Langsung ke konten utama

MAKALAH ANTELMINTIK DARI EKSTRAK DAUN KATUK (Saurupus androgynus L. Merr) DAN EKSTRAK TANAMAN NANAS (Ananas comosus L.Merr.) TERHADAP NEMATODA PADA TERNAK KAMBING DAN DOMBA


MAKALAH
ANTELMINTIK DARI EKSTRAK DAUN KATUK (Saurupus androgynus L. Merr) DAN EKSTRAK TANAMAN NANAS (Ananas comosus L.Merr.) TERHADAP NEMATODA PADA TERNAK KAMBING DAN DOMBA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Fisiologi Hewan
Dosen Pengampu:Yuyun muningsih, S.Si., M.Pd


logo-iain-syekh-nurjati
 





         Disusun oleh :

       Yuni Asriyani Mansyur
   ( 14121620651)
Tadris IPA Biologi C / VI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2015/2016

KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas Makalah dengan judul “Antelmintik Dari Ekstrak Daun Katuk (Saurupus androgynus L. Merr) Dan Ekstrak Tanaman Nanas (Ananas comosus L.Merr.) Terhadap Nematoda Pada Ternak Kambing Dan Domba”.
     Sholawat teriring salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman yang terang benderang.
     Tujuan dibuatnya makalah ini diharapkan agar dijadikan sebagai wawasan kita terhadap matakuliah “Fisiologi Hewan” sesuai dengan tema yang diangkat. Penyusun telah berusaha demi keberhasilan dan kesempurnaan makalah ini. Namun, penyusun merasa masih terlalu banyak kekurangan. Oleh karena itu, dimohon kritikan dan saran yang membangun baik dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan mahasiswa.
     Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, semoga dengan apa yang ada dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin ...


Cirebon, Maret 2014


                                                                        Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kambing  merupakan  salah  satu  jenis  ternak  ruminansia  yang  berperan penting dalam penyediaan daging pada masyarakat, tingkat keberhasilan pada ternak kambing sangatlah kecil, membutuhkan pengendalian nematoda gastrointestinal secara efektif.  Kegagalan pengendalian akan  mengakibatkan penyakit, gangguan pertumbuhan, dan kematian. Program pengendalian berbasis pada penggunaan obat antelmintik sering gagal untuk mengontrol nematoda gastrointestinal karena terjadi peningkatan prevalensi resistensi obat.
Antelmintik atau biyasa dikenal dengan sebutan obat cacing merupakan obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Diagnosis dilakukan dengan menemukan cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain penderita.
Pemberian obat cacing yang harus dilakukan berulang-ulang karena ternak yang digembalakan sering kembali terinfeksi saat memakan rumput. Sebagai akibat dari pemberian antelmintik yang terus-menerus tersebut, maka akan timbul resistensi terhadap  obat cacing. Resistensi antelmintik direspon dengan melakukan  upaya penemuan bahan alami (non sintetis) dengan toksisitas rendah untuk  mengurangi beban cacing pada ternak.
Beberapa jenis tanaman yang memiliki unsur tannin mampu mengurangi kejadian infestasi cacing. Pengembangan antelmintik baru  menunjukkan bahwa tanaman  tanninferous  dapat  dianggap sebagai potensi alternatif strategis untuk pengendalian infestasi nematoda pada ternak kambing. Infestasi nematoda yang menimbulkan masalah pada produksi ternak  kambing  terutama  di daerah tropis  adalah Haemonchus contortus.  (Akkari et al., 2008).
Usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak di negara berkembang biasanya dibatasi oleh dua hal yaitu: nutrisi dan kesehatan. Permasalahan utama  dalam pemenuhan nutrisi adalah sulitnya memenuhi ketersediaan pakan secara  berkesinambungan baik mutu maupun jumlahnya. Strategi pemberian pakan yang efisien adalah dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah berupa limbah pertanian bernilai gizi bagi ternak (Kustantinah  et al.,  2008).
Fakta lapangan menyatakan bahwa ternak kambing sangat tergantung pada pakan hijauan. Produktivitas hijauan kenyataannnya sangat berfluktuasi  pada daerah padat ternak, pada musim hujan  berlimpah sedangkan saat kemarau  terjadi kekurangan. 
Menurut Lin et al. (1981) secara farmakologik daun katuk memiliki khasiat antelmintik yang baik. Berdasarkan analisis dan uraian di atas maka diduga bahwa pemberian ekstrak  daun katuk dapat berfungsi sebagai antelmintik dalam mengurangi infeksi nematoda gastrointestinal pada ternak kambing. Tujuan penelitian adalah mengetahui kemampuan ekstrak air dan etanol daun katuk dalam menurunkan jumlah telur nematoda pada kambing.
Tananam nanas mengadung enzim bromyelin, pectin dan garam oxalate yang mempunyai kasiat antelmintik. Tanaman nanas dapat dipakai sebagai obatcacing alternatif, terbukti dari hasil diatasekstrak daun, kulit buah (tua dan muda) dengankonsentrasi ekstrak 0,25 – 0,5% setara kasiatnya dengan larutan yang mengandung Thiabendazole 10 µM/ml dalam menghambat daya tetas telur Nematoda H. contortus . (Husein amir dan Beriajaya, 2006).
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.      Apakah Antelmintik ?
2.      Apa kandungan ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L. Merr) dan ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.) ?
3.      Apa faktor yang mempengaruhi terhadap daya tetas telur nematoda pada ternak kambing dan domba ?
4.      Bagaimana cara kerja dan pembuatan kandungan Antelmintik dari ekstrak daun (Saurupus androgynus L. Merr) dan ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.) terhadap nematoda pada ternak kambing dan domba ?
5.       Bagaimana perbandingan Antelmintik dari ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L. Merr) dan ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.) terhadap nematoda pada ternak kambing dan domba ?
C.    Tujuan
Rumusan masalah yang dikembangkan dari latar belakang, memiliki tujuan sebagai berikut.
1.      Mengetahui definisi Antelmintik.
2.      Mengetahui kandungan ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L. Merr) dan ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.)
3.      Mengetahui faktor yang mempengaruhi terhadap daya tetas telur nematoda pada ternak kambing dan domba.
4.      Mengetahui cara kerja dan pembuatan kandungan Antelmintik dari ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L. Merr) dan ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.) terhadap nematoda pada ternak kambing dan domba.
5.      Mengetahui perbandingan Antelmintik dari ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L. Merr) dan ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.) terhadap nematoda pada ternak kambing dan domba.






