MAKALAH ANTELMINTIK DARI EKSTRAK DAUN KATUK (Saurupus androgynus L. Merr) DAN EKSTRAK TANAMAN NANAS (Ananas comosus L.Merr.) TERHADAP NEMATODA PADA TERNAK KAMBING DAN DOMBA
MAKALAH
ANTELMINTIK DARI EKSTRAK
DAUN KATUK (Saurupus androgynus L. Merr) DAN EKSTRAK TANAMAN NANAS (Ananas
comosus L.Merr.) TERHADAP NEMATODA PADA TERNAK KAMBING DAN DOMBA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Fisiologi Hewan
Dosen Pengampu:Yuyun muningsih, S.Si., M.Pd
![]() |
Disusun oleh :
Yuni Asriyani Mansyur
( 14121620651)
Tadris IPA Biologi C / VI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH
NURJATI CIREBON
2015/2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena dengan taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas Makalah
dengan judul “Antelmintik Dari Ekstrak Daun Katuk (Saurupus androgynus L.
Merr) Dan Ekstrak Tanaman Nanas (Ananas comosus L.Merr.) Terhadap
Nematoda Pada Ternak Kambing Dan Domba”.
Sholawat
teriring salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman yang terang
benderang.
Tujuan
dibuatnya makalah ini diharapkan agar dijadikan sebagai wawasan kita terhadap
matakuliah “Fisiologi Hewan” sesuai dengan tema yang diangkat. Penyusun telah
berusaha demi keberhasilan dan kesempurnaan makalah ini. Namun, penyusun merasa
masih terlalu banyak kekurangan. Oleh karena itu, dimohon kritikan dan saran
yang membangun baik dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan mahasiswa.
Tidak
lupa penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini, semoga dengan apa yang ada dalam
Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin ...
Cirebon, Maret 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kambing merupakan
salah satu jenis
ternak ruminansia yang
berperan penting dalam penyediaan daging pada masyarakat, tingkat keberhasilan
pada ternak kambing sangatlah kecil, membutuhkan pengendalian nematoda
gastrointestinal secara efektif. Kegagalan
pengendalian akan mengakibatkan
penyakit, gangguan pertumbuhan, dan kematian. Program pengendalian berbasis
pada penggunaan obat antelmintik sering gagal untuk mengontrol nematoda
gastrointestinal karena terjadi peningkatan prevalensi resistensi obat.
Antelmintik atau
biyasa dikenal dengan sebutan obat cacing merupakan obat yang digunakan untuk
memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.
Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing,
sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu.
Diagnosis dilakukan dengan menemukan cacing, telur cacing dan larva dalam
tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain penderita.
Pemberian obat
cacing yang harus dilakukan berulang-ulang karena ternak yang digembalakan
sering kembali terinfeksi saat memakan rumput. Sebagai akibat dari pemberian
antelmintik yang terus-menerus tersebut, maka akan timbul resistensi terhadap obat cacing. Resistensi antelmintik direspon
dengan melakukan upaya penemuan bahan
alami (non sintetis) dengan toksisitas rendah untuk mengurangi beban cacing pada ternak.
Beberapa jenis
tanaman yang memiliki unsur tannin mampu mengurangi kejadian infestasi cacing.
Pengembangan antelmintik baru menunjukkan
bahwa tanaman tanninferous dapat
dianggap sebagai potensi alternatif strategis untuk pengendalian
infestasi nematoda pada ternak kambing. Infestasi nematoda yang menimbulkan
masalah pada produksi ternak kambing terutama
di daerah tropis adalah Haemonchus
contortus. (Akkari et al., 2008).
Usaha untuk
meningkatkan produktivitas ternak di negara berkembang biasanya dibatasi oleh
dua hal yaitu: nutrisi dan kesehatan. Permasalahan utama dalam pemenuhan nutrisi adalah sulitnya
memenuhi ketersediaan pakan secara berkesinambungan
baik mutu maupun jumlahnya. Strategi pemberian pakan yang efisien adalah dengan
memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah berupa limbah pertanian bernilai
gizi bagi ternak (Kustantinah et
al., 2008).
