BAB I
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
A. Observasi
1.
Observasi
Partisipatif
Observasi Partisipan adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh
observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan
diobservasi. Observer berlaku sungguh-sungguh seperti anggota dari kelompok
yang akan diobservasi. Apabila observer hanya melakukan pura-pura
berpartisipasi dalam kehidupan orang yang akan diobservasi tersebut dinamakan
Quasi Partisipant Observation, (Sanjaya, 2015: 86).
Dalam Observasi partisipasif peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data
penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi
partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makan dari setiap perilaku yang tampak, (Sugiyono,
2014: 64).
Observasi partisipan perlu diperhatikan beberapa hal untuk meningkatkan
kecermatan. Pertama adalah persoalan pencatatan yang harus dilakukan diluar
pengetahuan orang-orang yang sedang diamati. Pencatatan yang
diketahui akan menimbulkan kecurigaan bahwa pencatat bukan anggoa kelompok
tersebut. Bilaman terjadi hal seperti itu kerap kali obyek yang diamati akan
bertingkah laku tidak wajar karena mengetahui mereka sedang diamati.
Kemungkinan ingkah lakunya dibuat-buat supaya dicatat sebagai tingkah laku yang
baik atau sebaliknya dibuat-buat agar dikategorikan buruk, (Mulyasa, 2015: 84).
Menurut Sugiyono (2014: 66) Observasi
ini dapat digolongkan menjadi empat, diantaranya yaitu sebagai berikut
a.
Partisipasi
pasif: peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut
terlibat dalam kegiatan tersebut.
b.
Partisipasi
moderat: terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang
luar.
c.
Partisipasi
aktif: peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi
belum sepenuhnya lengkap.
d.
Partisipasi
lengkap: peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber
data.
2.
Observasi
nonpartisipatif
Observasi nonpartisipasif adalah observasi
yang tidak melibatkan observer dalam kegiatan yang sednag diobservasi. Dengan
demikian, dalam observasi jenis ini, observer murni bertindak sebagai pengamat.
Oleh sebab itu, salah satu kelemahannya adalah observant yang menyadari sedang
diobservasi biasanya tidak akan bertindak. wajar. Untuk menghindari hal itu
perlu memperhatikan dua hala. Pertama harus dijaga iklim psikologi dan kondisi
observasi agar tetap wajar. Untuk itu observer jangan menampakka keseriusan
yang berlebihan yang membuat sussana observasi menjadi tenggang sehingga
mempengaruhi observant dalam melaksanakan kegiatannya. Kedua observasi hanya
untuk kepentingan penelitian yang tidak akan berpengaruh terhadap nama baik
observant, (Sanjaya, 2015: 92).
Observasi Nonpartisipan adalah dimana
observer tidak ikut di dalam kehidupan orang yang akan diobservasi, dan secara
terpisah berkedudukan selaku pengamat. Di dalam hal ini observer hanya
bertindak sebagai penonton saja tanpa harus ikut terjun langsung ke lapangan, (Anonim,
2011).
3.
Observasi Terus
Terang atau Samar
Peneliti dalam
melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia
sedang melakukan penelitian.Jadi mereka yang di teliti mengetahui sejak awalsampai akhir tentang
aktivitas peneliti, tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang
atau tersamar dalam observasi., hal ini untuk menghindari kalau dilakukan
secara terus menerus, maka peneliti tidak akan di ijinkan untuk melakukan
observasi, (Sugiono, 2014: 66).
4.
Observasi Tak
Berstruktur
Observasi tidak
terstuktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang
apa yang akan diobservasi. Hal ini di lakukan karena peneliti tidak tahu secara
pasti tentang apa yang akan di amati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan
instrument yang telah baku tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan, (Sugiono,
2014: 67).
Dalam
penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak terstruktur, karena fokus
penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan
observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti dalam
penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur
dengan menggunakan pedoman observasi. Observasi tidak terstruktur adalah
observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan di
observasi. Hal ini dikarenakan peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa
yang akan diamati. Dalam melaksanakan penelitian tidak menggunakan instrumen
yang telah baku, tapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan, (Hadjar, 1996: 313).
Selanjutnya
Spradley (1980) mengatakan dalam penelitian kualitatif memiliki tahapan dan
objek yang observasi. Tahapan observasi, yaitu; Observasi deskriftif, Observasi
terfokus, dan Observasi terseleksi, (Kaelan.2010:92). Dan objek yang
diobservasi adalah ruang (tempat), pelaku (aktor) dan kegiatan (aktivitas), ( Hadjar, 1996: 95).