BAB II
ANTELMINTIK DARI EKSTRAK DAUN KATUK (Saurupus androgynus L. Merr) DAN EKSTRAK TANAMAN NANAS (Ananas comosus L.Merr.) TERHADAP NEMATODA PADA TERNAK KAMBING DAN DOMBA

A.    Definisi Antelmintik
Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing) adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya, yang menghinggapi organ dan jaringan tubuh, (Tjay, 2007).
Antelmintik digunakan untuk membasmi (mengeradikasi) atau mengurangi jumlah parasit-parasit cacing (helminth) dalam saluran atau jaringan intestinal dalam tubuh. Sebagian besar antelmintik yang digunakan saat ini aktif terhadap parasit-parasit tertentu dan sebagian bersifat toksik. Oleh karenanya, parasit harus terlebih dahulu diidentifikasi sebelum pengobatan dimulai, umumnya dengan jalan menemukan parasit, telur, atau larva dalam kotoran, urine, darah, air liur, atau jaringan-jaringan tubuh inang (pasien),(Katzung, 2004).
Kebanyakan antelmintik efektif terhadap satu macam cacing, sehingga diperlukan diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan antelmintik diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa senyawa antelmintik  yang lama, sudah tergeser oleh obat baru seperti Mebendazole, Piperazin, Levamisol, Albendazole, Tiabendazole, dan sebagainya. Karena obat tersebut kurang dimanfaatkan,(Gunawan, 2009).
Antelmentik merupakan suatu obat pembasmi cacing pada tubuh makhluk hidup, penggunaan antelmintik yang terus menurus terhadap infeksi cacing dapat menimbulkan resistensi. Sehingga perlu dicari alternatif penanggulangan dengan ekstrak tanaman obat tradisional. Seperti diantanya ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.) dan ekstrak daun katuk (Saurupus Androgynus L. Merr).
B.     Kandungan ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L. Merr) dan ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.)
1.      Kandungan ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L. Merr)
Menurut Suprayogi dan Meulen (2000), tanaman katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) merupakan salah satu sayuran yang secara fitokimia mengandung sterol, alkaloid, flavonoid, dan tanin.  Analisis kroma-tografi gas dan spektrometri massa memperlihatkan bahwa ekstrak daun katuk mengandung monometil suksinat, siklopentonal asetat, asam benzoat, asam fenil malonat, 2-pirolidinon, dan metil piroglutamat. Wijono (2004) menemukan bahwa pada daun katuk terdapat senyawa-senyawa asam fenolat yang diidentifikasi sebagai asam p-hidroksibenzoat, asam ferulat, asam vanilat, dan asam kafeat.  Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa asam p-hidroksibenzoat mempunyai persentase tertinggi diantara keempat jenis asam fenolat yang telah diidentifikasi.
Menurut Lin et al. (1981) secara farmakologik daun katuk memiliki khasiat antelmintik yang baik. Berdasarkan analisis dan uraian di atas maka diduga bahwa pemberian ekstrak  daun katuk dapat berfungsi sebagai antelmintik dalam mengurangi infeksi nematoda gastrointestinal pada ternak kambing.
2.      Kandungan ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.)
Nanas kaya akan vitamin A dan C yang bersifat antioksidan. Selain itu juga mengandung kalsium, fosfor, magnesium, mangan, zat besi, thiamin, natrium, kalium, gula buah (sukrosa), serta enzim bromyelain, suatu enzim protese yang bekerja sebagai pemecah protein. Nanas juga mengandung cukup banyak serat, (Harjana, 2013).
