersebut bahwa dia bernama Aria Wiralodra dan pengawalnya bernama Ki Tinggil yang berasal dari Bagelen. Lalu peladang itu pun balik bertanya lagi, apa kalian ada hubungannya dengan Tumenggung Wirakusuma dari Banyu’urip. Lalu Aria menjawabnya itu adalah kakak kakekku. Kemudian peladang itu pun menyahutinya dengan memanggil adikku (karena Aria itu saudara misannya), dan dia mengenalkan diri yang bernama Wirasetro. Kemudian Aria dan Ki Tinggil di ajak ke pondoknya yang kemudian di jamu dengan berbagai jamuan yang mewah. Setelahnya makan mereka berbincang-bincang mengenai perjalanan dari Bagelen hingga bias sampai disini. Aria pun menceritakan apa yang menjadi tujuannya hingga sampai di tempat Wirasetro. Wirasetro pun mengatakan memberitahu Arya bahwa tempat ini bernama Pegaden (Sekarang Subang). Wirasetro meminta agar Aria Wiralodra dan Ki Tinggil untuk tingga bersama Wirasetro di Pegaden dalam waktu yang lama, tetapi dengan halus Aria menolakknya karena dia harus segera mencari dimana keberadaan Sungai Cimanuk. Aria pun berjanji suatu saat jika apa yang ia cari sudah ketemu akan kembali untuk bersilaturahmi kepada Wirasetro di Pegaden.
Aria dan Ki Tinggil pun kembali melanjutkan perjalanannya untuk mencari Sunga Cimanuk. Tiba di suatu tempat mereka menemukan kembali sungai yang amat lebar dan mereka menduga ini adalah Sungai Cimanuk dan mereka berharap bertemu dengan seseorang. Tetapi mereka kecewa setelah  beberapa hari bahkan hingga berbulan-bulan perjalanan tidak bertemu dengan seorang pun. Setelah terus berjalan mereka pun menjumpai sebuah tempat dimana ada tanda-tanda bahwa tempat itu dihuni oleh seseorang karena banyak lading yang ditanami beberapa tanaman. Lalu mereka mengikuti jalan setapak hingga menjumpai sebuah wisma di tepi sungai yang dikelilingi oleh banyak bunga, di dekatnya tampak pemilik dari wisma itu yang sedang menganyam bubu penangkap ikan. Orangmya tua tetapi tubuhnya tegap dan berotot. Aria Wiralodra meminta izin untuk berkunjung dan singgah sementara di tempat itu, tetapi orang tua itu tidak menjawab sepatah katapun. Berulang kali Aria menyapanya tetapi tak mendapatkan tanggapan. Tak selang berapa lama orang tua itu malah membentak dengan panggilan yang kurang sopan. Dia mengatakan bahwa dirinya adalah Ki Tani Malihwarni. Walau di bentak Aria teteap menanggapinya dengan sopan santun, tetapi Ki Tani tetap membalasnya dengan bentakan. Tak selang berapa lama terjadi perang tanding antara Aria Wiralodra dengan Ki Tani. Dalam pertarungan tersebut tubuh Ki Tani terhempas ke udara dan tiba-tiba menghilang tanpa jejak, Aria pun heran melihatnya selanjutnya di ikuti dengan hilangnya kebun ladang Ki Tani.