Dari ketiga
objek tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa item pokok, yaitu;
Ruang (tempat) dalam asfek fisiknya. Pelaku yaitu semua orang yang terlibat
dalam situasi; Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu;
Objek, yaitu benda-benda yang terdapat di tempat itu. Perbuatan, yaitu
tindakan-tindakan tertentu. Kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan. Waktu,
yaitu menyangkut urutan kegiatan, tujuan, yaitu apa yang ingin dicapai dan
emosi; Perasaan yang dirasakan dan dinyatakan, (Harjana, 2007: 87).
5.
Observasi
Terfokus
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini
tour observation yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk
difokuskan aspek tertentu. Peneliti melakukan analisis
taksonomi sehingga dapat menemukan fokus, peneliti selanjutnya menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan, (Mulyasa, 2015: 93).
Observasi terfokus yaitu apabila penelitian ingin memfokuskan
permasalahan kepada upaya-upaya guru dalam membangkitkan semangat belajar siswa
dengan meberikan respons kepada pertanyaan guru, maka sebaiknya dilakukan
Penelitian Tindakan Kelas yang memfokuskan kepada meningkatkan kualitas
bertanya. Seringkali juga guru mengalami kesulitan dalam memberikan pujian
(reward) ataupun hukuman (punishment) kepada siswa, dan guru seringkali tidak
mengetahui bagaiman cara melakukannya mengingat ada kaitannya dengan adat
istiadat atau budaya siswa yang berasal dari kelompok etnik yang berbeda.
Langkah-langkah
dalam teknik bertanya pada observasi terfokus adalah :
a.
Bentuk
Pertanyaan
1)
Akademik :
Faktual, Jawaban yang dispesifik, benar, Akademik : Opini, singkat.
2)
Non akademik
:Pertanyaan pribadi, prosedur, disiplin.
b.
Bentuk Jawaban
1)
Untuk
pertanyaan pemikiran, siswa membuat kesimpulan atau elaborasi
2)
Untuk
pertanyaan factual, siswa menginagt kembali (hafalan)
3)
Untuk
pertanyaan pilihan, siswa menjawab ya, atau tidak
c.
Seleksi Siswa
1)
Sebut nama
siswa sebelum bertanya
2)
Meminta
Sukarelawan
3)
Meminta
bukan-Sukarelawan
d.
Berhenti
sejenak
1)
Berhenti
sejenak sebelum member pertanyaan
2)
Lupa berhenti
sejenak
3)
Guru menyebut
nama siswa sebelum bertanya
e.
Cara bertanya
1)
Pertanyaan
diajukaan sebagai stimulasi atau tantangan
2)
pertanyaan di
ajukan secara factual/biasa saja
3)
Pertanyaan
bersifat tes atau ancaman
6.
Observasi
Terseleksi
Pada tahap ini peneliti telah menguraikan
focus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Peneliti telah
menemukan karakteristik kontras-kontras atau perbedaan dan kesamaan
antarkategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori
yang lain pada
tahap ini di harapkan peneliti menemukan pemahaman yang mendalam atau hipotesis.
Menurut Spradely dalam Sugiono (2014: 71), observasi terseleksi ini masih di
namakan mini tour observation.
7.
Objek Observasi
Obyek
penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut spradley
dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place
(tempat), actor (pelaku), activities (aktivitas). Place, atau tempat di mana interkasi dalam situasi
sosial sedang berlangsung. Actor,
pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu aktivities
atau kegiatan yan dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang
berlangsung.
Menurut Sugiono (2014: 68)
tiga elemen utama tersebut dapat di perluas, sehingga dapat kita amati adalah:
a.
Space, the physical place: rauang dalam
aspek fisiknya
b.
Actor: the people involve: yaitu semua
oaring yang terlibat dalam situasi social
c.
Activity: a set of realated acts people do: yaitu
seperangkat kegiatan yang dilakukan orang
d.
Object: the physical things that are present: yaitu
benda-benda yang terdapat di tempat itu
e.
Act: single action that people do, yaitu
perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu
f.
Event: a set of realated activities that people
carry out, yaitu
rangkaian aktivitas yang di kerjkan orang-orang
g.
Goal: the things people are trying to
accomplish,
yaitu tujuan yang ingin di capai orang-orang
h.
Feeling: the emotion felt and ekspressed, emosi yang di
rasakan dan di ekspresikan orang-orang.
8.
Manfaat
Observasi
Menurut
Patton dalam Sugiyono
(2010: 313),
dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut:
a. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih
mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial. Jadi akan dapat
diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
b. Dengan observasi maka akan diperoleh pangalaman
langsung sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi
tidak dipengarugi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif
membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
c. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal
yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam
lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam
wawancara.
d.
Dengan
observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan
diungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin
ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
e.