Tananam nanas mengadung enzim bromyelin, pectin dan garam oxalate yang mempunyai kasiat antelmintik. Tanaman nanas dapat dipakai sebagai obatcacing alternatif, terbukti dari hasil diatasekstrak daun, kulit buah (tua dan muda) dengankonsentrasi ekstrak 0,25 – 0,5% setara kasiatnya dengan larutan yang mengandung Thiabendazole 10 µM/ml dalam menghambat daya tetas telur Nematoda H. contortus . (Amir husein dan Beriajaya, 2006).
C.    Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Daya Tetas Telur Nematoda Gastrointestinal Terhadap Nematode pada Ternak Kambing dan Domba.
Cacing biasanya menginfestasi ke dalam tubuh kambing melalui beberapa cara, diantaranya melalui telur cacing atau larva cacing yang termakan oleh kambing memakan dedaunan dan rumput yang mengandung telur atau larva cacing, telur atau larva cacing yang terbawa oleh peternak melalui sepatu, pakaian kandangnya atau terbawa terbang oleh induk semang antara, selain itu juga bisa karena ransum atau air minum yang tercemar telur cacing.
Telur cacing yang keluar bersama feses berkembang menjadi stadium infektif kemudian termakan induk semang antara atau langsung masuk tubuh kambing yang kemudian akan menuju ke tempat yang disukainya (saluran pencernaan usus, sekum atau organ lain) untuk berkembang sampai dewasa. (Anonim,2008).
D.    Pembuatan dan Cara Kerja Kandungan Antelmintik Dari Ekstrak Daun (Saurupus androgynus L. Merr) Dan Ekstrak Tanaman Nanas (Ananas comosus L.Merr.) Terhadap Nematoda Pada Ternak Kambing dan Domba.
1.      Cara Kerja dan Pembuatan Kandungan Antelmintik Dari Ekstrak Daun (Saurupus androgynus L. Merr)
Daun Katuk yang telah dikeringkan diremas menjadi hancur lalu dimaserasi menggunakan teknik berikut: 88 g daun katuk dicampur dengan 1 liter etanol 70%, diaduk dengan spatula selama 9 jam, dan campurannya disimpan selama 24 jam. Campuran tersebut disaring dan hasil penyaringan dievaporasi menggunakan rotary evaporator pada temperatur 50  C selama 36 jam untuk menghasilkan ekstrak yang kental. Larutan ekstrak etanol 5% diperoleh dengan cara melarutkan 5 g hasil ekstraksi etanol daun katuk dengan 100 ml air akuades (Suprayogi, 2005).
Kambing diadaptasikan selama 1 minggu dan setiap hari diberikan konsentrat sebanyak 880,50 g dan rumput gajah yang telah dicacah sejumlah 460,80 g dan  air minum diberikan secara  ad libitum ekstrak edaun katuk sejumlah 1,89 g/hari secara oral sebanyak 2 kali sehari, yaitu pukul 07.30 pagi dan pukul 16.30 sore, selama 40 hari. Penimbangan dan pengambilan feses untuk pemeriksaan nematoda dilakukan pada hari ke-0, 10, 20, 30, dan ke-40. Feses dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label kemudian dimasukkan ke dalam termos es yang berisi  icebrite  dan dibawa menuju laboratorium untuk pemeriksaan terhadap jumlah telur nematoda dengan metode MacMaster. Pemeriksaan kuantitatif tersebut dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya telur cacing setiap gram feses atau telur per gram (tpg) tinja yang menggambarkan berat ringannya derajat infeksi parasit (Soulsby, 1982).
Penggunakan material dari herbal yang memiliki sifatantelmintik dapat menghilangkan beberapa cacing saluran usus yaitu 50-80%. Biasanya penggunaan bahan tersebut melalui proses pengeringan dan diambil ekstraknya setelah proses evaporasiBerdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat dikatakan bahwa kekuatan dari senyawa antelmintik daun katuk melalui ekstraksi air dan etanol dapat mengurangi jumlah telur nematoda gastrointestinal pada kambing kacang masing-masing sebesar  32,7  dan 61,7%. (Razali,dkk.2014).
2.      Cara Kerja dan Pembuatan Ekstrak Tanaman Nanas (Ananas comosus L.Merr.)