Tiba-tiba terdengar suara yang mengatakan bahwa ia adalah Buyut Sidum, Buyut Sidum adalah pengasuh dari Prabu Siliwangi dari Padjajaran. Setelah mengundurkan diri Buyut Sidum mengembara ke Tarumanegara. Buyut Sidum ternyata teman dari Kakeknya Aria Wiralodra, beliau manganggap bahwa Aria adalah cucunya sendiri sehingga dia akan selalu menolong Aria. Aria mendapat petunjuk dari Buyut Sidum bahwa sungai yang sekarang disinggahi adalah Sungai  Pamanukan tepatnya di Dusun Cipunegara. Beliau mengatakan teruslah berjalan ke arah timur hingga menemukan Kidang Mas (Kijang Mas) kemudian ikuti saja kemana Kidang Mas itu pergi hingga tiba di tepi sungai dan disitulah Sungai Cimanuk berada. Aria dan Ki Tinggil mengikuti saran dari Buyut Sidum, kemudian terus berjalan. Selama tiga hari perjalanan mereka tiba di suatu tempat yang jarang sekali pepohonan, sambil menatap sepanjang jalan mereka manantik datangnya Kijang Mas. Tiba-tiba muncul sesuatu yang sangat mengagetkan, bukannya Kijang Mas yang muncul tetapi sosok Harimau Belang yang muncul atau biasa disebut macan Lodaya. Secara cepat harimau itu langsung menerkam Aria. Terjadi pertarungan antara Aria dan harimau itu, namun Aria berhasil menendang harimau itu hingga terpental disemak belukar, Ki Tinggil yang dari tadi sudah siap langsung mngejar harimau itu, tetapi yang muncul dari semak bukanlah harimau melainkan seekor ular besar. Ki Tinggil dengan tongkat kayunya secara gesit langsung mengoyak ular itu hingga terpental masuk ke dalam sungai besar. Aria sedikit curiga dengan keberadaan sungai itu, lalau Aria segera mengeluarkan Cakra Udaksana dan menghempaskannya ke dalam sungai itu dan ternyata sungai itu lenyap seketika.
Tiba-tiba munculah seorang wanita muda yang cantiknya luar biasa. Tanpa disadari Aria dan Ki Tinggil terkaget karena wanita itu secara tiba-tiba berkata bahwa dia tertarik dengan sosok Aria Wiralodra yang gagah dan tampan, sehingga dia melamar dan menginginkan Aria agar menjadi suaminya. Aria pun menolaknya secara halus, karena Aria sadar dan tidak dapat memilih seorang istri secara sembarangan. Diketahui wanita itu bernama Larawana. Larawana tak terima tolakkan dari Aria dan membuat ia murka dan akhirnya pun terjadi pertarungan. Beberapa saat lamanya pertarungan itu dan mereka saling terpental keadaan pun menjadi sunyi, Aria tidak sadar jika Larawana telah hilang dan lenyap. Setelah itu Aria memandang ke arah hilangnya jasad Larawana tiba-tiba muncullah seekor kijang berbulu emas, Ki Tinggil dan Aria pun berbincang selanjutnya mereka mengikuti kemana arah perginya kijang itu. Selama berminggu-minggu mereka mengikuti kijang emas itu pergi, tiba suatu hari kijang itu menghilang dan muncullah dihadapan mereka sebuah sungai besar yang deras sekali arusmya, tak salah lagi inilah Sungai Cimanuk. Mereka pun istirahat di bawah pohon tepi sungai sampai terdengar lagi suara dari Buyut Sidum yang berpupuh siniom mengatakan bahwa inilah sungai yang kalian cari. Akhirnya Aria Wralodra dan Ki Tinggil memilih daerah luas sebelah barat sungai (sekarang Desa Sindang).
Aria Wiralodra dan Ki Tinggil segera menebang pepohonan dan mendirikan pondok serta beberapa petak lading untuk bercocok tanam. Dirasa proses pembangunan yang dilakukan Aria dan Ki Tinggil mengganggu ketenangan para makhluk halus penghuni sungai, para merkayangan (makhluk halus) pun terusik dan terjadi cekcok pertarungan dengan Aria serta Ki Tinggil. Pertarungan itu diketahui oleh penguasa laut selatan Nyi Mas Dewi Ratu Kidul yang segera mengutus utusannya agar melaporkan kegaduhan itu pada Raja Pulo Mas yaitu Raja Werdinata. Werdina langsung datang menghampiri Aria Wiralodra, dan pertarungan seketika berhenti. Werdinata malahan meminta maaf pada Aria atas para anak buahnya yang sudah menyerang Aria. Aria dengan bijak memaafkannya. Tanpa di sangka Werdinata ingin bersaudaraan dengan Aria Wiralodra, tetapi Aria tidak bias karena Werdinata bukan agama islam dan dari makhluk selain manusia. Tanpa diduga Werdinata meminta agar dirinya di islamkan oleh Aria Wralodra, kemudian Aria Wiralodra pun menyanggupinya. Segera Werdinata dan seluruh pengikutnya mengikuti anjuran dari Aria untuk mengucap Syahadat. Kemudian Raja Werdinata dan pengikutnya pun hidup rukun dengan Aria serta Ki Tinggil.