Fakta lapangan
menyatakan bahwa ternak kambing sangat tergantung pada pakan hijauan.
Produktivitas hijauan kenyataannnya sangat berfluktuasi pada daerah padat ternak, pada musim
hujan berlimpah sedangkan saat
kemarau terjadi kekurangan.
Menurut
Lin et al. (1981) secara farmakologik daun katuk memiliki khasiat antelmintik
yang baik. Berdasarkan analisis dan uraian di atas maka diduga bahwa pemberian
ekstrak daun katuk dapat berfungsi
sebagai antelmintik dalam mengurangi infeksi nematoda gastrointestinal pada
ternak kambing. Tujuan penelitian adalah mengetahui kemampuan ekstrak air dan
etanol daun katuk dalam menurunkan jumlah telur nematoda pada kambing.
Tananam
nanas mengadung enzim bromyelin, pectin dan garam oxalate yang mempunyai kasiat
antelmintik. Tanaman nanas dapat dipakai sebagai obatcacing alternatif,
terbukti dari hasil diatasekstrak daun, kulit buah (tua dan muda)
dengankonsentrasi ekstrak 0,25 – 0,5% setara kasiatnya dengan larutan yang
mengandung Thiabendazole 10 µM/ml dalam menghambat daya tetas telur Nematoda H.
contortus . (Husein amir dan Beriajaya, 2006).
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apakah
Antelmintik ?
2. Apa
kandungan ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L. Merr) dan ekstrak
tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.) ?
3. Apa
faktor yang mempengaruhi terhadap daya tetas telur nematoda pada ternak kambing
dan domba ?
4. Bagaimana
cara kerja dan pembuatan kandungan Antelmintik dari ekstrak daun (Saurupus androgynus
L. Merr) dan ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.) terhadap
nematoda pada ternak kambing dan domba ?
5. Bagaimana perbandingan Antelmintik dari
ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L. Merr) dan ekstrak tanaman
nanas (Ananas comosus L.Merr.) terhadap nematoda pada ternak kambing dan
domba ?
C.
Tujuan
Rumusan masalah yang dikembangkan dari latar
belakang, memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Mengetahui
definisi Antelmintik.
2. Mengetahui
kandungan ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L. Merr) dan ekstrak
tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.)
3. Mengetahui
faktor yang mempengaruhi terhadap daya tetas telur nematoda pada ternak kambing
dan domba.
4. Mengetahui
cara kerja dan pembuatan kandungan Antelmintik dari ekstrak daun katuk (Saurupus
androgynus L. Merr) dan ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.)
terhadap nematoda pada ternak kambing dan domba.
5. Mengetahui
perbandingan Antelmintik dari ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L.
Merr) dan ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.) terhadap nematoda
pada ternak kambing dan domba.
BAB II
ANTELMINTIK DARI EKSTRAK
DAUN KATUK (Saurupus androgynus L. Merr) DAN EKSTRAK TANAMAN NANAS (Ananas
comosus L.Merr.) TERHADAP NEMATODA PADA TERNAK
KAMBING DAN DOMBA
A. Definisi Antelmintik
Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti
= lawan, helmintes = cacing) adalah obat yang dapat memusnahkan cacing
dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja
lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obat-obat sistemik yang
membasmi cacing serta larvanya, yang menghinggapi organ dan jaringan tubuh, (Tjay,
2007).
Antelmintik
digunakan untuk membasmi (mengeradikasi) atau mengurangi jumlah parasit-parasit
cacing (helminth) dalam saluran atau jaringan intestinal dalam tubuh.
Sebagian besar antelmintik yang digunakan saat ini aktif terhadap
parasit-parasit tertentu dan sebagian bersifat toksik. Oleh karenanya, parasit
harus terlebih dahulu diidentifikasi sebelum pengobatan dimulai, umumnya dengan
jalan menemukan parasit, telur, atau larva dalam kotoran, urine, darah, air
liur, atau jaringan-jaringan tubuh inang (pasien),(Katzung, 2004).