Dengan
observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden,
sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f.
Melalui
pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya,
tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana atau situasi
sosial yang teliti.
B. Wawancara / Interview
Wawancara atau interview dapat diartikan sebagai teknik
mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka
ataupun melalui saluran media tertentu. Selain observasi, wawancara atau
interview merupakan instrument penelitian yang sering digunakan untuk
mengumpulkan data dalam PTK. Hal ini disebabkan adanya beberapa keuntungan
diantaranya pertama, wawancara digunakan untuk mencek kebenaran data atau
informasi yang diperoleh dengan cara lain. Kedua, teknik wawancara bias memungkinkan
data yang diperoleh lebih luas, bahakan bias memunculkan sesuatu yang tidak
terpikirkan sebelumnya. Ketiga, dengan wawancara memungkinkan pewawancara dapat
menjelaskan pertanyaan yang kurang dipahami oleh siswa yang diwawancarai, (Sanjaya,
2015: 96).
1.
Wawancara
Terstruktur
Wiriatmadja (2010: 118) berpendapat bahwa wawancara tersrtuktur
adalah suatu wawancara dimana pewawancara tersebut sudah menyiapkan bahan
wawancara terlebih dahulu sebelum wawancara dimulai.
2.
Wawancara
Semiterstruktur
Wiriatmadja (2010: 81) menjalaskan bahwa wawancara semiterstruktur
merupakan bentuk wawancara yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu akan tetapi
memberikan keleluasaan untuk menerangkan agak panjang mungkin tidak langsung
terfokus kepada pertanyaan atau bahasan, atau mungkin mengajukan topic bahasan
sendiri selama wawancara berlangsung.
3.
Wawancara Tak
Terstruktur
Wawancara tidak berstuktur adalah wawancara yang bebas, dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara hanya di
gunakan berupa garis-garis besar permasalahan yang akan di pertanyakaan.
Wawancara tidak terstuktur atau terbuka sering di gunakan dalam
penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam
tentang subjek yang di teliti . Pada penelitian terdahulu peneliti berusaha
mencari/ mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permaslah tentang
objek, sehingga peneliti mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap.
Dalam wawancara tidak terstuktur, peneliti belum mengethui secara
paasti data apa yang akan di peroleh sehingga peneiti lebih banyak mendengarkan
dari setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti mengajukan
pertanyaan yang lebih terarah pada suatu tujuan, (Sugiono, 2014: 74).
4.
Langkah-Langkah
Wawancara
a.
Sebelum
Wawancara
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dipersiapkan sebelum
wawancara:
1)
Kuasai dulu
tujuan dan hasil yang diharapkan dari wawancara tersebut.
Apa tujuan wawancara anda? Mengapa perlu dilakukan wawancara? Apa hasil yang diharapkan dari wawancara? Ini semua diperlukan agar anda tidak salah dalam mengambil data, sehingga terbuang percuma. Pahami maksud semula dari tujuan agar wawancara anda bisa terstruktur dan sistematis sehingga membantu anda, terutama bila anda adalah pemula.
Apa tujuan wawancara anda? Mengapa perlu dilakukan wawancara? Apa hasil yang diharapkan dari wawancara? Ini semua diperlukan agar anda tidak salah dalam mengambil data, sehingga terbuang percuma. Pahami maksud semula dari tujuan agar wawancara anda bisa terstruktur dan sistematis sehingga membantu anda, terutama bila anda adalah pemula.
2) Susun
pertanyaan dan kuasai pertanyaan wawancara kembali lagi soal tujuan wawancara,
silahkan anda tentukan pertanyaan- pertanyaan secara terstruktur dan
sistematis. Buatlah pertanyaan terbuka yang membantu anda menggali jawaban
lebih dalam lagi. Dengan pertanyaan terbuka, bisa jadi anda sudah menemukan
kunci-kunci dari permasalahan atau jawaban atas pertanyaan lain yang tidak
perlu anda tanyakan lagi. Contoh pertanyaan terbuka, “Apa pendapat bapak/ibu
tentang kebijakan Pemerintah menaikkan harga BBM?”, dibandingkan anda bertanya,
“Apakah bapak/ibu setuju Pemerintah menaikkan harga BBM?”. Jika kita sudah
menguasai pertanyaan, untuk wawancara selanjutnya anda seperti sudah mengalir
begitu saja dan hafal dengan pertanyaan.
3) Tentukan
pelaksanaan wawancara (waktu dan tepat) yang disepakati antara Interviewer
dengan Interviewee buatlah kesepakatan bersama dengan orang yang akan
diwawancarai tersebut mengenai waktu dan tempat wawancara. Jika anda akan
mewawancarai Public Figure atau Pejabat Penting, sebaiknya anda bisa tentukan
waktu jauh-jauh hari sehingga mereka dapat mengatur jadwal dengan lowong.