 Simplisia dibuat dari pucuk buah, daun yang tua, kulit buah yang tua dan kulit buah yang muda. Bahan-bahan ini dipotong kecil-kecil, diletakkan di lantai beralaskan koran, dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada suhu kamar selama beberapa hari. Bahan tersebut kemudian diblender  secara bertahap dan hasilnya diayak dengan ayakan tepung, maka dihasilkan simplisia kering untuk
disimpan dalam tempat yang tertutup.
Masing-masing bahan ekstrak tanaman dibuat dengan metoda “maserasi” yaitu dengan cara perendaman setiap 100 gram bahan simplisia ke dalam 1 liter methanol  (pa) di dalam Erlenmeyer 2 liter. Masing-masing Erlenmeyer diletakkan pada “Shaker” dan digoyang selama satu hari pada suhu kamar kemudian dilakukan penyaringan dengan kertas saring dan hasil filtrasinya diuapkan dengan “evaporator” di dalam inkubator untuk dikeringkan pada suhu 37°C. Larutan ekstrak 2% dari masing masing bahan dibuat dengan cara melarutkan setiap 50 µg masing masing ekstrak kedalam 2450 µl aquades yang mengandung 0,2% Tween 80 secara bertahap. Hasil kelarutan ini kemudian diencerkan lagi secara bertahap dengan larutan Tween 80, sehingga didapat larutan masing masing bahan esktrak dengan konsentrasi 0,5; 0,25; 0,125; 0,0625 dan 0,03125%.
Ekstrak pucuk buah nanas, ekstrak daun, ekstrak kulit buah yang tua dan ekstrak kulit buah yang muda berpengaruh terhadap daya tetas telur  nematoda H. contortus. Tanaman nanas dapat dipakai sebagai obat cacing alternatif, terbukti dari ekstrak daun, kulit buah (tua dan muda) dengan konsentrasi ekstrak 0,25 – 0,5% setara kasiatnya dengan larutan yang mengandung Thiabendazole 10 µM/ml dalam menghambat daya tetas telur H. contortus secara  i vitro dan pemakaian 0,2% tween 80 dalam aquades tidak berpengaruh terhadap daya tetas telur (tidak berbeda nyata dengan larutan NaCl fisiologis). Diketahui bahwa tananam nanas mengadung enzim bromyelin, pectin dan garam oxalate yang mempunyai kasiat antelmintik. (Husain amir dan Beriajaya,2006).
E.     Perbandingan Antelmintik dari ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L. Merr) dan ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.) terhadap nematoda pada ternak kambing dan domba.
1.      Antelmintik dari ekstrak daun katuk (Saurupus androgynus L. Merr)
Menurut Suprayogi dan Meulen (2000), tanaman katuk atau Sauropus androgynus  (L.) Merr merupakan salah satu sayuran yang secara fitokimia mengandung sterol, alkaloid, flavonoid, dan tanin.  Analisis kromatografi gas dan spektrometri massa memperlihatkan bahwa ekstrak daun katuk mengandung monometil suksinat, siklopentonal asetat, asam benzoat, asam fenil malonat, 2-pirolidinon, dan metil piroglutamat.
Wijono (2004) menemukan bahwa pada daun katuk terdapat senyawa-senyawa asam fenolat yang diidentifikasi sebagai asam p-hidroksibenzoat, asam ferulat, asam vanilat, dan asam kafeat.  Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa asam p-hidroksibenzoat mempunyai persentase tertinggi diantara keempat jenis asam fenolat yang telah diidentifikasi. Secara farmakologik daun katuk memiliki khasiat antelmintik yang baik. Berdasarkan analisis dan uraian di atas maka diduga bahwa pemberian ekstrak  daun katuk dapat berfungsi sebagai antelmintik dalam mengurangi infeksi nematoda gastrointestinal pada ternak kambing.
Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian terhadap ternak kambing  yang disajikan dalam tabel bawah ini :
Tabel 1. Hasil pengamatan jumlah telur dan standar deviasi nematoda per gram (tpg) tinja pada kambing 