Kebanyakan antelmintik efektif terhadap satu macam cacing, sehingga diperlukan
diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan antelmintik
diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa senyawa
antelmintik yang lama, sudah tergeser oleh obat baru seperti Mebendazole,
Piperazin, Levamisol, Albendazole, Tiabendazole, dan sebagainya. Karena obat
tersebut kurang dimanfaatkan,(Gunawan, 2009).
Antelmentik
merupakan suatu obat pembasmi cacing pada tubuh makhluk hidup, penggunaan
antelmintik yang terus menurus terhadap infeksi cacing dapat menimbulkan
resistensi. Sehingga perlu dicari alternatif penanggulangan dengan ekstrak
tanaman obat tradisional. Seperti diantanya ekstrak tanaman nanas (Ananas
comosus L.Merr.) dan ekstrak daun katuk (Saurupus Androgynus L. Merr).
B. Kandungan ekstrak daun katuk (Saurupus
androgynus L. Merr) dan ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.)
1. Kandungan ekstrak daun katuk (Saurupus
androgynus L. Merr)

Menurut
Lin et al. (1981) secara farmakologik daun katuk memiliki khasiat antelmintik
yang baik. Berdasarkan analisis dan uraian di atas maka diduga bahwa pemberian
ekstrak daun katuk dapat berfungsi
sebagai antelmintik dalam mengurangi infeksi nematoda gastrointestinal pada
ternak kambing.
2. Kandungan ekstrak tanaman nanas (Ananas
comosus L.Merr.)

Tananam
nanas mengadung enzim bromyelin, pectin dan garam oxalate yang mempunyai kasiat
antelmintik. Tanaman nanas dapat dipakai sebagai obatcacing alternatif,
terbukti dari hasil diatasekstrak daun, kulit buah (tua dan muda) dengankonsentrasi
ekstrak 0,25 – 0,5% setara kasiatnya dengan larutan yang mengandung Thiabendazole
10 µM/ml dalam menghambat daya tetas telur Nematoda H. contortus . (Amir
husein dan Beriajaya, 2006).
C. Faktor
Yang Mempengaruhi Terhadap Daya Tetas Telur Nematoda Gastrointestinal Terhadap
Nematode pada Ternak Kambing dan Domba.
Cacing
biasanya menginfestasi ke dalam tubuh kambing melalui beberapa cara,
diantaranya melalui telur cacing atau larva cacing yang termakan oleh kambing
memakan dedaunan dan rumput yang mengandung telur atau larva cacing, telur atau
larva cacing yang terbawa oleh peternak melalui sepatu, pakaian kandangnya atau
terbawa terbang oleh induk semang antara, selain itu juga bisa karena ransum
atau air minum yang tercemar telur cacing.
Telur
cacing yang keluar bersama feses berkembang menjadi stadium infektif kemudian
termakan induk semang antara atau langsung masuk tubuh kambing yang kemudian
akan menuju ke tempat yang disukainya (saluran pencernaan usus, sekum atau
organ lain) untuk berkembang sampai dewasa. (Anonim,2008).
D. Pembuatan
dan Cara Kerja Kandungan Antelmintik Dari Ekstrak Daun (Saurupus androgynus
L. Merr) Dan Ekstrak Tanaman Nanas (Ananas comosus L.Merr.) Terhadap
Nematoda Pada Ternak Kambing dan Domba.
1. Cara
Kerja dan Pembuatan Kandungan Antelmintik Dari Ekstrak Daun (Saurupus androgynus
L. Merr)
Daun Katuk
yang telah dikeringkan diremas menjadi hancur lalu dimaserasi menggunakan
teknik berikut: 88 g daun katuk dicampur dengan 1 liter etanol 70%, diaduk
dengan spatula selama 9 jam, dan campurannya disimpan selama 24 jam. Campuran
tersebut disaring dan hasil penyaringan dievaporasi menggunakan rotary
evaporator pada temperatur 50 C selama
36 jam untuk menghasilkan ekstrak yang kental. Larutan ekstrak etanol 5%
diperoleh dengan cara melarutkan 5 g hasil ekstraksi etanol daun katuk dengan
100 ml air akuades (Suprayogi, 2005).