Setelah beberapa lama pedukuhan pun terselesaikan dan mulai berdatangan para pendatang yang ingin hidup di areal Praja Cimanuk. Tak selang berapa bulan saja penduduk Praja Cimanuk telah mancapai 500 jiwa, dikarenakan lading tempat bercocoki tanam di tempat itu sangat subur. Aria Wiralodra mengangkat Ki Tinggil sebagai Lurah di Praja Cimanuk. Selang beberapa hari, Aria Wiralodra datang pada Galuh Nagari (Kerajaan Rajagaluh) untuk mendapat pengakuan bahwa telah berdiri pedukuhan di daerah sungai Cimanuk yang dibukanya bernama Praja Cimanuk. Setelah melaporkan pada Galuh Nagari, Aria Wralodra pun diangkat menjadi Adipati Praja Cimanuk oleh Raja Galuh Nagari Hyang Prabu Cakraningrat, yang dimana Galuh Nagari merupakan Daerah Kekuasaan Padjajaran wilayah timur.
Tak lama Aria Wiralodra pamit pada Ki Tinggil untuk pergi ke Demak untuk memberi laporan bahwa telah adanya Praja Cimanuk yang dipimpinnya yang kemudian melanjutkan perjalanan ke Bagelen. Ki Tinggil di pesani oleh Aria Wiralodra jika ada orang yang ingin tinggal di Praja Cimanuk maka diperbolehkan dengan senang hati. Dan jika penduduk praja Cimanuk telah lebih dari 500 jiwa Ki Tinggil langsung diangkat oleh Aria Wiralodra untuk menjadi Demang dan disuruhnya agar mengangkat beberapa orang untuk menjadi Lurah.
Tak lama setelah perginya Aria Wiralodra untuk ke Demak dan Begelen, datang tiga orang yeng terdiri dari satu wanita cantik dan sepasang suami istri. Mereka memperkenalkan diri pada Ki Tinggil yaitu wanita cantik itu diketahui bernama Endang Dharma dan pengasuhnya bernama Ki Tana dan Ni Tani. Mereka meminta izin pada Ki Tinggil untuk diizinkan tinggal di Praja Cimanuk dan hidup dengan warga lainnya. Ending Dharma pun tinggal di Praja Cimanuk, dia membuka ladar yang hasilnya sangat menggiurkan serta melimpah hasilnya. Para warga pun banyak yang meminta saran dan ilmu bercocok tanam pada Endang Dharma agar hasilnya bisa melimpah. Diluar dugaan Endang Dharma juga seorang guru silat, banyak warga yang minta diajarin silat kepadanya. Ki Tinggil pun merasa senang karena silat itu bagian dari bela Negara. Oleh karena itu perguruan silat Nyi Endang Dharma mendapat dukungan penuh dari Pemerintahan Ki Tinggil.