Kelompok
Tpg hari ke-
0
10
20
30
40
Kontrol
1124±126a1
1018±47,5a1
1054±139,3a1
971±52,8a1
1002±56,7a1
Ekstrak air katuk
1037±91,9a1
901±71,7ab2
812±7,54b2
805±15,3b12

693±5,9c2
Ekstrak etanol katuk
1039±64,2a1

665±40,6b3

448±30,8c3

400±9,4c3

403±20,5c3

Ket : a, b, ab, c Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang  nyata (P<0,05); 1, 2, 3 Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang  nyata (P<0,05)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tabel diatas penggunaan ekstrak air dan ekstrak etanol memiliki kemampuan yang signifikan dalam menekan jumlah telur nematoda gastrointestinal. Hasil pengamatan tersebut disajikan pada Tabel 1.  Penggunaan ekstrak air memiliki potensi yang berbeda dengan ekstrak etanol dalam  menurunkan jumlah telur nematoda. Pada pemakaian ekstrak air, jumlah telur nematoda menurun secara nyata setelah pengamatan hari ke-20 dan ke-40. Akan tetapi dengan penggunaan ekstrak etanol, jumlah telur nematoda secara signifikan berkurang pada pengamatan mulai hari ke-10. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat dikatakan bahwa kekuatan dari senyawa antelmintik daun katuk melalui ekstraksi air dan etanol dapat mengurangi jumlah telur nematoda gastrointestinal pada kambing kacang masing-masing sebesar  32,7  dan 61,7%.  ( Razali,dkk.2014).
2.      Antelmintik dari ekstrak tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.)
Tananam nanas mengadung enzim bromyelin, pectin dan garam oxalate yang mempunyai kasiat antelmintik. Tanaman nanas dapat dipakai sebagai obatcacing alternatif, terbukti dari hasil diatasekstrak daun, kulit buah (tua dan muda) dengankonsentrasi ekstrak 0,25 – 0,5% setara kasiatnya dengan larutan yang mengandung Thiabendazole 10 µM/ml dalam menghambat daya tetas telur Nematoda H. contortus . (Amir husein dan Beriajaya, 2006).
Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian terhadap ternak kambing  yang disajikan dalam tabel bawah ini :
Tabel 1. Prosentase daya tetas terhadap semua ekstrak nanas pada konsentrasi 0,5 % - 0,25 %
Perlakuan
Ekstrak
TBZ (%)
NaCl
(%)
AT80
(%)
0,5% (%)
0,25%
(%)
1
Pucuk buah nanas

0
100
85,7
0
22,2
2
Daun nanas yang tua
0
96
81,3
29,6
25,8
3
Kulit buah yang tua
0
100
88,2
20
52,8
4
Kulit buah yang Muda.
0
100
93,3
18,2
20