Kambing
diadaptasikan selama 1 minggu dan setiap hari diberikan konsentrat sebanyak
880,50 g dan rumput gajah yang telah dicacah sejumlah 460,80 g dan air minum diberikan secara ad libitum ekstrak edaun katuk sejumlah 1,89
g/hari secara oral sebanyak 2 kali sehari, yaitu pukul 07.30 pagi dan pukul
16.30 sore, selama 40 hari. Penimbangan dan pengambilan feses untuk pemeriksaan
nematoda dilakukan pada hari ke-0, 10, 20, 30, dan ke-40. Feses dimasukkan ke
dalam kantong plastik dan diberi label kemudian dimasukkan ke dalam termos es
yang berisi icebrite dan dibawa menuju laboratorium untuk pemeriksaan
terhadap jumlah telur nematoda dengan metode MacMaster. Pemeriksaan kuantitatif
tersebut dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya telur cacing setiap gram feses
atau telur per gram (tpg) tinja yang menggambarkan berat ringannya derajat
infeksi parasit (Soulsby, 1982).
Penggunakan
material dari herbal yang memiliki sifatantelmintik dapat menghilangkan
beberapa cacing saluran usus yaitu 50-80%. Biasanya penggunaan bahan tersebut
melalui proses pengeringan dan diambil ekstraknya setelah proses
evaporasiBerdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat dikatakan
bahwa kekuatan dari senyawa antelmintik daun katuk melalui ekstraksi air dan
etanol dapat mengurangi jumlah telur nematoda gastrointestinal pada kambing
kacang masing-masing sebesar 32,7 dan 61,7%. (Razali,dkk.2014).
2. Cara
Kerja dan Pembuatan Ekstrak Tanaman Nanas (Ananas comosus L.Merr.)
Simplisia dibuat dari pucuk buah,
daun yang tua, kulit buah yang tua dan kulit buah yang muda. Bahan-bahan ini
dipotong kecil-kecil, diletakkan di lantai beralaskan koran, dikeringkan dengan
cara diangin-anginkan pada suhu kamar selama beberapa hari. Bahan tersebut
kemudian diblender secara bertahap dan
hasilnya diayak dengan ayakan tepung, maka dihasilkan simplisia kering untuk
disimpan dalam tempat yang tertutup.
Masing-masing
bahan ekstrak tanaman dibuat dengan metoda “maserasi” yaitu dengan cara
perendaman setiap 100 gram bahan simplisia ke dalam 1 liter methanol (pa) di dalam Erlenmeyer 2 liter.
Masing-masing Erlenmeyer diletakkan pada “Shaker” dan digoyang selama satu hari
pada suhu kamar kemudian dilakukan penyaringan dengan kertas saring dan hasil
filtrasinya diuapkan dengan “evaporator” di dalam inkubator untuk dikeringkan
pada suhu 37°C. Larutan ekstrak 2% dari masing masing bahan dibuat dengan cara
melarutkan setiap 50 µg masing masing ekstrak kedalam 2450 µl aquades yang mengandung
0,2% Tween 80 secara bertahap. Hasil kelarutan ini kemudian diencerkan lagi
secara bertahap dengan larutan Tween 80, sehingga didapat larutan masing masing
bahan esktrak dengan konsentrasi 0,5; 0,25; 0,125; 0,0625 dan 0,03125%.