Suatu hari tanpa diduga merapat sebuah kapal besar di Dermaga Sungai Cimanuk yang diketahui kapal itu berasal dari Kerajaan Palembang. Ki Tinggil yang mndapat laporan itu langsung menuju lokasi dengan didampingi beberapa pasukan lengkap dengan senjatanya. Diketahui di dalam kapal itu ada seorang Pangeran yang bernama Pangeran Guru Arya Dila. Terjadi pertemuan singkat antara Pangeran Guru dan Ki Tinggil di dalam kapal. Tak berapam lama, Ki Tinggil pun keluar dari kapal dengan mengisyaratkan arag para petinggi sera beberapa pasukan untuk berkumpul di rumah Ki Tinggil. Beliau memberitahukan bahwa yang didalam kapal itu adalah Pangeran Guru Arya Dila anak dari Raja Majapahit yang merupakan Prabu (Raja) dari Kerajaan Palembang. Mereka datang ke Praja Cimanuk bertujuan untuk menangkap Endang Dharma, karena mendapatkan info dari beberapa orang suruhannya bahwa menjumpai sosok wanita yang ilmu silatnya mirip dengan Endang Dharma. Ending Dharma di buru karena tuduhan mengajarkan ilmu silat untuk para walli dan para rakyat biasa. Diketahui bahwa Nyi Endang Dharma memiliki keunggulan silat nomor satu dan dia seorang muslimah yang taat pada agama islam pula. Keesokan harinya Pangeran Guru telah siap denga 24 prajurit terpilihnya untu menangkap Endang Dharma, dan pertempuran antara Endang Dharma dengan Pangeran Guru tak dapat dihindari. Ki Tinggil menyaksikannya sembari mengawasi jalannya pertempuran itu. Satu per satu prajurut Pangeran Guru tumbang dan tewas hingga tersisa Pangeran Guru. Esok harinya pertarungan dilanjutkan duel antara Endang Dharma versus Pangeran Guru, tak disangka Pangeran Guru begitu mudah dikalahkan oleh Endang Dharma. Kemudian Ki Tinggil bersama para warga memakamkan jasad Pangeran Guru serta 24 Prajuritnya di wilayah desa Sindang yang sekarang terkenal dengan nama Makam Pangeran Salawe atau Makam Salawe.
Setelah kejadian itu, Ki Tinggil di angkat menjadi Demang karena penduduk telah bertambah. Ki Tinggil pun akan pergi ke Bagelen untuk melaporkan seluruh kejadian pada Aria Wiralodra. Diketahui Aria WIralodra meninggalkan Praja Cimanuk menuju Demak dan Bagelen adalah Tahun 1517 Masehi. Aria Wiralodra lama berada di Bagelen karena terjadi pemberontakan lima kadipaten terhadap kepemimpinan Demak, sehingga Aria beserta para saudaranya bertugas untuk meredam pemberontakan itu. Pada saat itu Tahun 1522 Masehi, Aria Wiralodra akan kembali ke Praja Cimanuk tiba-tiba Ki Tinggil datang memberi laporan apa yang telah terjadi di Praja Cimanuk. Setelah Ki Tinggil melaporkan yang terjadi pada Aria Wiralodra serta Gusti Sepuh Singalodra (Ayah Wiralodra). Singalodra pun meminta agar Aria Wiralodra untuk menangkap Endang Dharma dan membawanya ke Sultan Demak. Kemudian Aria Wiralodra dan Ki Tinggil bergegas menuju Praja Cimanuk dengan ditemani dua saudara Aria bernama Raden Tanujaya dan Raden Tanujiwa.
Setibanya kembali di Praja Cimanuk, Ki Tinggil segera memanggil Endang Dharma untuk menghadap ke Aria Wralodra. Endang Dharma menyetujuinya, Endang Dharma dandan dengan pakaian yang terbagus hingga terlihat sangat cantik. Ketika, Endang Dharma tiba di Wisma Agung segera dia mengahadap Aria Wiralodra, dia pun memberi salam dan tidak berani menatap Aria karena baginya Aria sangat tampan serta gagah. Begitu pula Aria yang terpaku menatap Endang Dharma yang amat cantik serta anggun. Kemudian Endang Dharma menceritakan pada Aria perihal yang terjadi dengan pertempuran dengan Pangeran Guru tersebut. Aria Wiralodra tidak menyalahkan siapapun. Aria pun mengatakan kepada Endang Dharma untuk bersedia bertarung melawan kedua saudaranya. Dengan halus dan santun Endang Dharma menolaknya, tetapi Aria tetap memintanya untuk bertarung.