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase daya tetas pada tabel diatas dengan menggunaan beberapa perlakuan ekstrak tanaman nanas dengan berbagai konsentrasi ekstrak pucuk buah, ekstrak daun nanas (tua), ekstrak kulit buah yang tua dan ekstrak kulit buah yang muda. Dapat diperoleh berpengaruh terhadap daya tetas telur  H. contortus  dan uji statistic menghasilkan perbedaan yang sangat nyata (P < 0,01) diantara perlakuan dari masing- masing kelompok.
Secara keseluruhan dengan uji LSD tidak berbeda secara bermakna (P > 0,05) diantara perlakuan dengan NaCl fisiologis, Tween 80, ekstrak pucuk buah (0,03125%) dan ekstrak daun (0,03125%). Demikian juga diantara perlakuan TBZ, ekstrak daun (0,25 dan 0,5%), ekstrak kulit buah yang muda (0,25 dan 0,5%) dan ekstrak kulit buah yang tua (0,5%) tidak berbeda secara bermakna. (P > 0,05).
Tanaman nanas dapat dipakai sebagai obat cacing alternatif, terbukti dari hasil diatas ekstrak daun, kulit buah (tua dan muda) dengan konsentrasi ekstrak 0,25 – 0,5% setara kasiatnya dengan larutan yang mengandung Thiabendazole 10 µM/ml dalam menghambat daya tetas telur H. contortus secara  i vitro dan pemakaian 0,2% tween 80 dalam aquades tidak berpengaruh terhadap daya tetas telur (tidak berbeda nyata dengan larutan NaCl fisiologis). Dapat diketahui ketahui bahwa tananam nanas mengadung enzim bromyelin, pectin dan garam oxalate yang mempunyai kasiat antelmintik. (Husein amir dan Beriajaya, 2006).



BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
1.      Antelmintik atau biyasa dikenal dengan sebutan obat cacing merupakan obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau organ didalam tubuh.
2.      Kandungan yang ada pada daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) dan tanaman nanas (Ananas comosus L.Merr.) termasuk pada tanaman Antelmintik yang dapat mengurangi infeksi nematoda pada ternak kambing dan domba.
3.      Faktor telur cacing yang dapat menginfeksi ternak biyasanya menempel pada makanan yang dimakan oleh ternak yaitu seperti pada rumput dan dedaunan hijau yang akan masuk melalui sistem pencernaan pada ternak dan keluar bersama feses berkembang menjadi stadium infektif kemudian termakan induk semang antara atau langsung masuk tubuh kambing yang kemudian akan menuju ke tempat yang disukainya (saluran pencernaan usus, sekum atau organ lain) untuk berkembang sampai dewasa.
4.      Pembuatan ekstrak tanaman nanas dan ekstrak daun katuk dapat dibuat dengan cara mengeringkan semua bahan ekstrak dan dihancurkan bersama air, ekstrak diberikan pada ternak secara oral.
5.      Perbandingan ekstrak tanaman nanas dan ekstrak daun katuk diberikan pada ternak kambing dan domba dalam menurunkan jumlah telur nematoda
a.       Ekstrak air dan ekstrak etanol daun katuk menurunkan jumlah telur nematoda gastrointestinal pada kambing secara signifikan (P<0,05) .
b.      Ekstrak daun tua dengan pengenceran 0,5 dan 0,25%; ekstrak kulit buah muda dengan pengenceran 0,5 dan 0,25%; dan ekstrak kulit buah tua dengan pengenceran 0,5% setara dengan TBZ 10 µM/ml pada kontrol. Dalam hal daya tetas telur H. contortus, pemakaian Tween 80 tidak berpengaruh nyata terhadap kontrol NaCl physiologis.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. http://manfaatnyasehat.blogspot.com/2013/10/manfaat-buah-nanas.html Dadan Harjana  (Diakses pada 19 Maret 2015 pukul 21.00 WIB).
Anonim .2009. http://herbalsehatdanhalal.blogspot.com/2009/12/manfaat-daun-katuk-sauropus-androgynus.html (Diakses pada tanggal 26 Maret 2015 pukul 20.00 WIB).
Anonimus. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Akkari et.al.2008. Prospects for plant anthelmintics in tropical veterinary medicine. J. Vet.Res. Comm. 21(3):228-232.
Gunawan.2009.http://herbalsehatdanhalal.blogspot.com/2012/12/manfaat-daun-katuk-sauropus-androgynus.html
Husein amir dan beriajaya.2006. Efektivitas ektrak tanaman nanas terhadap Daya tetas telur cacing Haemonchus contortus Secara in vitro. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner:Bogor.
Katzung.1989.Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 3.EGC: Jakarta
Kustantinah et.al.2008. A Larval Development Assay for the Detection of Anthelmintic Resistence Standard Operation Procedures. Horizon Technology pty Limited,Australia.
Lin, J.Y., T.C. Lee, S.T. Hu, and T.C. Tung. 1981. The Pharmacological activities of Sauropus androgynus  L.  Merr. Activitiy Toxicon. 19:41-51.
Razali, T.R. Ferasyi, Azhari, dan  Zulfikar. 2014. Potensi suspensi dan ekstrak daun katuk sebagai Antelmintik terhadap nematode Gastrointestinal pada Ternak kambing  Jurnal Kedokteran Hewan ISSN : 1978-225X
Suprayogi, A. 2005.   Blood serum volatile fatty acids (VFAs) in lactating sheep and VFAs production under  in-vitro  conditions using  Sauropus androgynus  (L.)  Merr.  Leaves.   Gakuryoku. XI(3):57-60.
Suprayogi, A. and U. Meulen. 2000. The influence of  Sauropus androgynus  leaves on the production of volatile fatty acids using rumen liquor under in-vitro conditions. In Expo 2000-Workshop, Reihe: Nachhaltige Tierproduktion, Tierernährung-Ressourcen und neue Aufgaben, Braunschweig. Braunschweig:29. 
Soulsby, E.J.1982.  Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals. 7thed. Bailliere Tindall, London.
Wijono, S.H. 2004.  Isolasi dan Identifikasi asam fenolat pada daun katuk  Sauropus Androgynus  (L.)  Merr.)  Makara Kesehatan. 8:32-36.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bioteknologi “Peran Pseudomonas sp. Dalam Bioteknologi Bioremediasi Limbah Plastik dan Styrofoam”

MAKALAH BIOTEKNOLOGI  “ Peran   Pseudomonas sp. Dalam Bioteknologi Bioremediasi Limbah Plastik dan Styrofoam ”                  Mata Kuliah          : Bioteknologi           Dosen Pengampu      : Ina Rosdiana Lesmanawati, M.Si    Disusun Oleh : AENUL FAHMI KHALIK (14121610738) BIOLOGI C/ VI TADRIS IPA-BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2015 PEMBAHASAN A.     Bioteknologi dan Bioremediasi Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformas...

MAKALAH KURIKULUM 2013

MAKALAH KURIKULUM 2013 Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar pendidikan semester 1 Dosen Pembimbing : H. Syamsuni , M.pd   Di susun oleh : Nama : Eva Shaumitaria PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS WIRALODRA 2017/2018 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya Kapanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tetentang kurikulum 2013 .             Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang kurikulum 2013 ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.         ...

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN DESAIN PENELITIAN EVALUATIF PENDIDIKAN

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN DESAIN PENELITIAN EVALUATIF PENDIDIKAN Diajukan guna memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah: Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi Dosen Pengampu: Edy Chandra, S.Si, M.A   Disusun oleh: KELOMPOK 4 AENUL FAHMI KHALIK ADE IDRUS HARIRI DEA RIZKI Z IIN I’ANAH LILIS AGUSTINA SYIFA MUSTIKA USWATUH S BIOLOGI C/6 TADRIS IPA-BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2015 BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Penelitian dilakukan berdasarkan atas keingintahuan ataupun ketertarikan seseorang terhadap sesuatu. Metode berpikir ilmiah pada dasarnya adalah sejumlah pengetahuan yang berkaitan dengan jalan atau cara yang ditempuh oleh pikiran manusia untuk mencapai kesimpulan atau putusan yang sah dan benar. Penelitian merupakan aktivitas ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan keilmuan...