Ekstrak
pucuk buah nanas, ekstrak daun, ekstrak kulit buah yang tua dan ekstrak kulit
buah yang muda berpengaruh terhadap daya tetas telur nematoda H. contortus. Tanaman nanas
dapat dipakai sebagai obat cacing alternatif, terbukti dari ekstrak daun, kulit
buah (tua dan muda) dengan konsentrasi ekstrak 0,25 – 0,5% setara kasiatnya
dengan larutan yang mengandung Thiabendazole 10 µM/ml dalam menghambat daya
tetas telur H. contortus secara i
vitro dan pemakaian 0,2% tween 80 dalam aquades tidak berpengaruh terhadap daya
tetas telur (tidak berbeda nyata dengan larutan NaCl fisiologis). Diketahui bahwa
tananam nanas mengadung enzim bromyelin, pectin dan garam oxalate yang
mempunyai kasiat antelmintik. (Husain amir dan Beriajaya,2006).
E. Perbandingan
Antelmintik dari ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L. Merr) dan
ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.) terhadap nematoda pada
ternak kambing dan domba.
1. Antelmintik
dari ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L. Merr)
Menurut
Suprayogi dan Meulen (2000), tanaman katuk atau Sauropus androgynus (L.) Merr merupakan salah satu sayuran
yang secara fitokimia mengandung sterol, alkaloid, flavonoid, dan tanin. Analisis kromatografi gas dan spektrometri
massa memperlihatkan bahwa ekstrak daun katuk mengandung monometil suksinat,
siklopentonal asetat, asam benzoat, asam fenil malonat, 2-pirolidinon, dan
metil piroglutamat.
Wijono
(2004) menemukan bahwa pada daun katuk terdapat senyawa-senyawa asam fenolat
yang diidentifikasi sebagai asam p-hidroksibenzoat, asam ferulat, asam vanilat,
dan asam kafeat. Hasil analisis
kuantitatif menunjukkan bahwa asam p-hidroksibenzoat mempunyai persentase
tertinggi diantara keempat jenis asam fenolat yang telah diidentifikasi. Secara
farmakologik daun katuk memiliki khasiat antelmintik yang baik. Berdasarkan
analisis dan uraian di atas maka diduga bahwa pemberian ekstrak daun katuk dapat berfungsi sebagai
antelmintik dalam mengurangi infeksi nematoda gastrointestinal pada ternak
kambing.
Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian terhadap
ternak kambing yang disajikan dalam
tabel bawah ini :
Tabel 1.
Hasil pengamatan jumlah telur dan standar deviasi nematoda per gram (tpg) tinja
pada kambing
Kelompok
|
Tpg
hari ke-
|
||||
0
|
10
|
20
|
30
|
40
|
|
Kontrol
|
1124±126a1
|
1018±47,5a1
|
1054±139,3a1
|
971±52,8a1
|
1002±56,7a1
|
Ekstrak air katuk
|
1037±91,9a1
|
901±71,7ab2
|
812±7,54b2
|
805±15,3b12
|
693±5,9c2
|
Ekstrak etanol katuk
|
1039±64,2a1
|
665±40,6b3
|
448±30,8c3
|
400±9,4c3
|
403±20,5c3
|
Ket : a, b, ab, c Superskrip
yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05); 1, 2, 3 Superskrip yang
berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
tabel diatas penggunaan ekstrak air dan ekstrak etanol memiliki kemampuan yang
signifikan dalam menekan jumlah telur nematoda gastrointestinal. Hasil
pengamatan tersebut disajikan pada Tabel 1.
Penggunaan ekstrak air memiliki potensi yang berbeda dengan ekstrak
etanol dalam menurunkan jumlah telur
nematoda. Pada pemakaian ekstrak air, jumlah telur nematoda menurun secara
nyata setelah pengamatan hari ke-20 dan ke-40. Akan tetapi dengan penggunaan
ekstrak etanol, jumlah telur nematoda secara signifikan berkurang pada
pengamatan mulai hari ke-10. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian
ini dapat dikatakan bahwa kekuatan dari senyawa antelmintik daun katuk melalui
ekstraksi air dan etanol dapat mengurangi jumlah telur nematoda
gastrointestinal pada kambing kacang masing-masing sebesar 32,7
dan 61,7%. ( Razali,dkk.2014).