Perkenalkan diri anda, maksud dan durasi wawancara. Tanyakan pula prosedur
melakukan wawancara dengan beliau, apakah perlu birokrasi surat menyurat atau
cukup secara personal?
4)
Siapkan keperluan teknis wawancara hal ini bisa
menyangkut perlatan yang akan anda gunakan agar jangan sampai saat pelaksanaan
berlangsung, peralatan anda tak bisa digunakan hingga keperluan surat menyurat
untuk meminta kesediaan wawancara bagi Interviewee. Biasanya surat menyurat
terjadi bila wawancara dilakukan kepada Pejabat Tinggi sesuai aturan dinas yang
berlaku.
5)
Lengkapi diri anda dengan identitas dan surat
tugas sebelum pelaksanaan wawancara, siapkan surat tugas yang akan anda bawa
dan tunjukkan saat diperlukan dalam melaksanakan wawancara. Isi surat tugas
meliputi: profil lembaga yang memperkerjakan Interviewer, profil anda sebagai
Interviewer, maksud/tujuan wawancara dan ucapan terimakasih atas kesediaan
waktu wawancara.
b. Selama
Wawancara
1) Datanglah
tepat waktu sesuai waktu yang disetujui.
2) Perkenalkan
diri dan tunjukkan surat tugas anda. Bukalah dengan pertanyaan informal
sehingga tidak terkesan kaku dan gugup.
3) Mintalah
kesediaan Interviewee untuk menggunakan alat perekam dan dokumentasi foto
bilamana diperlukan.
a) Siapkan
peralatan penunjang seperti voic recorder, buku catatan, bolpen dan panduan
pertanyaan. Pengalaman saya, saya gunakan laptop yang tersedia voice recorder
sambil sesekali melihat pertanyaan panduan di monitor dan mengetik catatan yang
diperlukan. Semua gaya dan teknis Pewawancara dapat dilakukan oleh anda sendiri
agar terampil menguasai wawancara.
b) Ajukan
pertanyaan terbuka yang ringkas dan jelas sehingga membiarkan Interviewee lebih
banyak berbicara. Anda juga bisa mengklarifikasi jawaban bila dirasa tak jelas.
c.
Setelah Wawancara
1) Anda
menyampaikan benang merah dari catatan yang anda buat selama wawancara dan
meminta Interviewee mengkoreksi jika salah.
2) Anda
bisa juga menyatakan bahwa hasil wawancara ini masih akan diproses dan meminta
kesediaan Interviewee bilamana diperlukan respon lebih dalam atau klarifikasi untuk
ditelpon/ditanya kembali. Ini tidak harus dilakukan bilamana anda percaya diri
dengan hasil wawancara.
3) Akhiri
wawancara dengan apresiasi atas waktu dan kesediaan Interviewee menjadi
narasumber.
4) Dokumentasikan
Interviewee bilamana diperlukan dengan kamera.
5) Bilamana
ada reward atau kelengkapan administrasi yang perlu dilakukan dapat diberikan
di tahap paling akhir wawancara, (Anonim,2014)
5.
Manfaat
Wawancara
Hardjana, (2007: 134) berpendapat bahwa wawancara
dalam komunikasi interpersonal membantu untuk :
1)
Berkenalan dengan orang yang
"istimewa" dalam pribadi, profesi, atau sumbangannya kepada
masyarakat.
2)
Menambah wawasan hidup.
3)
Memberi inspirasi dan mendorong semangat hidup.
4)
Memotivasi menjadi manusia yang lebih bermutu
dan mau memberi sumbangan yang berarti dalam hidup.
C.
Catatan Lapangan (field notes)
Wiriaatmadja (2010: 125) berpendapat bahwa Sumber informasi yang
sangat penting dalam penelitian ini adalah catatan lapangan (field notes) yang
dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau
observasi. Berbagai aspek pembelajaran dikelas, suasana kelas, pengelolaan
kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa denagn siswa,
mungkin juga hubungan dengan orang tua siswa, iklim sekolah, leadership kepala
sekolah, kemudian kegiatan lainnya dari penelitian ini spertiaspek orientasi,
perencanaan, peleksanan, diskusi dan refleksi, semuanya dapat dibaca kembali
dari catatan lapangan ini.
Ada dua jenis catatan harian untuk kepentingan PTK, yakni catatan
harian yang dilakukan guru dan catatan harian siswa. Catatan harian guru
digunkan untuk mencatat berbagai temuan guru selama proses tindakan dilakuka.