Perang tanding yang pertama antara Endang Dharma melawan Raden Tanujaya yang mana pertandingan itu dilakukan di Gelanggang Praja Cimanuk. Pertarungan pertama dimenangkan oleh Endang Dharma. Dan pertarungan kedua dilanjutkan dengan Endang Dharma melawan Raden Tanujiwa. Lagi-lagi pertarungan dimenangkan oleh Endang Dharma. Dan akhirnya Aria Wiralodra yang turun melawan Endang Dharma esok hari. Keesokannya semua warga berkumpul di alun-alun untuk menyaksikan pertandingan antara Aria Wiralodra dengan Endang Dharma.
Setelah berada di tengah alun-alun dimulailah pertarungan antara keduanya. Pertandingan pun sangat sengit hingga keduanya mengeluarkan pusaka yang masing-masing miliki. Ending Dharma mengajak Aria untuk adu   kecepatan lari. Keduanya pun lenyap dari pandangan orang-orang sekitarnya. Tiba di suatu tempat yang bernama Ujungjaya, Endang Dharma berhenti dan berbincang denga Aria yang kemudian keduanya menunaikan Shalat dahulu. Kemudian Endang Dharma pergi kea rah selatan tampa meningalkan jejak sedikitpun yang kemudian diikuti oleh Aria. Tibalah mereka di suatu tempat yang sekarang bernama Bukit Pasir Maung. Kemudia keduanya pindah lagi ke pohon jambu yang sekarang disebut Desa Tarung Jambu. Kemudian Endang Dharma pergi ke bukit batu yang terlindung yang sekarang bernama Desa Nyalindung.
Keduanya saling memperkenalkan dirinya masing-masing. Lalu tanpa disangka Aria Wiralodra melamar Endang Dharma dan menginginkan Endang Dharma menjadi istrinya. Lalu Endang Dharma menerimanya sepenuh hati karena keduanya saling mencintai. Diketahui mereka menikah di Pegaden tepatnya di tempat Raden Wirasetro, mereka menikah secara islam.
Pada Tahun 1525 Masehi setelah pernikahan Aria Wiralodra dan Endang Dharma, sang Adipati menjadikan tempat SUnan Gunung Jati pernah berdakwah pada Tahun 1471 Masehi yaitu Bungko, menjadi pusat pengembangan agama islam di wilayah timur Sungai Cimanuk. Banyak pembangunan masjid-masjid dan beberapa pesantren serta madrasah pesat dibangun, khususnya di daerah baru wilayah barat Sungai Cimanuk.
Raden Aria Wiralodra mengganti nama Praja Cimanuk dengan nama Dharma Ayu Nagari, karena kagum dengan kecantikan istrinya serta perjuangan istrinya untuk Nagari ini.
Dalam usia lanjut Nyi Mas Gandasari sebutan dari Nyi Endang Dharma wafat dan dimakamkan di Pemakaman Dalem Setana Bojong Indramayu.
Namun beberapa ahli dan masyarakat Cirebon banyak yang menyebutkan bahwa makam dari Nyi Mas Gandasari atau Endang Dharma berada di Panguragan Arjawinangun Cirebon. Yang kemudian disusul wafatnya Raden Aria Wiralodra yang dimakamkan di Pemakaman Setana Sindang Indramayu.
Sekian berita tentang legenda “Babad Dermayu” yang saya himpun dari sumber yaitu, H. Masroni Mantan Kuwu kalensari Kecamatan Widasari Indramayu sebagai Abdhi Dharma Ayu Nagari, Buku Dwitunggal Pendiri Dharma Ayu nagari karya H.R Surtadji K.S (2003) serta keterangan dari paman saya yang juga budayawan Indramayu Bapak Supali M.Pd. Namun ada beberapa tokoh yang menceritakan lain, seperti dalam buku Sejarah Indramayu karya H.A Dasuki (1977) Mantan Bupati Indramayu yang menuliskan bahwa Nyi Endang Dharma menceburkan diri ke dalam Sungai Cimanuk dan wujudnya tidak diketemukan hingga kini. Beberapa sumber dari Babad Cirebon mengatakan bahwa makam Nyi Mas Gandasari atau Nyi Endang Dharma berada di Panguragan Arjawinangun Cirebon, karena di Desa Panguragan ia mengadakan sayembara, dan dia pun di beri sebutan Nyi Mas Ratna Panguragan. Namun Versi Sutadji mengatakan berbeda, di Panguragan hanyalah Petilasan dimana dia pernah berkhalwat saat akan memasuki arena sayembara, makam sebenarnya Nyi Endang Dharma adalah berada di Desa Bojong Indramayu.