2. Antelmintik
dari ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.)
Tananam
nanas mengadung enzim bromyelin, pectin dan garam oxalate yang mempunyai kasiat
antelmintik. Tanaman nanas dapat dipakai sebagai obatcacing alternatif,
terbukti dari hasil diatasekstrak daun, kulit buah (tua dan muda)
dengankonsentrasi ekstrak 0,25 – 0,5% setara kasiatnya dengan larutan yang
mengandung Thiabendazole 10 µM/ml dalam menghambat daya tetas telur Nematoda H.
contortus . (Amir husein dan Beriajaya, 2006).
Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian terhadap
ternak kambing yang disajikan dalam
tabel bawah ini :
Tabel
1.
Prosentase daya tetas terhadap semua ekstrak nanas pada konsentrasi 0,5 % -
0,25 %
Perlakuan
|
Ekstrak
|
TBZ (%)
|
NaCl
(%)
|
AT80
(%)
|
0,5% (%)
|
0,25%
(%)
|
1
|
Pucuk buah
nanas
|
0
|
100
|
85,7
|
0
|
22,2
|
2
|
Daun nanas
yang tua
|
0
|
96
|
81,3
|
29,6
|
25,8
|
3
|
Kulit buah
yang tua
|
0
|
100
|
88,2
|
20
|
52,8
|
4
|
Kulit buah
yang Muda.
|
0
|
100
|
93,3
|
18,2
|
20
|
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase
daya tetas pada tabel diatas dengan menggunaan beberapa perlakuan ekstrak
tanaman nanas dengan berbagai konsentrasi ekstrak pucuk buah, ekstrak daun
nanas (tua), ekstrak kulit buah yang tua dan ekstrak kulit buah yang muda.
Dapat diperoleh berpengaruh terhadap daya tetas telur H. contortus dan uji statistic menghasilkan perbedaan yang
sangat nyata (P < 0,01) diantara perlakuan dari masing- masing kelompok.
Secara keseluruhan dengan uji LSD tidak berbeda
secara bermakna (P > 0,05) diantara perlakuan dengan NaCl fisiologis, Tween
80, ekstrak pucuk buah (0,03125%) dan ekstrak daun (0,03125%). Demikian juga
diantara perlakuan TBZ, ekstrak daun (0,25 dan 0,5%), ekstrak kulit buah yang
muda (0,25 dan 0,5%) dan ekstrak kulit buah yang tua (0,5%) tidak berbeda
secara bermakna. (P > 0,05).
Tanaman nanas dapat dipakai sebagai obat cacing
alternatif, terbukti dari hasil diatas ekstrak daun, kulit buah (tua dan muda)
dengan konsentrasi ekstrak 0,25 – 0,5% setara kasiatnya dengan larutan yang
mengandung Thiabendazole 10 µM/ml dalam menghambat daya tetas telur H.
contortus secara i vitro dan
pemakaian 0,2% tween 80 dalam aquades tidak berpengaruh terhadap daya tetas
telur (tidak berbeda nyata dengan larutan NaCl fisiologis). Dapat diketahui ketahui
bahwa tananam nanas mengadung enzim bromyelin, pectin dan garam oxalate yang
mempunyai kasiat antelmintik. (Husein
amir dan Beriajaya, 2006).
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
1. Antelmintik
atau biyasa dikenal dengan sebutan obat cacing merupakan obat yang digunakan
untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau organ didalam
tubuh.
2. Kandungan yang ada pada daun katuk (Sauropus
androgynus L.Merr.) dan tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.) termasuk
pada tanaman Antelmintik yang dapat mengurangi infeksi nematoda pada ternak
kambing dan domba.
3. Faktor telur cacing yang dapat
menginfeksi ternak biyasanya menempel pada makanan yang dimakan oleh ternak
yaitu seperti pada rumput dan dedaunan hijau yang akan masuk melalui sistem
pencernaan pada ternak dan keluar bersama feses berkembang menjadi stadium
infektif kemudian termakan induk semang antara atau langsung masuk tubuh kambing
yang kemudian akan menuju ke tempat yang disukainya (saluran pencernaan usus,
sekum atau organ lain) untuk berkembang sampai dewasa.