Misalnya catatan tentang jenis tindakan yang diberikan guru pada siklus atau
putaran tertentu, catatan tentang berbagai respons siswa terhadap perlakuan
yang diberikan, kekeliruan guru dalam melakasnanakan tindakan daln lain sebagainya. Ctatan harian siswa berisi tentang tanggapan
siswa terhadap tindakan yang dilakukan guru, Catatan harian yang disusun siswa
sangat penting sebagai umpan balik untuk guru dalam rangka perbaikan dan
penyempurnaan tindakan, (Sanjaya, 2015: 98).
Kekayaan data dalam catatan lapangan ini, yang memuat secara
deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan,
berbagai bentuk interaksi social, dan nuansa-nuansa lainnya yang merupakan
kekuatan tersendiri dari Penelitian Tindakan Kelas yang beriklim kualitatif
secara mendasar (grounded) dan mulai dari akar rumput (grass roots). Ia
merupakan internal validity dari penelitian ini.
Catatan lapangan yang dibuat oleh seorang peneliti pada penelitian
etnografis yang sejenis dengan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas,
menunjukkan adanya keragaman dalam format, struktur dan fokusnya. Tergantung
pada masalah dan dsain penelitian serta keterampilan dan gaya penelitian.
Walaupun demikian ada beberapa kategori yang membedakan dalam membuat catatan
lapangan. Pertama, yaitu yang menggunakan descriptor inverensial rendah dengan
catatan yang kongkrit dan tepat, termasuk catatan verbatim atau kata demi kata
dari setiap pembicaraan, perilaku dan kegiatan. Kategori yang keduanya yaitu
catatan yang dibuat berdasarkan skema kombinasi analisis yang sudah disepakati
termasuk komponen-komponen yang
diucapkan.
Catatan dari kategori
pertama merupakan dasar dari data pengamatan atau observasi karena itu dicatat
seakurat mungkin, (Wiriaatmajda, 2010: 125 ).
Craswell (1998) memberikan contoh catatan
yang dibuat dalam penelitian etnografis mengenai pemilihan kepala sekolah
dengan menggunakan kategori pertama sebagi berikut.
“Aku
selalu membaw buku catatan utuk terus-menerus mencatatkan berbagi aturan,
kejadian dan kegiatan. Mengenai criteria pemilihan disebutkan anatara lain,
bahwa calon harus memnuhi syarat.
1.
Laki-laki
2.
Menikah
3.
Usia antara 35
sampai 49 tahun
4.
Pengalaman 10
sampai 19 tahun
5.
Guru sekolah
dasar sebelumnya
Mengikuti
seorang kandidat dikantornya, sebelum menghadiri rapat ia menelpon kerumahnya
terlebih dahulu bahwa ia akan pulang lebih dini, ternyata mendapat jawaban dari
isterinya sebagai berikut: ”sedini itu” Mengapa-Apakah terjadi sesuatu?”, (Wiriaatmadja,
2010: 126).
Dalam
penelitian tindakan kelas, analisis dilakukan peneliti sejak awal, pada setiap
aspek kegiatan penelitian. Pada waktu dilakukan pencatatan lapangan tentang
kegiatan pembelajaran dikelas, peneliti juga dapat menganalisa apa yang
diamatinya seperti situasi dan suasana dikelas, cara guru mengajar, hubungan
guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan lain-lain. Akan tetapi, pada umumnya
catatan lapangan di buat dengan tulisan tangan si peneliti, yang hanya di
mengerti peneliti saja.
Salah satu
contoh menganalisa catatan lapangan adalah dengan mengidentifikasi data
esensial dari catatan lapangan itu seperti:
1.
Siapa,
kejadian, atau situasi apa yang terlibatdan terjadi?
2.
Apa tema atau
isu utama catatan itu?
3.
Hipotesis,
dugaan atau perkiraan/ spekulasi apa yang di ajukan peneliti tentang tokoh atau
situasi yang dideskripsikan dalam catatan lapangan?
4.
Masalah atau
fokus apa yang perlu di kejar peneliti dalam pertemuan/kegiatan/kontak
berikutnya?, (Wiriaatmadja, 2010: 127).
Penelitian kualitatif mengandalkan observasi
dan wawancara dalam pengumpulandata di lapangan. Sewaktu di lapangan, peneliti
diwajibkan membuat catatan, akan tetapi catatan
ini hanya bersifat sementara dan hanya berguna sebagai alat perantara, yaitu
antara apa yang dilihat, didengar,dirasakan, dicium, dan diraba dengan catatan
sebenarnya yangdisebut juga dengan catatan lapangan, (Moleong, 2007).