Banyak misteri keberadaan Nyi Endang Dharma atau Nyi Mas Gandasari yang belum terungkap, karena sumbernya sangat minim sekali.


















DOKUMENTASI









































Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTncNu3YTN_DMgfy1GOOvRWApp46nSr_Ny1CkETmx3SjW4LO-e9FzuNL-LZJrlLW0mSkccatO1IdNdRe4-VrwJ6g7gQ4Yyw2r7uu0BVKR35mOdeqfdnwTh-vUk-y7Zy2gtK21HOP3A7i4/s640/Patung+Kijang+indramayu.jpg
 



































Daftar Pustaka
Dasuki, H.A. 1977. Sejarah Indramayu. Bandung: Kemendikdub Jabar
Sutadji, K.S. 2003. Dwitunggal Pendiri Dharna Ayu Nagari. Bandung:
Kemendikbud Jabar
Sulendraningrat, P.S. 1990. Sejarah Caruban dan Silsilah Sunan Gunung jati
Maulana Syarif Hidayatullah. -: -
Sunadjo, Unang. 1983. Kerajaan Caruban 1479-1809. -: -
Sumber Perpustakaan dan Arsip kabupaten Indramayu. Lontar Babad Dermayu
Wawancara Bapak Supali, M.Pd
Pernyataan H. Masroni Mantan Kuwu Kalensari Kecamatan Widasari Indramayu








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bioteknologi “Peran Pseudomonas sp. Dalam Bioteknologi Bioremediasi Limbah Plastik dan Styrofoam”

MAKALAH BIOTEKNOLOGI  “ Peran   Pseudomonas sp. Dalam Bioteknologi Bioremediasi Limbah Plastik dan Styrofoam ”                  Mata Kuliah          : Bioteknologi           Dosen Pengampu      : Ina Rosdiana Lesmanawati, M.Si    Disusun Oleh : AENUL FAHMI KHALIK (14121610738) BIOLOGI C/ VI TADRIS IPA-BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2015 PEMBAHASAN A.     Bioteknologi dan Bioremediasi Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformas...

MAKALAH KURIKULUM 2013

MAKALAH KURIKULUM 2013 Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar pendidikan semester 1 Dosen Pembimbing : H. Syamsuni , M.pd   Di susun oleh : Nama : Eva Shaumitaria PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS WIRALODRA 2017/2018 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya Kapanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tetentang kurikulum 2013 .             Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang kurikulum 2013 ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.         ...

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN DESAIN PENELITIAN EVALUATIF PENDIDIKAN

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN DESAIN PENELITIAN EVALUATIF PENDIDIKAN Diajukan guna memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi Dosen Pengampu: Edy Chandra, S.Si, M.A   Disusun oleh: KELOMPOK 4 AENUL FAHMI KHALIK ADE IDRUS HARIRI DEA RIZKI Z IIN I’ANAH LILIS AGUSTINA SYIFA MUSTIKA USWATUH S BIOLOGI C/6 TADRIS IPA-BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2015 BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Penelitian dilakukan berdasarkan atas keingintahuan ataupun ketertarikan seseorang terhadap sesuatu. Metode berpikir ilmiah pada dasarnya adalah sejumlah pengetahuan yang berkaitan dengan jalan atau cara yang ditempuh oleh pikiran manusia untuk mencapai kesimpulan atau putusan yang sah dan benar. Penelitian merupakan aktivitas ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan keilmuan...