4. Pembuatan ekstrak tanaman nanas dan
ekstrak daun katuk dapat dibuat dengan cara mengeringkan semua bahan ekstrak
dan dihancurkan bersama air, ekstrak diberikan pada ternak secara oral.
5. Perbandingan ekstrak tanaman nanas
dan ekstrak daun katuk diberikan pada ternak kambing dan domba dalam menurunkan
jumlah telur nematoda
a. Ekstrak air dan ekstrak etanol daun
katuk menurunkan jumlah telur nematoda gastrointestinal pada kambing secara
signifikan (P<0,05) .
b. Ekstrak daun tua dengan pengenceran
0,5 dan 0,25%; ekstrak kulit buah muda dengan pengenceran 0,5 dan 0,25%; dan
ekstrak kulit buah tua dengan pengenceran 0,5% setara dengan TBZ 10 µM/ml pada
kontrol. Dalam hal daya tetas telur H. contortus, pemakaian Tween 80
tidak berpengaruh nyata terhadap kontrol NaCl physiologis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2013. http://manfaatnyasehat.blogspot.com/2013/10/manfaat-buah-nanas.html
Dadan Harjana
(Diakses pada 19 Maret 2015 pukul 21.00 WIB).
Anonim .2009. http://herbalsehatdanhalal.blogspot.com/2009/12/manfaat-daun-katuk-sauropus-androgynus.html
(Diakses pada tanggal 26 Maret 2015 pukul 20.00 WIB).
Anonimus. 2000. Parameter Standard Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Akkari
et.al.2008. Prospects for plant
anthelmintics in tropical veterinary medicine. J. Vet.Res. Comm. 21(3):228-232.
Gunawan.2009.http://herbalsehatdanhalal.blogspot.com/2012/12/manfaat-daun-katuk-sauropus-androgynus.html
Husein amir
dan beriajaya.2006. Efektivitas
ektrak tanaman nanas terhadap Daya tetas telur cacing Haemonchus contortus
Secara in vitro. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner:Bogor.
Katzung.1989.Farmakologi Dasar
dan Klinik Edisi 3.EGC: Jakarta
Kustantinah
et.al.2008. A Larval Development Assay for the Detection of Anthelmintic
Resistence Standard Operation Procedures. Horizon Technology pty
Limited,Australia.
Lin, J.Y.,
T.C. Lee, S.T. Hu, and T.C. Tung. 1981. The Pharmacological activities of Sauropus
androgynus L. Merr. Activitiy Toxicon. 19:41-51.
Razali, T.R.
Ferasyi, Azhari, dan Zulfikar. 2014.
Potensi suspensi dan ekstrak daun katuk sebagai Antelmintik terhadap nematode
Gastrointestinal pada Ternak kambing
Jurnal Kedokteran Hewan ISSN : 1978-225X
Suprayogi, A.
2005. Blood serum volatile fatty acids
(VFAs) in lactating sheep and VFAs production under in-vitro
conditions using Sauropus
androgynus (L.) Merr.
Leaves. Gakuryoku. XI(3):57-60.
Suprayogi, A.
and U. Meulen. 2000. The influence of
Sauropus androgynus leaves on the
production of volatile fatty acids using rumen liquor under in-vitro
conditions. In Expo 2000-Workshop, Reihe: Nachhaltige Tierproduktion,
Tierernährung-Ressourcen und neue Aufgaben, Braunschweig. Braunschweig:29.
Soulsby, E.J.1982. Helminths, Arthropods and Protozoa of
Domesticated Animals. 7thed. Bailliere Tindall, London.
Wijono, S.H.
2004. Isolasi dan Identifikasi asam
fenolat pada daun katuk Sauropus
Androgynus (L.) Merr.)
Makara Kesehatan. 8:32-36.
Komentar