Hal
serupa juga diungkapkan oleh Bogdan dan
Biklen (1982) dalam Moleong (2007), bahwa catatan lapangan adalah
catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan
dalam rangkap pengumpulan data dan refleksi
terhadap data dalam penelitian kualitatif.
Catatan yangdiperoleh
dari lapangan dan disusun secara lengkap, maka catatan inilah yang dikatakan sebagai catatan lapangan. Catatan ini dapat
disimpan dalam bentuk tape ataupun diketik,tanpa menambahkan atau
mengurangi dari apa yang diperoleh dari hasil observasi, (Bogdan dan Taylor,
1993).
Catatan lapangan dapat berguna dalam pengajuanhipotesis
kerja, hal-hal yang menunjang hipotesis kerja,dan penentuan derajat kepercayaan
dalam rangka keabsahan data.Berdasarkan kegunaan catatan lapangan tersebut, maka
sering disebut orang bahwa catatan
lapangan merupakan “jantungnya” penelitian kualitatif, (Moleong, 2007).
Catatan lapangan memiliki bentuk yang beragam, dapat berupa kartu,
notebook, looseleaf, note kecil atau buku ukuran biasa (Alwasilah, 2002).Secara keseluruhan bentuk dari catatan lapangan ini merupakan wajah catatan lapangan yang terdiri
dari halaman depan danhalaman-halaman berikutnya yang disertai petunjuk paragraph
dan baris tepi, (Moleong, 2007).
Isi catatan lapangan secara garis besar dapat
dibagi menjadi duabagian, yaitu bagiandeskriptif dan bagian reflektif. Bagian
deskriptif memuat gambaran tentang latar pengamatan,orang, tindakan, dan
pembicaraan, sedangkan untuk bagian reflektif memuat kerangkaberfikir dan
pendapat peneliti, gagasan, dan kepeduliannya (Bogdan dan Biklen, 1982 dalam Moleong,
(2007). Bagian Deskriptif (catatan deskriptif), merupakan bagian terpanjang
yang berisisemua peristiwa dan pengalaman yang didengar dan yang dilihat serta
dicatat selengkap dan seobjektif mungkin. Bogdan dan Biklen (1990) juga
menambahkan bahwa catatan deskriptif lebih memfokuskan dalam mengambil
gambar,orang, perbuatan, dan percakapan yangdiamati.Bagian dari catatan
deskriptif ini biasanyaberisi hal-hal sebagai berikut:
1.
Gambaran dari subjek, pencatatan dilakukan pada
penampilan fisik, cara berpakaian, cara bertindak dan gaya berbicara.
2.
Rekonstruksidialog, pencatatan dalam upaya
mengulang kembali apa-apa saja yangdiperoleh dari subjek (secara verbal).
Kemudian menggambarkan makna dari lataratau suasana disekitar, selama melakukan
observasi ataupun wawancara.
3.
Catatan tentang peristiwa khusus, pencatatan
yang tertuju kepada hal-hal khusus, yang dirasa sangat mendukung data, hal ini
bisa saja dalam bentuk apa yang dilakukan,bagaimana peristiwa itu berlangsung,
dan hakikat dari peristiwa tersebut.
4.
Perilaku pengamat, pencatatan yang terfokus
kepada gambaran fisik, reaksi, tindakan,serta segala sesuatu yang dilakukanoleh
pengamat sebagai instrument penilitian.
Bagian
Reflektif (catatan reflektif), merupakan bagian yang secara
khususmenggambarkansesuatuyangberkaitandenganpengamatitu sendiri. Bagian ini
berisispekulasi, perasaan, masalah, ide, sesuatu yang mengarahkan, kesan, dan
prasangka (Moleong, 2007). Munandir (1990) juga menambahkan bahwa catatan
reflektif lebih banyak memuat kerangka pikiran, gagasan, dan perhatian pengamatnya.Tujuan
catatan refleksi iniialah untuk memperbaikicatatan lapangan dan untuk
memperbaiki kemampuan melaksanakan studi ini dikemudian hari.
Patton (1980) dalam
Miles dan Huberman (1992) mengungkapkan bahwa catatan reflektif dapat juga
digunakan sementara peneliti membuatcatatan lapangan yang masih kasar. Hal ini
dapat pula meningkatkan kegunaan catatan lapangan. Bagian catatan refleksi ini
juga dapat diartikan sebagai tanggapan peneliti/ pengamat/ pewawancaraan.
Tanggapan dari pengamat ini dapat berisi hal-hal sebagai berikut:
1.
Refleksi
mengenai analisis, bagian ini berisi sesuatu yang dipelajari, tema yang
mulaimuncul, pola umum yang mulai tampak, kaitan antara beberapa penggal data,
gagasantambahan, dan pemikiran yang timbul.
2.
Refleksi
mengenai metode, bagian yang berisi penerapan metode yang dirancangdalam usulan
penelitian, prosedur, strategi, dan taktik yang dilakukan dalam studi.Selain
itu pada bagian ini juga dapat memberikan arahan tentang metode yang dilakukan
oleh peneliti dan kemudian bagaimana hal itu dilaporkan dalam laporan penelitian Refleksi mengenai dilema etik dan konflik,
refleksi ini berguna untuk membantu peneliti menguraikan persoalan dan kemudian
dapat memberikan cara bagaimana sebaiknya dalam menghadapinya.
3.
Refleksi
mengenai kerangka berfikir peneliti, berisi kepercayaan, kebiasaan,
asumsi,pengalaman, ide politik, latar belakang, etika, pendidikan, suku bangsa,
dan kelamin.
4.
Klarifikasi,
pada bagian ini peneliti dapat menyajikan butir-butir yang dirasakan perluuntuk
lebih menjelaskan sesuatu yang meragukan atau sesuatu yang membingungkan yang
ada pada catatan lapangan.
D. Tes
Istilah tes
berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa
Indonesia tes diterjemahkan sebagai
ujian atau percobaan. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, tes berarti ujian tertulis, lisan,
atau wawancara untuk mengetahui
pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang. Adapun pengertian tes menurut beberapa ahli adalah:
1.
Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang
berjudul Psychological Testing, yang
dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan
secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan
membandingkan keadaan psikis atau
tingkah laku individu.
2.
Menurut F.L. Goodeneough dalam Sudijono (2008:
67), tes adalah suatu tugas atau
serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan
kecakapan mereka, satu dengan yang lain.
3.
Menurut Norman dalam Djaali dan Muljono (2008:
7), tes merupakan salah satu prosedur
evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan dalam proses
pengajaran yang dilakukan oleh guru.
4.
Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat
atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
5.
Menurut Sudijono (2011: 67), tes adalah cara
(yang dapat dipergunakan) atau prosedur
(yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang
berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab),
atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas
dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) 2 Tes dalam Dunia
Pendidikan | Shahibul Ahyan dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah
laku atau prestasi testee; nilai mana
dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya atau dibandingkan dengan nilai
standar tertentu. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi individu
maupun kelompok yang mempunyai standar
objektif untuk mengamati satu atau lebih
karakteristik seseorang yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan.
1.
Tes Hasil
Belajar Siswa
Tes merupakan alat ukur untuk proses pengumpulan data di mana dalam memberikan respon atas
pertanyaan dalam instrumen, peserta
didorong untuk menunjukkan kemampuan maksimalnya. Peserta diharuskan
mengeluarkan kemampuan semaksimal
mungkin agar data yang diperoleh dari
hasil jawaban peserta didik benar-benar menunjukkan kemampuannya, (Purwanto, 2009: 64.).
Tes hasil belajar juga
merupakan tes penguasaan, karena tes ini
berfungsi mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh peserta didik. Tes diujikan setelah
peserta didik memperoleh sejumlah materi
sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk
mengetahui penguasaan peserta didik atas materi tersebut. Karenanya, tes hasil belajar
yang baik harus Mampu mengukur kemampuan
peserta didik dalam memahami
materi-materi yang diajarkan. Terkait dengan evaluasi tes hasil belajar
tersebut akan mengukur nilai dan
efektifitas dari bagian tertentu dalam pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, tes hasil
belajar adalah kegiatan yang sering
dilakukan. Tes hasil belajar dilakukan
untuk mengukur sejauh mana kemampuan peserta didik dalam memahami materi-materi
pembelajaran. Tes hasil belajar
merupakan sumber data bagi guru untuk
mengetahui berapakah nilai peserta didik. Tes hasil belajar juga dapat dijadikan sebagai evaluasi
bagi guru maupun pihak sekolah. Dengan
tes tersebut peserta didik dapat
mengetahui dimana posisinya jika dibandingkan
dengan teman-temannya, (Purwanto, 2009: 66).
2.
Tes Individu
Tes Individu adalah tes
yang dilakukan pada suatu tertentu hanya menghadapi satu tester. Tes ini
disebut juga tes intelegensi, yaitu jenis tes yang dibahas adalah turunan
langsung dari skala Binet yang asli. Skala Binet dikarenakan secara individual
dan soal-soalnya diberikan dengan cara lisan oleh pemberi tes. Pemberi tes
harus seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan dalam bidang psikologi
dan menguasai penyajian tes dan skalanya. Skala ini tidak cocok bagi orang
dewasa, dan skala ini dimaksudkan hanya untuk usia mental yang mungkin hanya
dicapai oleh anak-anak.
3.
Tes Kelompok
Tes kelompok merupakan tes dimana tester berhadapan dengan
lebih dari satu orang testee, tes kelompok
yang dibuat untuk kebutuhan tertentu.
Hal-hal yang menjadi dasar dari tes kelompok misalnya berdasarkan gender atau
jenis kelamin, kelompok budaya, dan lain-lain. Tes-tes kelompok digunakan
terutama dalam sistem pendidikan, pegawai negeri, industri, dan dinas militer.
Misalnya Army Alpha dan Army Beta yang digunakan dalam angkatan
bersenjata AS. Army Alpha merupakan tes verbal yang dirancang untuk keperluan
penyaringan umum dan penempatan. Sedangkan Army Beta merupakan tes non-bahasa
yang digunakan orang-orang yang sama sekali tidak bisa di tes dengan Alpha
karena latar belakang bahasa asing atau buta huruf.
Pola
yang dibangun oleh tes-tes ini diikuti secara ketat dalam pengembangan
selanjutnya dari sejumlah tes kelompok untuk aplikasi sipil. Dalam dinas
militer, Armed Forces Qualification Test (AFQT) dikembangkan sebagai alat
penyaringan utama, disusul kumpulan tes klasifikasi multikecerdasan untuk menilai
bidang keahlian jabatan, (Anonim, 2013).
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulakan
bahwa :
1.
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian.
2.
Instrumen yang digunkan dalam penelitian
diantanya observasi, wawancara, catatan harian dan tes.
3.
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data
dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya
dengan alat observasi.
4.
Observasi dapat digolongkan menjadi enam macam
diantanya observasi partisipatif, nonpartisipatif, observasi terus terang atau
samar, Observasi terfokus, observasi terseleksi.
5.
Wawancara adalah teknik mengumpulakan data
dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran
media tertentu.
6.
Wawancara dibedakan menjadi wawancara
terstruktur, wawancara semiterstruktur dan wawancara tak terstruktur.
7.
Catatan harian merupakan instrument untuk
mencatat segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang
dilakukan oleh guru.
8.
Tes adalah instrument pengumpulan data untuk
mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi
pembelajaran.
PERTANYAAN DAN TUGAS
1.
Coba anda
jelaskan pengertian dan keguaan instrument penelitian !
2.
Apa yang
dimaksud dengan Observasi ?
3.
Ada berapa
jenis Observasi yang biasa dilakukan dalam penelitian ?
4.
Apa yang
dimaksud dengan wawancara ?
5.
Ada berapa
macam jenis wawancara yang biasa dilakukan dalam penelitian ?
6.
Apa yang
dimaksud field notes ?
7.
Apa manfaat
dari field notes ?
8.
Apakah yang
membedakan field notes yang dicatat oleh guru dan siswa?
9.
Apa yang
dimaksud dengan tes?
10.
Ada berapa
jenis tes yang biasa digunakan dalam proses penelitian ?
11.
Sebutkan
kelebihan dan kekurnagan dari masing-masing instrument (Observasi, wawncara,
Field notes dan tes) !
12.
Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah
yang harusdipersipakan dalam observasi terfokus?
13.
Bagaimana perbedaan observasipartisipasi
dengan observasi non partisipasi?
14.
Sebutkan macam-macam tes!
15.
Sebutkan macam-macam jenis
observasipartisipasi!
Daftar pustaka
Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Hardjana, Agus M. 2007. Komunikasi
Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta : Kanisius
Ibnu Hadjar. (1996).
Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. Jakarta
: Raja Grafindo Persada.
Kaelan, M.S.
(2010). Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner. Yokyakarta:
Paradigma.
Muljono, D. d. (2008). Pengukuran
dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT
Grasindo.
Mulyasa, H.E. (2012). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :
Rosdakarya.
Purwanto. (2009).
Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sanjaya, Wina.
(2015). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Prenadamedia group.
Sudijono, A. (2011). Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sugiyono. (2010). Metode
Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiono.
(2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Anonim. (2011). Jenis Observasi
Partisipannon [On line]. Tersedia http://akbar-iskandar.blogspot.co.id/2011/05/ 04.html. (29 September 2015).
Anonim.
(2013). Pengumpulan Data Penelitian [On line]. Tersedia http://www.konsistensi.com/2013/04/13.html. (29 September 2015).
Anonim. (2014).Langkah-langkah Sebelum, Selama dan Setelah
Wawancara [On line]. Tersedia https://liwunfamily.wordpress.com/2014/09/01/5- (29 September 2015).
Anonim.
(2012). Tes Populasi Khusus dan Kelompok [On line]. Tersedia http://sarahzelhas.blogspot.co.id/2012/03/.html. (29 September 2015).
Komentar